Share

Bab 412

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-08-23 23:40:23

Foto itu terlepas dari tangan Alena yang gemetar. Gambar David—terikat di kursi, matanya ditutup kain hitam, mulutnya disegel—seolah memancarkan teriakan tanpa suara, meminta pertolongan.

"Tidak… tidak… tidak…" bisik Alena, kepalanya menggeleng berulang kali. "Kenapa harus David? Kenapa dia?"

Nadine segera meraih ponsel dari tangan Alena dan membaca pesan yang menyertainya. Wajahnya langsung pucat. "Kita harus segera hubungi Inspektur Wijaya."

"Tidak!" Alena cepat-cepat merebut kembali ponselnya. "Adrian bilang aku harus datang sendirian. Kalau dia tahu aku melibatkan polisi—"

"Alena, ini jelas jebakan! Kamu tidak boleh pergi sendiri!"

"Lalu aku harus apa, Nadine? Diam saja? Membiarkan David mati karena aku?"

Nadine memegang bahu Alena erat-erat. "Ini bukan salahmu! Adrian yang gila! Dia yang memilih melakukan semua ini, bukan kamu!"

"Tapi David tidak ada hubungannya dengan semua ini!" Alena mulai mondar-mandir, kepanikan semakin menyesakkan dadanya. "Dia bahkan sudah menjauh setelah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 412

    Foto itu terlepas dari tangan Alena yang gemetar. Gambar David—terikat di kursi, matanya ditutup kain hitam, mulutnya disegel—seolah memancarkan teriakan tanpa suara, meminta pertolongan."Tidak… tidak… tidak…" bisik Alena, kepalanya menggeleng berulang kali. "Kenapa harus David? Kenapa dia?"Nadine segera meraih ponsel dari tangan Alena dan membaca pesan yang menyertainya. Wajahnya langsung pucat. "Kita harus segera hubungi Inspektur Wijaya.""Tidak!" Alena cepat-cepat merebut kembali ponselnya. "Adrian bilang aku harus datang sendirian. Kalau dia tahu aku melibatkan polisi—""Alena, ini jelas jebakan! Kamu tidak boleh pergi sendiri!""Lalu aku harus apa, Nadine? Diam saja? Membiarkan David mati karena aku?"Nadine memegang bahu Alena erat-erat. "Ini bukan salahmu! Adrian yang gila! Dia yang memilih melakukan semua ini, bukan kamu!""Tapi David tidak ada hubungannya dengan semua ini!" Alena mulai mondar-mandir, kepanikan semakin menyesakkan dadanya. "Dia bahkan sudah menjauh setelah

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 411

    Telepon itu terlepas dari genggaman Alena. Suara suster tadi—"Adrian melarikan diri"—masih bergema di kepalanya, seperti mantra mengerikan yang tak bisa dihentikan."Nona?" Suster itu mendekat, matanya penuh kecemasan. "Anda baik-baik saja?"Alena tidak menjawab. Kakinya mendadak lemas, napasnya tersengal. Ruangan rumah sakit yang semula terasa aman tiba-tiba berubah menjadi sangkar rapuh yang bisa ditembus kapan saja.Dengan suara bergetar, ia akhirnya berbisik, "Panggil... Inspektur Wijaya. Sekarang juga."Tak sampai sepuluh menit, Inspektur Wijaya datang bersama dua petugas berseragam. Wajahnya tegang, langkahnya cepat."Nona Alena," katanya tanpa basa-basi, "kami harus segera memindahkan Anda ke tempat yang lebih aman."Alena menatapnya penuh kebingungan. "Bagaimana bisa dia kabur? Bukankah rumah sakit itu dijaga ketat?""Memang seharusnya begitu. Tapi ada kelalaian. Adrian memanfaatkan saat pergantian shift petugas. Dia hilang sejak pukul dua dini hari." Inspektur membantu Alena

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 410

    Foto itu terlepas dari genggaman Alena dan jatuh ke lantai. Dari bawah, wajah seorang perempuan muda dengan senyum cerah menatap balik padanya. Rambut panjang bergelombang, mata yang berkilau penuh kehidupan—seperti melihat bayangan dirinya sendiri di masa lalu.“Namanya Sari Kusuma,” ujar Inspektur Wijaya dengan suara terukur, hampir seperti takut melukai. “Dua puluh lima tahun, guru sekolah dasar. Terakhir terlihat tiga bulan lalu, sepulang dari kursus komputer.”Alena menunduk menatap foto itu. Perasaan mual merayap dari perut ke dadanya. “Dia… dia mirip sekali denganku.”“Kami juga menyadarinya. Tinggi badan hampir sama, warna rambut serupa, bahkan gaya berpakaiannya tidak jauh berbeda.” Inspektur meraih foto itu dan memasukkannya kembali ke dalam amplop cokelat. “Adrian sepertinya punya tipe tertentu.”“Apa yang terjadi padanya?” suara Alena lirih, nyaris bergetar.“Kami masih menyelidiki,” jawab Inspektur. “Tapi Adrian punya foto-foto Sari yang diambil selama berbulan-bulan sebe

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 409

    Tiga hari kemudianSuara hujan yang mengetuk kaca jendela kamar rumah sakit mengisi ruangan dengan ritme lembut. Alena memejamkan mata, membiarkan suara itu menenangkan pikirannya yang masih kusut. Perban di lengan kirinya menjadi pengingat jelas tentang detik-detik menegangkan ketika ia merebut detonator dari tangan Adrian.Pintu kamar terbuka perlahan. Nadine masuk dengan dua cangkir kopi di tangan, senyum hangatnya langsung menyapa ruang yang dingin."Bagaimana perasaanmu hari ini?" tanyanya sambil meletakkan kopi di meja samping."Lebih baik," jawab Alena, mencoba duduk dengan bantuan Nadine. "Masih sulit percaya semuanya sudah benar-benar berakhir."Nadine menarik kursi dan duduk di sebelahnya. "Berakhir dengan cara yang bahkan tidak pernah kita bayangkan. Kamu tahu Adrian sekarang di mana?"Alena mengangguk pelan. "Di rumah sakit jiwa. Dokter bilang dia mengalami breakdown total. Katanya, dia terus berteriak-teriak soal aku yang mengkhianati 'cinta sejati' kami.""Cinta sejati?"

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 208

    Alena menatap benda kecil di tangan Adrian dengan napas tercekat. Lampu merah yang berkedip itu berdenyut seperti detak jantungnya sendiri—cepat, panik, dan penuh teror."Apa itu?" bisiknya. Padahal, jauh di lubuk hati, ia sudah tahu jawabannya."Detonator." Adrian menggenggamnya erat, jari-jarinya bergetar. "Aku sudah menanam bom di seluruh gedung ini. Kalau mereka mencoba merebutmu dariku...""Adrian, jangan gila!" Alena spontan melangkah maju, tangannya terangkat seakan bisa menghentikan situasi dengan isyarat kecil. "Kamu bilang kamu mencintaiku. Orang yang dicintai tidak dibunuh!""Aku tidak akan membunuhmu!" teriak Adrian, matanya liar. "Aku akan mati bersamamu! Kita akan bersama selamanya, Alena. Seperti yang seharusnya!"Dari luar gedung, suara semakin riuh. Teriakan polisi, langkah kaki berlari, suara radio berdesis. Sebuah megafon pecah menembus udara tegang."Adrian Pratama! Keluar dengan tangan terangkat! Kami tahu kamu di

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 407

    Pabrik tua itu berbau lembap, udara dipenuhi debu yang membuat dada sesak. Cahaya sore masuk lewat jendela-jendela pecah, membentuk pola aneh di lantai beton yang retak dan kotor. Adrian berjalan di depan, langkahnya mantap seolah sudah sangat akrab dengan tempat itu.“Indah, kan?” katanya sambil menoleh singkat ke Alena. “Sepi, privat, jauh dari hiruk pikuk kota.”Alena merapatkan lengannya ke tubuh, berusaha mengusir rasa dingin yang menusuk tulang meski udara di luar masih hangat. “Tempat ini menyeramkan, Adrian. Kenapa harus ke sini?”“Karena di sinilah semuanya dimulai,” jawab Adrian sambil mendorong pintu besi berkarat.Ruangan di balik pintu itu membuat Alena tertegun. Bukan ruangan kosong seperti yang ia bayangkan, melainkan sebuah ruang yang disulap seperti tempat tinggal: ada kasur, meja kecil, kursi, bahkan lemari es mini. Semua tampak teratur, terlalu teratur untuk sekadar tempat singgah.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status