Share

Bab 388

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-08-11 23:13:09

Ketukan di pintu semakin keras, terdengar panik dan mendesak. Suara Rina memecah keheningan.

“Alena! Jawab aku! Aku tahu kamu di dalam!”

Alena menatap Adrian, matanya memancarkan ketakutan bercampur kemarahan. “Buka pintunya.”

“Tidak.” Adrian bersandar santai di pintu, seolah ini situasi biasa. “Kita belum selesai bicara.”

“Kita sudah selesai! Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan!”

“Oh, justru masih banyak.” Adrian melangkah menjauh dari pintu, tapi tetap berdiri di jalur keluar Alena. “Misalnya, bagaimana kamu bertahan hidup di luar sana tanpa aku. Bagaimana kamu akan membayar sewa, makan, dan tagihan.”

Suara Rina makin keras, kini ia menggedor pintu. “Adrian! Aku tahu kamu di dalam! Buka pintunya!”

Adrian mengabaikannya, tatapannya terkunci pada Alena dengan intensitas yang mengancam.

“Kamu pikir Rina akan mengurusmu? Dia pu

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 396

    Kegelapan total menyelimuti rumah tua itu. Alena tidak bisa melihat apa pun—bahkan siluet Adrian yang tadi berdiri tepat di depannya pun lenyap. Yang terdengar hanyalah napasnya sendiri yang memburu dan detak jantung yang menghentak di telinganya."Adrian?" bisiknya lirih, suaranya bergetar.Tidak ada jawaban. Hanya hening yang mencekam.Ia meraba dinding di belakangnya, berharap menemukan saklar lampu, pintu, atau apa pun yang bisa membantunya keluar. Tangannya gemetar saat menyentuh permukaan kayu yang kasar dan dingin.Tiba-tiba, dari arah lain, terdengar langkah kaki pelan. Adrian bergerak… tapi ke mana?"Romantis, kan?" suara Adrian terdengar dari sudut ruangan yang berbeda. "Seperti waktu kita makan malam ditemani lilin di apartemen. Ingat?""Adrian, nyalakan lampunya," ucap Alena, mencoba terdengar tenang meski hatinya berpacu tak karuan."Kenapa harus? Kita bisa bicara dalam gelap. Kadang… kegelapan justru membantu kita melihat lebih jelas."Langkah kaki itu kembali terdengar,

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 295

    Rumah tua itu tampak jauh lebih menyeramkan dari dekat. Cat dindingnya mengelupas, lantai kayunya berderit setiap diinjak, dan bau lembap menusuk hidung. Adrian menyeret Alena masuk sambil tetap mencengkeram pergelangannya erat-erat."Maaf kalau tempatnya tidak sebagus apartemen kita dulu," ucap Adrian sambil menyalakan lampu yang redup. "Tapi di sinilah kita bisa bicara tanpa ada yang mengganggu."Alena menyapu pandangan ke seluruh ruangan dengan rasa ngeri. Ruang tamu sempit itu tertutup rapat—jendela-jendela dipaku dengan papan kayu, dan satu-satunya pintu keluar kini dijaga dua orang pendukung Adrian."Kamu sudah merencanakan ini sejak lama, kan?" tanya Alena, suaranya bergetar antara marah dan takut."Merencanakan? Tidak." Adrian melepaskan genggamannya, lalu duduk santai di sofa lusuh. "Aku hanya… bersiap. Kalau-kalau kita butuh tempat untuk memperbaiki hubungan, jauh dari orang-orang yang ikut campur."Wanita berambut pendek yang tadi memegangi lengan Alena kini berdiri di depa

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 394

    Tangga darurat terasa dingin. Suara langkah kaki bergema di antara dinding beton, terburu-buru, seperti detak jantung yang berpacu. Alena berusaha menahan langkah, mencoba memperlambat, tapi genggaman Adrian di pergelangannya terlalu kuat."Jalan terus," bisik Adrian di telinganya. Suaranya datar, tapi mengandung ancaman. "Semakin cepat kita keluar, semakin sedikit drama.""Adrian, lepaskan aku!" Alena menarik lengannya sekuat tenaga.Seorang wanita berambut pendek dengan tatapan tajam—salah satu pengikut Adrian—langsung menangkap lengan satunya."Tenang saja, sayang," ucapnya lembut, tapi nada itu terasa palsu. "Kamu sedang bingung. Nanti kamu akan berterima kasih pada kami.""Aku tidak bingung! Aku sedang diculik!""Kamu tidak diculik," kata Adrian, seolah menjelaskan sesuatu pada anak kecil. "Kamu diselamatkan dari pengaruh buruk yang membuatmu tak bisa berpikir jernih."Mereka sudah turun tiga lantai ketika suara siren

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 393

    Ketukan di pintu terdengar semakin keras, makin memaksa. Suara Adrian yang awalnya terdengar membujuk, berubah menjadi nada memerintah.“Maya, aku tahu kamu di dalam. Satpam bilang kalian belum keluar dari gedung sejak tadi malam.”Maya berbisik cepat ke layar video call, wajahnya tegang. “Kita butuh bantuan sekarang. Dia di depan pintu.”Salah satu pendamping hukum di layar bicara cepat, “Jangan buka pintu. Polisi sudah dihubungi, yang punya wilayah hukum di sini. Mereka sedang dalam perjalanan.”“Berapa lama lagi?” tanya Alena pelan.“Sekitar sepuluh menit.”Ketukan berubah menjadi gebukan. “MAYA! Aku tahu Alena ada di sana! Kalau kalian tidak buka, orang-orang di bawah akan naik ke sini!”Dari luar, suara teriakan massa terdengar semakin jelas, seolah menjawab ancaman Adrian.“Justice for Adrian! Bawa Alena keluar!”Maya menat

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 392

    Pagi itu Alena terbangun bukan karena sinar matahari, tapi oleh dentang alarm ponsel yang terus berbunyi. Dia terbaring di sofa apartemen Maya. Semalam dia terlalu takut untuk kembali ke apartemen yang dulu dia tinggali bersama Adrian—meski Adrian sudah ditahan."Alena," suara Maya memanggil dari dapur, terdengar panik. "Kamu harus lihat ini."Dengan mata berat karena nyaris tak tidur, Alena melangkah ke dapur. Maya duduk di depan laptop, wajahnya pucat."Ada apa—" kata-kata Alena terputus saat melihat layar.Sebuah video memenuhi layar. Bukan rekaman yang Maya kirim ke polisi semalam, tapi potongan CCTV dari lobi apartemen. Entah bagaimana, video itu bocor ke internet dan sekarang viral.Tulisan di salah satu postingan: "Pria ini rela berkorban demi cinta, tapi wanitanya menghancurkan lelaki baik hanya karena ‘merasa terkekang’." Ditonton 2,3 juta kali.Alena merasa mual. "Ini… ini nggak mungkin. Reka

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 391

    Kegelapan total menyelimuti apartemen. Satu-satunya suara hanyalah detak jarum jam di dinding—sampai terdengar bunyi kunci berputar di pintu depan.Ketiganya membeku.“Enggak mungkin…” bisik Maya dengan suara gemetar. “Dia kan udah dibawa polisi—”“Ssst…” Alena cepat mengangkat jari ke bibir. Napasnya tertahan, jantungnya berdebar begitu keras sampai ia yakin orang lain bisa mendengarnya.Pintu depan terbuka perlahan. Langkah kaki itu terdengar jelas—terukur, mantap, dan terlalu familiar.“Alena?” suara itu memanggil dari dekat pintu. “Aku tahu kamu di sini. Lampu mati, tapi aku bisa merasakannya.”Rina menggenggam lengan Maya erat-erat. Maya buru-buru merogoh ponselnya, mencoba menelepon polisi lagi.“Enggak ada sinyal,” bisiknya panik. “Kok bisa?”Alena langsung teringat. Adrian pernah pamer soal alat signal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status