Gara-gara Nikah di KUAPart 15 : Kejutan“Bang, dapat dari mana kamu barang-barang ini?” tanyaku kepada Bang Yusril yang kini sedang mengamatiku di depan pintu kamar.“Semaunya halal, Dek, ini bukan barang curian. Ini buat kamu dan Abang membelinya sendiri,” jawab Bang Yusril dengan sambil mendekat ke arahku.“Bang, ini barang-barang mahal. Abang dapat uang dari mana?” tanyaku masih dengan mode penasaran.“Semua pertanyaan kamu yang hari ini, kemarin dan kemarin-kemarinnya lagi akan Abang jawab besok. Sekarang simpan saja dulu barang-barang ini dan besok harus dipakai!” Bang Yusril tersenyum.“Bang, kenapa harus nunggu besok? Kenapa nggak jelaskan sekarang saja!” Aku menatapnya serius kali ini, berharap ia tak main rahasia-rahasiaan lagi.“Besok saja, Dek!” Dia tersenyum jahil.“Bang, kok senang banget bikin Nai penasaran?” Aku mendekat kepadanya dan mendaratkan cubitan di pinggangnya.“Sakit, Dek!” Dia meringis dan bertingkah lebay.“Bang, cepat katakan sekarang!” Aku melototinya den
Gara-gara Nikah di KUAPart 16 : Bukan Mimpi“Itu Naima dan Yusril udah datang.”“Duh, mereka cantik dan genteng deh, pasangan serasi.”“Nggak nyangka bakal ngerasain juga acara yang dibuat mereka.”“Eh, mereka bisa banyak duit gini, gimana ceritanya, ya?”Begitulah bisik-bisik dari para tetangga saat aku dan Bang Yusril menaiki pentas yang dalam bahasa kampung kami disebut ‘tarub’ yaitu bangunan tambahan yang dibuat khusus untuk acara karena rumah yang bersangkutan tak mencukupi untuk menampung para tamu undangan.Aku dan Bang Yusril duduk di dekat Ibu dan Bapak juga Abah dan Emak. Nazia dipangku Ibu. Di sini juga ada Ustad Jaka, dia adalah Ustad yang biasa dipanggil warga jika akan mengadakan hajatan sebab dia akan menjadi pemimpin doa.“Apa acaranya bisa dimulai sekarang, Yusril?” tanya Ustad Jaka dengan sambil tersenyum.“Silakan, Ustad,” jawab Bang Yusril dengan menganggukan kepalanya.Ustad Jaka mulai memimpin doa.“Bang, acara apa ini?” bisikku padanya.“Acara aqiqah dan guntin
Gara-gara Nikah di KUAPart 17 : Mendadak BaikTaklama kemudian, Bang Yusril sudah kembali dari dapur. Aku masih di tempat semula dengan wajah masam, sebel saja dengan tingkahnya yang memberi penjelasan setengah-setengah gitu.“Dek, kok manyun?” Bang Yusril kembali duduk di sebelahku.“Sebel sama Abang, ngomongnya suka setengah-setengah!” jawabku dengan merengut.Bang Yusril terlihat menahan senyum lalu berkata, “Maaf, Sayang, tadi Abang kebelet. Akan Abang jawab sekarang kok pertanyaannya.”Aku masih merengut dengan bibir yang mengerucut, malas saja kalau dia malah ngerjain. Bang Yusril makin jahil sekarang, suka banget bikin istrinya penasaran setengah mati.“Jadi begini ... di antara sapi-sapi milik Juragan, lima ekor di antaranya milik Abang. Jadi, Juragan Burhan itu suka ngasih bonus anak sapi setiap tahun dan kumpulan jumlahnya ada lima ekor dan sekarang udah gede-gede. Kemarin Abang jual deh semuanya, buat modal wisuda, beliin kamu perhiasan juga buat acara aqiqah Nazia. Begitu
Gara-gara Nikah di KUAPart 18 : Tiga Hari Tak Pulang“Assalammualaikum .... ““Waalaikumsalam, Bang,” jawabku dengan tatapan masih ke punggung Mira yang sudah semakin menjauh itu.Tangan Bang Yursil mengacak pucuk kepalaku, ia tersenyum lalu menggandengku masuk.“Kenapa itu Si Mira, kalian habis berantem?” tanya Bang Yusril dengan sambil melepas sepatu, lalu jaketnya."Nanti deh, Nai, ceritain. Abang ganti baju dulu sana!" jawabku dengan sambil melangkah ke dapur.Taklama kemudian, Bang Yusril sudah muncul ke dapur dengan kaos oblong dan celana pendek. Cepat banget dia ganti costumnya.Aku langsung menceritakan maksud kedatangan Mira tadi dan Bang Yusril hanya tersenyum tipis sambil menyesap kopinya juga pisang goreng yang sengaja kusiapkan untuk menyambutnya pulang bekerja karena ia pasti capek juga lapat tapi dia makan nasinya kalo malam, kalo sore gini palingan makan kue apa yang ada saja. Kadang singkong rebus, singkong goreng atau juga bakwan yang kubuat asal-asal tapi tetap ena
Gara-gara Nikah di KUAPart 19 : Mira yang MeresahkanRayyan terus saja menangis, walau sudah kugendong. Tega sekali Mira meninggalkan anaknya begitu saja, dasar! Aku berdecak kesal dengan pikiran yang bercampur aduk. Ada sedikit cemburu juga, bukannya aku meragukan kesetiaan suamiku tapi aku meragukan Mira untuk takkan menggoda suamiku walau dulu hanya ia hina tapi kini ... suamiku sudah sudah naik level dengan penampilan yang sudah berbeda pula.Untung saja Nazia tak cemburu melihatku menggendong abang sepupunya ini. Ia terlihat sibuk memainkan boneka pembelian Ayahnya kemarin. Duh pusing juga ditangisi seperti ini, jadi serba salah juga. Satu jam sudah Rayyan menangis, pinggangku terasa mau patah terus menggendongnya hingga kubawa duduk dia dengan putus asa, sebab tak tahu lagi cara mendiamkan anak Mira ini. Mau diantar ke rumah Bude Nani, aku capek duluan membayangkan akan menggendong dua bocah sekaligus.Rayyan terus menangis dengan mengemut jempol tangannya. Sepertinya ia lapar,
Gara-gara Nikah di KUAPart 20 : Penjelasan Yusril“Dek, Abang minta maaf .... “ Terdengar suara Bang Yusril di belakangku.Aku masih tak mau mengubah posisi duduk, air mata mengalir begitu derasnya walau aku menangis tanpa suara. Hatiku sangat kesal, selama menikah dengan Bang Yusril, baru kali dia membuatku jengkel. Kukira kehidupan rumah tangga kami akan selalu adem, nyatanya tertiup angin juga.“Ta ... ta ... na ... na ... ya ... bu .... “ Terdengar ocehan Nazia juga juga tangannya yang menyentuh pundakku.“Sayang, Nazia mau mimik sepertinya .... “ ujar Bang Yusril lagi, nadanya terdengar memelas.Segera kuhapus air mata di wajah ini, lalu membalik badan dan mengambil Nazia dari tangan Bang Yusril dan kembali membelakanginya.“Abang mau mandi dulu, ya,” ujarnya sembari mengusap pundakku.Aku hanya diam dengan menggigit bibir, sembari menyapu air mata yang masih berjatuhan. Segera kususui Nazia dengan berusaha mengontrol perasaan ini, aku tak boleh menangis lagi. Sepertinya Bang Yu
Gara-gara Nikah di KUAPart 21 : Pinjam Uang“Nai, kok aku ditutupi pintu sih? Bukain gak?” Mira berteriak dengan mengedor pintu rumahku.Isshh, mau apalagi sih dia? Nazia jadi terbangun karena suara berisiknya itu. Kugoyang ayunan putriku dengan bersenandung kecil agar ia kembali tertidur.“Naima!” Teriakan Mira masih saja terdengar.Dengan kesal, aku beranjak menuju pintu dengan menggendong Nazia yang tak mau lagi tertidur dan kini menangis karena tak puas tidur.“Ada apa lagi sih, Mir? Anakku yang lagi tidur siang jadi terbangun karena teriakanmu!” ujarku saat membuka pintu.“Aku ke sini itu mau minta pertanggungjawaban kamu, Nai, Rayyan jadi nggak mau nyusu lagi semenjak kamu kasih makan bubur ... bubur apa itu namanya? Bubur mak oleh?” Mira terlihat menggaruk dahinya.“Terus?” Aku menatapnya jengkel.“Aku mau minta kamu kasih Rayyan makan bubur itu lagi.” Dia mendekat dan naik kembali ke teras.“Maaf, Mir, aku tak bisa memenuhi tuntutanmu. Kamu bikin sendiri saja bubur koleh-kole
Gara-gara Nikah di KUAPart 22 : Disita BankUntuk beberapa saat, aku dan Bang Yusril sama-sama diam. Dia terlihat santai saja, sedangkan aku berpikir keras atas ucapannya. Bayangan penghinaan demi penghinaan dari Nenek, Bude Nani juga Mira berputar kembali di kepala ini. Rasanya tak rela uang hasil jerih payah suamiku malah dipinjamkan kepada orang seperti Bude yang dulu begitu sombong dengan umpatan yang selalu menyakitkan hati.“Gimana, Dek, Abang sih terserah kamu saja?” Bang Yusril mengusap bahuku.“Abang sudah kerja keras dari nol, mengumpulkan uang demi merehab gubuk kita yang kata mereka adalah kandang sapi, jadi ... Nai berat untuk menyetujui Abang memberikan pinjaman itu sebab masih ada yang lebih berkecukupan dari kita dan Amirlah yang paling pantas menolong Bude Nani dan bukan kita!” ucapku mantap.“Jadi, kita akan menjadi penonton saja saat rumah Budemu disita, Dek?” Bang Yusril menatapku lekat.“Iya, sebab kita juga masih punya keperluan yang lebih penting. Robohkanlah g