Gurat di wajahnya berubah tegang ketika mendengar entah kabar apa yang diucapkan oleh ibunya di telepon.
"Baik, Mom. Aku akan segera ke sana sekarang juga untuk melihat keadaan kakek."Setelah mengatakan hal itu, Darren menutup telepon, menyugar rambut cokelatnya ke belakang dengan gelisah.Malam ini, untuk pertama kali semenjak pernikahan mereka, Darren mengajak Melissa keluar dari rumah besar yang dia tinggali selama hampir seminggu ini.Sebenarnya ini bukanlah inisiatif dari Darren pribadi, kabarnya makan malam ini diadakan oleh orang tua Darren yang konglomerat tersebut, sebagai perayaan pernikahan putra tertua mereka, Darren.Melisa sudah didandani dengan sangat cantik oleh seorang stylish yang dipanggil Darren ke rumah, Melissa sendiri sampai pangling melihat penampilan barunya di kaca.Menggunakan gaun malam berwarna merah muda, dia kelihatan Fresh dan segar, rambut cokelatnya di sanggul ke atas sehingga menunjukkan leher putihnya yang jenjang.Darren tampak acuh tak acuh melihat penampilan Melissa yang memukau tersebut, satu pujian pun tak keluar dari mulutnya padahal semua orang memuji betapa cantiknya Melissa saat ini."Jangan merepotkan saat di sana nanti, cukup diam dan nikmati makanan."Pesan dari suaminya tersebut dijawab Melissa dengan anggukan patuh.Melissa sebenarnya heran dengan sikap Darren yang berubah-ubah ini, saat mereka bercinta, Darren sangat hangat dan seperti hanya ada Melissa di matanya.Pria itu bahkan tak cukup keluar satu kali setiap mereka bercinta, dia seperti orang yang tak pernah puas untuk memasukkan barangnya tersebut ke dalam Melissa lagi dan lagi.Namun, di saat biasa seperti ini, dia bersikap dingin, hal itu membuat Melissa bingung, tapi juga maklum karena ini hanyalah sebuah pernikahan sandiwara.Mereka tidak harus mencintai satu sama lain, Melissa cukup melakukan tugasnya untuk melayani Darren dan menghasilkan anak untuknya, lalu bercerai dan mendapatkan tunjangan pernikahan yang sangat banyak dari pria konglomerat ini.Melissa merasa nyaman dengan semua ini, dia bahkan lupa tujuan pertamanya untuk melarikan diri dan kembali ke dunia aslinya, di sini dia bisa hidup dengan santai, jadi pernikahan sandiwara bukanlah sebuah masalah untuknya.Makan malam keluarga konglomerat di sebuah restoran mewah yang terletak di lantai 38 gedung tinggi dipusat ibu kota tersebut berjalan lancar.Hal-hal yang baru diketahui Melissa, yang tak ada dalam novel, ternyata Darren tiga bersaudara. Dia mempunyai seorang adik laki-laki tampan yang berprofesi sebagai aktor dan adik perempuan yang masih SMA.Setahu Melissa, di dalam novel, Darren adalah anak tunggal.Orang tua Darren tidak banyak bicara, mereka hanya terlihat cukup puas karena putra tertua akhirnya menikah dan terbebas dari Skandal dan Gosip yang mengatakan bahwa CEO JD group tersebut adalah seorang gay."Tolong rawat Darren dengan baik, menantuku. Dan kalau bisa, semoga kalian segera dikaruniai seorang anak," ucap ibu Darren sebelum mereka berpisah."Kami akan mengusahakannya sebaik mungkin, Mom. Jangan khawatir."Daren menjawab dengan santai, menyampirkan tangannya di pundak istrinya tersebut.Sang ibu ingin cepat-cepat mendengar kabar kehamilan menantunya tersebut, karena gosip bahwa Darren seorang gay akan terus berdengung selama dia belum membuktikan dengan menghasilkan seorang anak.Pipi Melissa terasa memanas, mengingat bagaimana malam-malam panas yang mereka lalui beberapa hari ini gara-gara topik yang sekarang sedang mereka bicarakan.Dia menunduk dan tersenyum malu-malu."Melihat kakak ipar yang malu-malu, sepertinya memang kalian berdua menjalani kehidupan pernikahan dengan sangat baik," celetuk Bastian, adik Darren.Melissa tersenyum mendengar celetukan dari Bastian tersebut, tapi anehnya Darren malah menatap adiknya dengan tak suka."Berhenti terus menyindir kami, Bas."Kening Melissa berkerut mendengar ucapan Darren tersebut, memangnya di bagian mana Bastian menyindir mereka. Bukankah itu pujian?Bastian hanya mengendikkan bahunya acuh tak acuh.Apakah hubungan antara adik dan kakak ini tidak baik?Melissa membatin dalam hati."Jangan dekat-dekat dengan Bastian dan jangan pernah mengizinkan dirinya masuk ke rumah saat aku tidak ada," ultimatum Darren, begitu dia dan Melissa di dalam mobil."Kenapa?"Pertanyaan dari Melissa tersebut tidak dijawab oleh Darren, dia justru menatap Melissa dengan keheranan."Apakah kamu lupa siapa dia?"Darren bertanya dengan nada tajam, ada sedikit kemarahan dalam suaranya."Siapa dia?"Melissa justru bertanya dengan kebingungan, tak ada petunjuk apa pun mengenai siapa Bastian karena di novel tak ada tokoh bernama Bastian.Darren tertawa sumbang mendengar pertanyaan dari Melissa tersebut, lalu melirik tajam ke arah Melissa."Jangan pura-pura lupa untuk menyenangkan diriku. Sebelum menikah denganku, bukankah kabarnya kalian saling menyukai?""Hah?"Melissa hanya bisa melongo mendengar itu, Alice dan adik Bastian saling menyukai?Sungguh di luar dugaan!Inikah alasan kenapa saat makan malam keluarga tadi, Bastian terus menatap ke arah dirinya.Hawa di dalam mobil terasa membeku karena kecanggungan di antara mereka, Melissa pun tak bisa menjawab ucapan Darren tersebut dan menenangkan dirinya.Tepat pada saat itu, Darren mendapatkan sebuah panggilan telepon."Rania? Maaf aku sedang sibuk sekarang. Apa?! Kamu masuk rumah sakit?!"Seketika, Darren menghentikan mobilnya.Mendengar nama Rania, Melissa langsung tahu bahwa itu adalah nama pacar Darren.Sudut hatinya sedikit berdenyut sakit, tapi detik berikutnya dia baik-baik saja.Dalam novel, Rania inilah yang menggantikan posisi Alice, setelah wanita itu melahirkan anak untuk Darren.Wanita tersebut mengambil semuanya dari Alice, mengambil suami dan anaknya.Melissa langsung tahu bahwa dia harus berhati-hati jika menyangkut tentang Rania, dia tidak ingin kehidupan tenangnya terganggu.Jika di novel, Alice akan marah besar tiap kali Darren membicarakan Rania, atau apa pun yang menyangkut selingkuhannya tersebut, tapi kali ini Melissa berjanji akan bersikap berbeda.Dia tidak ingin hati Darren, dia mengincar tunjangan perceraian mereka. Semakin dia menjalani peran ini dengan baik, maka tunjangan perceraian yang dia terima akan semakin besar."Maafkan aku, Alice. Sesuatu terjadi pada Rania. Apakah tak apa-apa jika kamu kuturunkan di sini?"Darren bertanya kepada isterinya tersebut, menawarkan dirinya untuk turun di pinggir jalan sementara dia menemui pacarnya.Kalau itu istri sah lain, mungkin mereka akan mengamuk dan marah besar.Namun, Melissa mengangguk dengan santai."Tidak apa-apa."Darren tampak sedikit menyesal, tapi dia juga sedang panik karena memikirkan Rania yang katanya berada di rumah sakit."Ini, gunakan sebagai ongkos taksi dan pulanglah lebih dulu ke rumah kita, aku harus ke rumah sakit lebih dulu untuk melihat kondisi Rania. tidak apa-apa, 'kan?"Darren buru-buru menyerahkan salah satu black card-nya kepada Melissa.Melissa menerima black card tersebut tanpa banyak bicara, Darren membuka pintu mobil dan tergesa membuka ke bagasi, mengambil sebuah payung besar dan menyerahkannya pada Melissa karena di luar sedang hujan gerimis."Pakailah ini supaya tidak kehujanan, Alice. Kamu bisa pulang sendiri, bukan? Aku minta maaf, tapi ini benar-benar keadaan darurat," ucapnya dengan raut penuh penyesalan."Baik, Ren. Tidak masalah untukku," jawab Melissa dengan santai, lalu mengambil tas untuk memasukkan black card pemberian Darren.Dia sama sekali tak merasa sakit hati melihat sang suami lebih memilih pacar daripada istri sah nya sendiri.Bukankah ini hanyalah pernikahan sandiwara?Melissa memang mengatakan tidak masalah untuk pulang sendiri, meski tak tahu di mana alamat rumah Darren berada, tapi dengan black card yang diberikan padanya, itu tidak menjadi masalah besar karena Melissa bisa dengan mudah menginap di hotel bintang lima di kota ini.Masalah kenapa tentang dia tidak pulang ke rumah setelah diturunkan Darren di pinggir jalan, dia akan menjelaskan dengan tenang dan mengatakan bahwa Melissa tidak hapal alamat rumah mereka.Melissa mulai bersiap, sementara mobil Darren sudah berhenti di pinggir jalan, pikirannya sibuk mengingat-ingat nama hotel yang ada di novel ini agar bisa dia gunakan untuk bermalam.Dia sampai lupa tidak menanyakan keadaan Rania."Kamu sungguh tidak apa-apa?"Darren, anehnya bertanya sekali lagi.Melissa menatap pria itu dengan bingung, dia yang berinisiatif menurunkan di pinggir jalan dan dia yang ragu sendiri? Benar-benar pria aneh!"No problem."Melissa menjawab sambil mengulas senyum terbaiknya.Dia benar-benar tak masalah, justr
"I-itu, aku tidak hafal alamat rumahmu, jadi berencana menginap di hotel di dekat sini," jawabnya.Namun, tatapan Darren malah berubah tajam, seakan menyiratkan bahwa dia sama sekali tak percaya ucapan Melissa tersebut."Lihat saja ponselku kalau tidak percaya, kau bisa mengeceknya bahwa saat itu aku sedang mencari hotel dekat sini," lanjut Melissa, pasrah.Tanpa berkata apa pun, Darren mengambil ponsel Melissa yang disita olehnya tanpa sebab dan mengetuk layarnya dua kali untuk mengecek apakah ucapan istrinya itu benar.Pandangannya berubah lega saat melihat isi ponsel yang menampilkan sebuah informasi tentang hotel yang hendak dituju oleh Alice alias Melissa."Kau benar-benar sedang mencari hotel," ucapnya."Aku tidak berbohong, bukan?"Melissa membalas dan menerima ponsel yang diulurkan oleh Darren."Jadi, kau tidak sedang marah karena kutinggalkan di pinggir jalan lalu berencana membalas dendam?"Melissa tertawa keras mendengar pertanyaan dari Darren yang menurutnya konyol tersebut
Namun, kali ini Darren bukannya luluh, justru menatap Rania dengan kening berkerut."Aku tidak marah padamu, tapi aku lelah dengan kecerobohan yang kau lakukan," dengus pria tersebut.Ucapannya itu seketika membuat Rania pucat, berpikir bahwa keputusannya membiarkan Darren menikah dengan orang lain adalah hal keliru.Sebelum menikahi Alice, Darren lebih dulu menawarkan pernikahan kepada Rania dan meminta dirinya mengandung buah hati mereka agar Darren bisa meng-klaim warisan keluarga besar Darren.Namun, Rania yang takut tubuhnya akan berubah jelek setelah melahirkan, menolak hal tersebut sehingga terjadilah pernikahan kontrak antara Darren dan Alice."Sayang, tolong jangan pergi, jangan tinggalkan aku," rengek Rania, memegang tangan Darren dengan tatapan memohon.Dia benar-benar merasakan perubahan Darren, pria itu bukan hanya membiarkan dirinya berada di ruangan umum tanpa memindahkan dirinya ke ruang VIP, tapi juga tampak tak peduli dengan sakit yang diderita Rania.Darren malah ber
Sambil menunggu sekretarisnya tersebut datang, Darren meminta Melissa untuk duduk santai di sofa, sementara dia mendapatkan telepon dari Rania sehingga agak menjauh dari Melissa yang juga sibuk dengan ponselnya.Ketika keduanya sedang sibuk dengan ponsel masing-masing itulah, terdengar bel dari pintu depan dan seseorang yang masuk ke dalam rumah dengan marah-marah."Tuan muda, aku memang bekerja sebagai sekretarismu, tapi ini sudah di luar jam kerja dan kau memerintah untuk membeli semua ini? Kalau kau tak memberiku gaji lembur, aku tak akan mau melakukan hal ini lagi!"Seorang pria muda yang usianya sedikit lebih banyak dari Melissa, berjalan mendekati mereka berdua.Darren hanya tertawa pelan saat petugas minimarket datang bersama Rafael dengan membaw dua kardus besar yang ditaruh di dekat pria itu."Terima kasih, kau boleh pergi sekarang," ucap Rafael sambil memberi uang lebih kepada petugas minimarket tersebut.Setelah kepergiannya, Rafael kembali mengajukan protes kepada Darren.
Dokter kandungan sudah selesai memeriksa Melissa, saat dia ingin memberitahu hasilnya, Darren yang kini duduk di sebelah Melissa, menoleh kepada istrinya tersebut."Aku tiba-tiba sangat haus, biasakah kau membelikan diriku minum, Sayang?"Melissa menatap bingung kepada suaminya yang menyuruh pergi di saat dia ingin mendengarkan hasil pemeriksaan dokter tentang kesehatan rahimnya."Kenapa tiba-tiba, Sayang?" sergahnya tak terima karena merasa sepertinya sang suami sengaja mengusir, agar dia tak mendengar apa kata dokter tentang hasil pemeriksaan tersebut.Darren justru mengelus lehernya dan memajukan sedikit bibir."Tolong, tenggorokanku rasanya sangat kering, tolong belikan aku minuman di kantin rumah sakit ini. Oke?""Tapi ...."Melissa terlihat ragu, jika dia pergi ke kantin rumah sakit dia akan melewatkan penjelasan dokter.Namun, dia juga tak mungkin bisa menolak perintah suaminya tersebut."Alice Sayang, apakah kau tega melihat suamimu kehausan?"Pertanyaan bernada ancaman terseb
Namun, Melissa tak langsung menerima tawaran itu. "T-tapi ...""Matamu mengatakan kau ingin memakainya di bibirmu. Hm, rasa stroberi? Wow, tidak disangka kamu punya sisi imut juga, Sayangku," potong Darren dengan tawa geli. Darren lantas membuka tutup pelembab bibir itu dan menyerahkannya pada Melissa."Tapi, Sayang. Harganya ....""Kenapa memang dengan harganya?"Darren bertanya dengan tatapan tak mengerti, hal itu membuat Melissa menarik napas panjang.Dia lupa, untuk orang sekaya Darren, mungkin ini harganya sangat murah."T-tidak. Bolehkah aku menerima semua ini, Sayang?"Melissa masih ragu-ragu, tapi Darren yang mengendikkan bahu.Suaminya itu mengambil kaca yang ada di sampingnya dan menjawab."Ini semua hadiah untukmu dariku, Sayang. Nah, sekarang, coba pelembab ini di bibirmu."Ragu, Melissa pun mengambil pelembab tersebut dari tangan Darren dan mulai mengoleskannya di bibir.Seketika kedua netra berbinar cerah saat pelembab tersebut teraplikasi sempurna di bibir, teksturnya
Segera Melissa menggelengkan kepala, menolak dengan tegas idenya tersebut."Tidak! Aku tak mau melakukannya lagi di dalam mobil, Sayang. Punggungku sakit," jawab Melissa dengan mata berkaca-kaca.Sebenarnya itu bukanlah alasan yang sebenarnya, tapi Melissa benar-benar khawatir saat melakukan di ronde kedua, ada orang lewat dan menegur mereka.Itu adalah hal yang memalukan!"Oh, jadi kalau kita sampai rumah, apakah itu artinya ada ronde kedua, Sayang?"Darren tak pernah puas jika hanya satu ronde, bermain bersama istrinya yang cantik adalah hiburan yang menyenangkan baginya.Namun, lagi-lagi Melissa menggeleng."Kau harus pergi ke kantor, Sayangku. Nanti malam mintalah lagi, aku akan sukarela menyerahkan tubuh ini padamu," ucapnya, dengan gelengan tegas.Mau tak mau Darren mengangguk karena istrinya itu benar, dia harus pergi bekerja sekarang.Toh dia bilang nanti malam akan bersedia dia apakan saja, jadi bersabar sedikit sepertinya bukan hal buruk."Baiklah. Kupegang janjimu ini, Saya
Darren terbangun karena suara alarm di ponselnya.Bersungut-sungut, dia menjulurkan tangan untuk mengambil ponsel yang tak jauh darinya tersebut dan mematikan alarm.Kepalanya terasa sangat pening, dia sepertinya minum banyak semalam, dia harus meminta pembantu untuk membuatkan sup anti pengar sebagai sarapan nanti.Darren duduk seraya memegangi sebagian sisi kepalanya dengan telapak tangan.Tangannya meraih segelas air putih di atas nakas lalu meminumnya sampai habis setengah.Di mana ini?Dengan mata sedikit menyipit, Darren memandang sekelilingDarren baru sadar jika sekarang dia terjaga di kamarnya sendiri, padahal pria itu tak ingat kapan dia pulang semalam?Apakah dia menyetir sambil mabuk? Sepertinya tidak. Itu tidak mungkin.Darren mengarahkan kepalanya ke sisi samping tempat tidur, mendapati seorang perempuan berbaring memunggunginya.Awalnya, Darren mengira bahwa itu Alice, istrinya. Namun, saat dia mengerjap beberapa kali untuk memastikan penglihatannya, kedua mata pria itu