Share

Gaji Yang Dirahasiakan Suamiku
Gaji Yang Dirahasiakan Suamiku
Author: Pena_Receh01

BAB 1 - Ternyata Gaji Suamiku ...

#Gaji_Yang_Dirahasiakan_Suamiku

"Mas, kok segini!" keluh Viona.

Wanita tersebut menatap lembaran uang yang diberikan suaminya. Sedangkan lelaki itu mengembuskan napas saat mendengar keluhan sang istri. Dia memilih mendaratkan bokong di sofa.

"Udah dong, Vio. Mas baru aja pulang lho, kenapa kamu selalu aja ngajak ribut kalau aku kasih gajiku sih ...."

Dimas memijit kening lalu memejamkan mata. Sedangkan Viona yang mendengar hal itu langsung mendekati pria tersebut dan duduk di samping sang suami.

"Tapi ini kurang, Mas ... bahkan ini lebih sedikit dari bulan kemaren," tutur wanita itu.

Pria tersebut mengembuskan napas berat mendengar penuturan sang istri. Ia langsung menatap Viona dengan menyipitkan mata.

"Harus cukup Vio! Lima ratus ribunya aku kasih ke Ibu. Dia lagi butuh uang Vio, apalagi kata Erna, Ibu lagi sakit. Harusnya kamu bersyukur, ada yang lebih susah dari kita. "

"Lagian, Mas juga ngambil uang buat bensin dan makan siang aja kok di kantor," lanjut lelaki tersebut.

Viona mendengar penjelasan sang suami akhirnya mengangguk lemah. Sedangkan Dimas melihat respon wanita tersebut langsung mengulas senyum.

"Makasih udah berusaha ngertiin keadaanku, ya udah. Aku mandi dulu ya, doain suamimu ini biar gajinya dinaikin supaya bisa kasih uang lebih besar dari ini," ujar Dimas.

Sekali lagi Viona mengangguk sebagai jawaban dari ujaran sang suami. Melihat hal itu, Dimas langsung menarik hidung wanita tersebut, membuat Viona memajukan bibirnya.

"Ayo buatkan kopi, aku kangen minum buatan kamu, kalau buatan orang lain gak seenak buatan istriku ini," goda lelaki itu.

Setelah mendapatkan iyaan lesu dari sang istri, Dimas segera pergi ke kamar. Sedangkan Viona menghela napas, ia memasukan uang ke saku lalu bergegas membuatkan kopi.

"Akh ... aku harus gimana, hutang di warung udah banyak. Apalagi Mas Dimas selalu minta dibeli rokok, huh," ucap Viona lemah.

Viona membuat kopi dengan keadaan melamun, bahkan menghela napas beberapa kali. Sedangkan di dalam kamar, lelaki itu merogoh handphone yang bergetar lalu segera mengangkat panggilan tersebut. Tidak lupa pria yang berstatus suami Viona ini mengunci pintu.

"Mas ... kenapa angkatnya lama banget sih," gerutu seseorang.

Mendengar ucapan mendayu dari seorang wanita itu meringis.

"Eum ... maaf, Sayang. Lagian kamu kenapa telepon Mas? Udah tau kalau jam segini itu Mas udah ada di rumah," balas lelaki itu.

Wanita yang mendengar jawaban pria tersebut langsung mendengkus. Terdengar hentakan kaki dari ponsel, membuat Dimas mengeyitkan alis.

"Mas ini, biasanya juga kamu tiap malam selalu minta video call sambil nyuruh aku pake baju seksi. Masa sekarang aku telepon kamu gak boleh! Gak adil banget deh," gerundel perempuan tersebut.

Nada suara cewek itu terdengar seperti merajuk. Dimas menggaruk kepala yang tak gatal mendengar perkataan sang wanita.

"Tapi kan kamu tau, jam segini Mas pasti udah sampe rumah. Kalau misalnya istri Mas yang angkat telepon gimana," lontar lelaki itu.

Dimas bergerak dengan gelisah dan berdecak kesal.

Mendengar perkataan lelaki itu, perempuan tersebut mendengkus.

"Kamu mah nyebelin, Mas! Awas, pokoknya malam ini kamu harus ke rumahku, titik!" seru perempuan tersebut.

Wanita itu langsung mematikan sambungan telepon, sedangkan Dimas mengembuskan napas kasar.

"Huh ...."

Lelaki itu menaruh handphone ke kasur, lalu gedoran pintu terdengar. Membuat ia melirik benda tersebut lalu mendekat dan membuka.

"Kenapa kamu kunci, Mas! Lagian kenapa belum mandi," cecar Viona.

Dimas memutarkan bola mata malas, lelaki itu memeluk pinggang istrinya.

"Tadi ditelepon Bos, disuruh ngerjain kerjaan. Kayanya aku bakal lembur deh, kamu gak usah nungguin aku. Palingan aku pulang besok malam," jelas Dimas.

Mata Viona membulat, ia menatap suaminya.

"Emang gak bisa dikerjain di rumah, Mas. Beberapa hari ini kamu selalu lembur, dapet bonus cuma dikyit, gak sesuai sama yang kamu kerjain. Protes dong, Mas! Sama Bos kamu," gerundel wanita itu.

Dimas menghela napas mendengar gerutuan sang istri. Lalu menepuk bahu Viona dan membuat wanita itu menatap dirinya.

"Kalau Mas protes terus malah dipecat gimana? Udah deh gak usah masalahin itu. Nyari kerja itu susah kalau Mas begitu terus jadi pengangguran gimana! Udah, Mas mau mandi dulu terus ngabisin kopi buatan kamu terus pergi kerja. Doakan Mas aja ya, biar sehat terus," seru Dimas.

Pria tersebut mendorong istrinya dengan pelan ke luar kamar.

"Kamu tunggu aja di luar, nanti Mas mandi dulu. Jangan ngintip lho, nanti bintitan," goda pria tersebut.

Dia langsung menutup pintu membuat Viona mengembuskan napas. Dengan langkah lesu, wanita itu melangkah menuju ruang tamu dan duduk di sofa kecil.

"Huh, aku harus gimana. Mas Dimas ngasih uang cuma satu juta setengah, sedangkan kudu bayar kasbon di warung belum bayar kontrakan," keluh wanita itu.

Sedangkan di kamar mandi, Dimas segera membersihkan diri dengan cepat. Lalu bersiap tak lupa menyemprot parfum ke pakaian, setelah itu melangkah ke tempat istrinya berada. Mencium aroma yang sangat harum membuat wanita tersebut menoleh ke sumber wewangian.

"Mas, kan cuma mau ke kantor kenapa wangi banget. Lagian udah malam, palingan cuma beberapa orang kan yang kerja. Ngapain segala pake parfum, badanmu bau asem juga gak bakal ada yang komen," sembur Viona.

Dimas menarik dalam lalu mengembuskan napas. Ia memegang bahu istrinya lalu menuntun untuk duduk di kursi.

"Kamu ini, malu dong. Kerja kantoran masa bau. Lagian kalau wangi kan bagus, gak malu-maluin. Udah deh, aku cuma pake parfum aja dipermasalahin. Mendingan temenin aku minum kopi," lontar Dimas.

Viona memanyunkan bibirnya, wanita itu langsung menatap sang suami yang duduk dihadapan dan memamerkan senyuman.

"Jangan cemberut gitu, nanti kopi buatanmu jadi asin gimana," goda pria tersebut.

Setelah berkata demikian, lelaki itu segera meniup-niup kopi yang berada di cangkir. Lalu perlahan di minum dan di semburkan. Membuat Viona melihat hal tersebut mengeryitkan alis.

" kamu kenapa, Mas?" tanya Viona khawatir.

Dimas yang ditanya oleh Viona masih membuang ludah. Ia lelaki itu langsung berlari ke dapur lalu mengambil air putih. Wanita tersebut yang heran mengikuti sang suami.

"Kamu ini gimana sih! Masa buat kopi jadi asin," omel pria tersebut.

Viona menukikan alisnya, sedangkan Dimas menatap kesal sang istri. Lalu wanita tersebut menepuk kening.

"Haduh, maaf Mas. Kayanya aku salah masukin, kirain gula ternyata garem," ujar Viona.

Ia memutarkan bola mata kala mendengar ujaran sang istri. Mendengkus tanda dirinya kesal, lalu melangkah keluar.

"Udahlah, gak usah dibahas lagi. Mas mau pergi sekarang. Takut nanti telat diomelin Bos lagi," celetuk lelaki itu.

Viona berusaha mengejar suaminya yang melangkah sangat lebar. Saat berada di depan pintu, wanita itu segera menarik lengan Dimas kala tergapai.

"Mas, masa mau langsung pergi. Kamu kan belum makan, itu makanan udah di atas meja lho. Walau makannya seadanya," tutur Viona.

Lelaki itu langsung menoleh menatap istrinya lalu melepaskan cekalan Viona.

"Ya gimana atuh, Vio. Mas kan cuma karyawan, udah kamu makan aja sendiri terus tidur. Mas kerja dulu," seru Dimas.

Dia mencium kening Viona lalu melangkah dan menaiki kendaraan roda dua. Ia melambaikan tangan dan dibalas wanita tersebut. Setelah sang suami hilang dari pandangan, perempuan itu menghela napas lalu segera menutup pintu.

"Aku ke kamar aja deh, sekalian wudhu. Bentar lagi kan Isya," gumam Viona.

Perempuan yang memakai daster itu segera melangkah menuju kamar. Lalu kala membuka pintu, ia mengeryitkan alis kala melihat kertas kecil di dekat pintu di samping tong sampah. Wanita itu berjongkok dan menatap lembaran ini.

"Hah, ini kan slip gaji Mas Dimas. Kok nominalnya gede dan lagian kerjaannya kok buat yang dia sebutin dulu. Apa udah naik jabatan ya, mungkin Mas Dimas mau kasih kejutan buat aku. Besok kan aniversery kami," ucap Viona terkejut.

Viona segera bangkit lalu melangkah ke ranjang. Ia segera merogoh handphone hendak menanyakan semua. Tetapi saat mengingat sang suami pasti masih diperjalanan dia urungkan.

"Nanti aku tanyain kalau Mas Dimas pulang aja."

Segera menaruh kertas ke nakas, lalu hendak beristirahat dahulu. Wanita itu bangkit dari duduk karena ingin buang air kecil. Setelah selesai melakukan hal tersebut, ia mengembuskan napas kasar kala melihat pakaian bekas yang berantakan di bilik mandi.

"Mas Dimas, ini. Kebiasaan banget deh," keluh Viona.

Wanita berambut sebahu itu segera mengambil pakaian bekas yang ditaruh asal oleh sang suami. Kala hendak menaruh ke keranjang cucian. Ia menemukan dua struk tranfer yang jumlah sangat lumayan.

"Katanya ngasih Ibu lima ratus, ini kok dua juta. Dan ini, Kania. Siapa lagi kenapa Mas Dimas kirim uang sampe tiga juta," seru wanita itu.

"Apa Mas Dimas selingkuh, dan dia gak pernah bilang kalau naik jabatan biar selalu ngasih uang cuma sedikit," terka perempuan itu.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status