Share

4. Kata-Kata

Pukul setengah satu malam ditunjukkan jam yang Owai lihat. Seperti yang sudah diperkirakan, maraton rapat virtual selesai larut malam. Mau bagaimana lagi, bahasan pekerja yang dibutuhkan Temund harus bertambah.

Owai juga cuma CEO, bukan Tuhan yang berkemampuan tanpa batas melaksanakan peran. Walau bagaimanapun itu bentuk dari rezeki besar anugrah Tuhan, Temund terus bertumbuh. Yang mana banyaknya bisnis usaha orang lain di luar sana mati satu per satu karena kondisi sulit Masa Pandemi.

'Alhamdulillah,' syukur Owai dalam hati.

Pundak Owai yang rasanya tegang karena berjam-jam fokus pada layar dekstop akhirnya bisa disandarkan ke bantalan kursi kerja. Lalu bagian bawah kursi ditarik untuk menopang kaki.

Owai mengistirahatkan tubuhnya dengan rebah menuruti mode berbaring versi kursi kerja pilihan sang ibunda. Tempat duduk itu lebih dari sekedar untuk diduduki. Jika Owai bukan menantu Amanda, pikirnya sampai mati pun mungkin dia tidak akan pernah punya furnitur canggih yang harga dan kualitasnya kelas atas seperti ini.

Owai tahu dengan pepatah, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ternyata itu bukan pengetahuan saja, ada bukti terjadi padanya.

Tentu, diantaranya termasuk Amanda yang membuat Owai menjadi bagian dari hubungan yang disebut keluarga. Hal yang dulunya paling tidak mungkin terjadi menurutnya.

Jangan lupa dia punya keinginan tidak menikah. Sembari berbaring di kursi, ingatan Owai berkelana ke satu per satu memori masa lampau. Sejenak rebahan sebelum dia tidur yang benar ke kamar.

"Astagfirullah!" Owai buru-buru bangkit dari kursi yang nyaman itu.

Jarum jam hampir menuju pukul setengah dua, Owai agak berlari menuju kamar tidur. Sadar dirinya bukan lagi istri rasa lajang sekarang ini. Yang mungkin akan dipermasalahkan jika tidak tidur di tempat yang sama dengan Agler.

Suaminya berada di rumah, kan. Debaran jantung Owai tidak santai. Apalagi ketika masuk kamar, dia melihat Agler sedang duduk menyandar di kepala ranjang.

Owai harap tadinya, yang akan dia lihat pada larut malam begini adalah Agler yang sedang berbaring pulas dalam tidur. Ternyata tidak, lelaki itu masih terjaga meski telah berada di atas kasur.

'Ah, tatapan tajam itu lagi,' risau Owai dalam hati pas sepasang netranya beradu pandang dengan milik Agler.

Owai pun membalas dengan senyum sekenanya. Dia telah cukup mampu beradaptasi dengan Agler dalam beberapa hari belakangan mereka hidup bersama, termasuk cara menatap itu.

Sekali lagi janji Owai pada dirinya sendiri, perlu waktu untuk hubungan mereka berkembang. Ada yang terbaru dia dapati dari Agler dimulai sejak tadi sore. Yaitu telinganya mendengar langsung suara Agler bicara.

Suaminya Owai itu sudah diperbolehkan dokter untuk menggunakan pita suara. Kondisi tenggorokan telah pulih. Lagi-lagi Owai mau tak mau memuji kesempurnaan anak tunggal mertuanya itu, tentu dalam hati saja.

Beda cerita kalau interaksinya dengan Agler akrab, Owa akan ringan mengungkapkan. Cara Agler berkata itu lembut yang berbalut kekuatan dalam setiap penyampaiannya. Serta jenis suara yang milikinya itu macam yang sopan masuk ke telinga ditambah intonasi dominan serta tenang.

"Segeralah bersih-bersih. Kita perlu bicara sebelum tidur," ujar Agler sembari sepuluh jarinya menari di atas keyboard laptop yang dia pangku.

Owai mengangguk paham. Lalu kontak mata mereka berdua terputus. Agler menoleh, fokus ke layar di depannya sedangkan Owai pergi menuju kamar mandi yang terhubung dengan walk-in closet.

Pakaian Owai memang belum berganti semenjak pergi bersama Amanda sebelumnya. Walau tidak bau badan, lebih baik ganti karena ada Agler. Andai saja ini dalam mode istri rasa lajang, Owai akan langsung berbaring tidur sekembalinya dari lembur kerja larut malam.

"Kamu ingin bahas apa?" ucap Owai setelah ikut duduk di ranjang.

Bersebelahan dengan Agler yang tidak melakukan apa-apa selain tak henti menatapnya, Owai merasa sangat canggung.

'Ya Allah, matanya tampan!' Lagi-lagi kesempurnaan visual Agler membuat Owai kembali bicara dalam hati.

Owai yang menjadi gugup ditatap Agler, mengalihkan sorot matanya ke jam digital di nakas. Benda itu menunjukkan angka dua dan dua belas. Larut malam tak lama berganti pagi, sungguh raga serta jiwa Owai butuh istirahat yang lelap.

"Tidak ada kata-kata, 'kita mulai dari berteman dulu'. Statusmu itu istri. Jadi terima kenyataan. Realistis!" ujar Agler menuntut perhatian Owai kembali menatapnya.

Kalimat Agler tersebut merujuk pada ucapan Owai saat obrolan setelah makan malam tadi. Di kala Amanda membahas rencana keluarga untuk bulan ini terkait setiap orang punya aktivitas masing-masing, hingga pada bahasan hubungan Owai dan Agler.

Diketahui bersama bahwa sang pengantin baru itu benar-benar baru berinteraksi secara nyata dan langsung sejak tiga hari yang lalu.

"Jangan lupa, saking realistisnya aku sampai-sampai kamu ikut terseret dalam pernikahan ini. Padahal kamu tahu kamu dimanfaatkan," tutur Owai mengikuti tajamnya Agler dalam cara bicara yang lembut. Entah bagaimana bisa kontras pula.

Sekelebat pemikiran dan perasaan bersalah Owai muncul. Perihal realita dia akan meninggal karena sekarat terkena serangan Covid tapi ternyata tidak. Malah hidupnya berlanjut, masuk ke ikatan sakral pula dan jerat itu mengikat lelaki sesempurna Agler dengannya yang bukan siapa-siapa ini.

Hening beberapa saat.

Owai diam menunggu balasan Agler. Yang entah mengapa tatapan suaminya itu terasa melembut.

"Paksakan lidahmu itu ganti kata 'kamu'. Panggil aku dengan kata ganti yang lebih baik," ucap Agler sambil menangkup wajah Owai.

Kemudian tenaga pada tangan Agler yang berada di wajah Owai bagai isyarat untuk patuh dengan tuntunannya untuk berbaring ke kasur. Sepasang manusia itu pun menempati bagian tengah tempat tidur ukuran king size.

Owai menurut sembari mengingat-ingat bagaimana cara dia memanggil Agler sebelumnya. Memang benar, apa yang bisa diharapkan dari komunikasi mereka yang sangat minim. Ditambah pula, Agler baru tadi sore mulai bicara lewat suara dengannya setelah berhari-hari Owa bersuara sendiri.

"Mau aku panggil..."

Ucapan Owa terputus karena telapak tangan Agler berpindah untuk menutup kelopak matanya....!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status