"Kau tahu tidak, Istriku Tersayang? Kalau ada mitos bahwa malam pertama itu harus melakukan hubungan badan dengan istrinya, karena kalau tidak, nanti si istri akan menjadi istri yang tidak baik," bisik Darren saat dia melucuti handuk dari tubuh Melissa, menampakkan keindahan tubuh gadis cantik tersebut.
"Aku menikah tidak untuk mencari masalah, jadi aku akan mendisiplinkan dirimu dari awal."Setelah mengatakan hal itu, Darren mulai menyerang tubuh Melissa, gerakannya kasar dan tanpa kasih sayang, membuat gadis tersebut hanya bisa mengerang pelan saat gigi pria itu menancap di salah satu puncak buah dadanya.Setelah beberapa foreplay singkat, pria itu mulai memasukkan barang miliknya yang besar tersebut ke dalam tubuh Melissa."Kumohon hentikan. Rasanya sakiiiit ...!"Melissa berteriak saat merasakan benda besar itu seperti membelah tubuhnya, dia sampai mencakar punggung pria yang kini menjadi suaminya dalam semalam tersebut."Jeritan yang menyenangkan, Alice."Dia mengabaikan semua permohonan dari melissa untuk berhenti, seakan semua jerit kesakitan dari bibir gadis tersebut adalah stimulasi untuknya agar semakin gencar menyiksa tubuh bagian bawah Melissa dengan miliknya yang besar tersebut.Darre terus membombardir tubuh bagian bawah Melissa ampun, semakin dia berteriak dan memohon, semakin menggilalah dirinya.Beberapa saat kemudian cairan hangat membasahi area pribadi Melissa, gadis itu hanya bisa menangis merasakan betapa sakitnya tubuh bagian bawahnya.Darren terdengar menghela napas, dia tersenyum lebar melihat rambut cokelat milik Melissa yang kini acak-acakan, juga bekas air mata di pipi gadis itu yang basah.Sebuah kepuasan yang aneh tercetak jelas di wajahnya. Pria itu menyeringai saat melihat keadaann Melissa yang begitu menyedihkan.Wajah sinisnya itu, anehnya saat ini terlihat sumringah, senyum lebar menghiasi bibirnya melihat kekacauan dan air mata di wajah Melissa, dia sedikit membungkuk seraya tersenyum culas."Ekspresi yang indah, Istri Sayang. Tak kusangka ternyata bermain denganmu cukup menyenangkan."Melissa seketika membuang muka saat dia hendak menyentuh pipiku, membuat dirinya tertawa terbahak-bahak.Kamu, Berengsek Sialan!Umpatnya dalam hati.Aku ... aku sangat membencimu!Lanjutnya, masih di dalam hati.Air mata kembali mengalir melalui bulu mata lentik Melissa, menetes deras tanpa bisa ditahan setiap kali mengingat bagaimana perlakuan Darren padanya beberapa menit yang lalu.Darren yang tak peduli dengan tangisku, berbaring miring seraya memainkan rambut cokelat Melissa yang tersebar di ranjang.Melissa segera menyingkirkan tangannya yang hendak menyentuh pipi gadis tersebut yang berlinang air mata, memejamkan mata karena tak ingin melihat wajahnya.Darren tertawa lagi, memainkan ujung rambut Melissa sambil menyeringai lebar."Kau tahu, Istriku? sekarang masih belum terlalu malam, bukan? Jadi mari kita lanjutkan kesenangan ini lagi. Aku benar-benar ingin menghisapmu sampai kering malam ini.""Ap-apa?! tidak!! kumohon, jangan lakukan lagi!"Dia bahkan belum membersihkan diri! Betapa teganya pria ini melakukan semua itu!"Tolong hentikan, Tuab. Aku tidak sanggup lagi, rasanya sakit! Ini sakit!!!"Menggunakan sisa-sisa kekuatan, Melissa mencoba lepas dari pelukannya, lalu merangkak dan tertatih memaksa untuk lari menuju luar kamar meski tanpa memakai sehelai benang pun di badan.Namun, langkah panjang Darren dengan mudah mencegat gadis itu sebelum kaki bahkan mencapai pintu kamar.Tangannya yang ramping tapi tampak berotot itu dikalungkannya ke pinggang Melissa dari belakang.Tawa serak basah masuk ke telinga ketika dia berhasil menangkap tubuh gadis itu dan memenjarakannya dalam kuasa lengan seorang Darren yang kokoh."Mau main kucing-kucingan denganku, Sayang? Hm?"Dia mendorong badan Melissa ke depan sampai punggung menabrak pintu kamar, menyekapnya dengan kedua tangan.Melissa menjerit menahan rasa sakit yang berdenyut-denyut di punggung, tetapi rupanya Darren tidak berniat untuk memberikan toleransi sedikit pun."Ah, akting yang bagus, Istriku Sayang. Teruslah berteriak dan menjerit karena itu hanya membuatku semakin bergairah," ucapnya saat Melissa berteriak minta tolong.Ditekannya dada Melissa dengan badannya, lalu dengan keras Darren menggigit leher gadis itu sampai jeritan kesakitan meluncur dari bibir."Kau tahu, kan, Istriku? Aku, tidak pernah membiarkan mangsaku pergi. Tidak pernah."Dia menghisap leher Melissa sampai meninggalkan bekas merah muda di sana, lalu lidahnya itu semakin turun dan turun sampai pada gundukan indah milik Melissa.Dia menghisapnya begitu kuat, seperti sengaja melukai kulit mulus itu dengan bibir dan gigitannya.Melissa hanya bisa mengerang pelan saat menahan rasa sakit di sekujur tubuh.Tanpa ampun, Darren mengangkat satu kaki Melissa dan menaruh di pahanya, lalu melakukan hal menyakitkan itu kembali.Sungguh ini bukanlah posisi yang nyaman, rasanya sakit dan kaki Melissa kram karena menahan berat tubuh, ini seperti siksaan, bukan kenikmatan."Ah! Tolong jangan, Tuan! Tolong hentikan! Kumohon!"Tangis gadis itu kembali pecah, mencakar-cakar punggungnya untuk menghentikan tindakan Darren yang kejam.Sayangnya, gerakan tersebut justru semakin memancingnya untuk melakukan hal yang lebih kejam lagi.Dia seperti tenggelam dalam euforia yang membuat dirinya semakin bersemangat menghancurkan tubuh bagian bawah Melissa dengan miliknya yang besar tersebut.Darren menggigit bibir Melissa yang sudah membengkak ini tanpa ampun, menyiksa tubuh bagian bawah gadis itu tanpa ampun, sampai akhirnya kembali memuntahkan cairan panas yang meluber sampai paha.Senyuman jahat terukir di bibir Darren saat tubuh Melissa jatuh, luruh ke lantai dengan kondisi rambut acak-acakan, menyedihkan, hampir pingsan, dan berlumuran cairan kental miliknya."Jangan pingsan dulu, malam masih panjang, Sayang."Darren mengangkat tubuh Melissa dan membaringkannya di atas tempat tidur."Ya ampun, tolong, apakah kamu masih belum puas? Tolong sudahi saja ini," rintih Melissa dengan suara serak.Namun, pria itu terlihat tak peduli dan malah mengangkat tubuh Melissa ke atas perutnya."Kalo kamu lelah, cukup diam saja biar aku yang menyelesaikan segalanya."Benda Darren yang lagi-lagi sudah memanjang dan mengeras tersebut memborbardir diri Melissa dengan keganasan seperti permainan ronde pertama.Dia benar-benar pria buas yang gila!Melissa yang sudah lemas tak berdaya, dihujani oleh desakan benda miliknya yang keluar masuk tubuhnya.Lalu di saat akhirnya pria itu mengeluarkan cairan kental untuk kesekian kalinya ke tubuh Melissa, mata gadis itu terpejam dan mulai tak sadarkan diri.Di detik ketika melissa menujukehilangan kesadaran, Melissa mengutuk pria yang nafsunya benar-benar besar tersebut."Berengsek kau, Darren! Jika aku tidak pingsan, apakah kau akan melakukannya semalam suntuk? hah???"Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad