Share

2. Jangan sampai

Di sisi lain buggy car, Agler meletakkan bawaan di dekat Abdus yang sedang mengarahkan staf yang bertugas untuk menyusun barang-barang yang dibawa. Dia tidak merecoki pengaturan sang ayah. Asal orang tuanya senang sajalah.

Lagipula Agler sedang tidak bisa bicara lepas. Abdus sangat pas mengambil perannya dalam mempekerjakan bawahannya di situasi ini. Fasilitas All Park dibuka eksklusif untuk keluarga bos baru pemilik tempat, atasan dari atasan.

"Sudah semua menurut Ayah sekarang," ujar Abdus pada Agler terkait persiapan ke danau bagian dalam All Park.

Anggukan menjadi tanggapan Agler. Dia perlu memastikan apakah ada hal tambahan yang perlu dia siapkan untuk kegiatan memancing sang ayah. Tepatnya memancing ala piknik dadakan.

Agler tahu jika hanya dia dan sang ayah yang memancing, mereka hanya perlu bawa peralatan pancing dan sebotol air saja. Nyatanya kini harus berbeda karena kehadiran sang ibunda dan perempuan yang berstatus istrinya.

Tadinya Agler agak terkejut menyaksikan Owai, si perempuan asing serasa familiar tersebut mengiyakan ajakan sang ayah untuk ikut kegiatan favorit Agler bersama Abdus ini. Dasar jodoh pilihan ibunda!

Meskipun Agler diam-diam belajar memahami istrinya lewat layar berkat seringnya dia terima video-video kiriman Amanda yang bahagia punya anak perempuan, sepertinya Owai lebih menarik secara nyata ini.

"Terima kasih, ya. Ayah akan naik buggy," ucap Abdus pamit seraya menepuk sayang bahu Agler, "Oh, iya. Atur waktu agar tidak berlama-lama rapat dan jangan sampai membuat istrimu lupa punya suami."

Tanpa menunggu respon Agler, Abdus segera beranjak ke bangku depan yang jadi tempatnya duduk. Buggy car pun sudah ditempati Owa dan Amanda serta staf di bangku kemudi.

Agler melambaikan tangan melepas kendaraan tersebut bergerak menuju danau. Lalu dia pun naik buggy car lain yang sudah dipersiapkan asistennya untuk melaju ke bangunan kantor di bagian tengah All Park. Yang Agler tidak tahu, dari kejauhan sepasang mata Owa terus memperhatikannya.

Sebagai CEO NN Group, Agler kembali memerankan sosoknya yang berkuasa. Rombongan yang bersamanya pun mulai membahas All Park, kawasan rekreasi yang operasionalnya sedang berhenti.

Ditutup karena dampak bisnis terhadap situasi buruk Pandemi Covid dan diakuisisi oleh Nara Nature, perusahan lini bisnis lainnya milik NN Group.

Beberapa minggu belakangan situasi pandemi berada di masa reda, sebab masyarakat telah hampir merata mendapatkan distribusi vaksin penyakit yang meresahkan dan menyebar di seluruh dunia itu.

Berkat berhasilnya upaya kesehatan dan kondisi membaik, aturan pembatasan gerak yang diberlakukan dalam protokol kesehatan telah bisa dilonggarkan. Yang berarti, kehidupan normal versi baru mulai diadaptasi. 

***

Sepasang mata Owai terus memperhatikan hingga batas jarak pandangnya. Memandangi interaksi Agler dengan orang-orang mengenakan seragam berlogo All Park. Seolah Owai menilai Agler dari sisinya pribadi.

Owai pernah mendengar rumor terkait lelaki yang tak disangka-sangka terikat dengannya itu. Konon, hanya nama Agler William Nara yang lebih sering dijumpai daripada wujud orangnya. Sosok misterius dibalik besarnya kerajaan bisnis NN Grup.

Kabar-kabarnya, Agler William Nara menduduki tahta CEO di umur belasan tahun. Simpang siur kebenarannya karena jarang memunculkan diri di media. Kebanyakan pebisnis dan masyarakat awam juga lebih kenal dengan produk dan layanan perusahaan NN Grup.

Ada banyak rumor tentang Agler yang tidak Owai ketahui. Karena kepribadiannya yang tidak begitu suka terlibat dalam obrolan gosip. Owai tahu dirinya termasuk orang yang kaku sebagai perempuan. Tapi itulah yang nyaman bagi Owai, tidak banyak dramatisasi keadaan dalam hidupnya.

"Ibunda," panggil Owai yang duduk di dekat Amanda. Mereka kini sedang berada di pondok tepi danau setelah turun dari fishing boat.

Kapal mancing yang digunakan Abdus berlayar lagi karena pria itu penasaran dengan pengalaman memancing ke spot lain. Amanda yang sibuk dengan layar ponsel menanggapi panggilan Owai dengan mengusap sayang kepalanya yang ditutupi hijab. Isyarat tunggu sebentar.

"Ada apa Owai, Putriku?" ucap Amanda kemudian. "Tentang Agler, ya?" 

Lembut suara Amanda meyakinkan Owai untuk mengangguk.


"Perlakukan saja suamimu itu senyamannya kamu. Ibunda tidak akan ikut campur dalam hubungan kalian. Rumah tangga kalian itu dibangun berdua. Tapi jika suatu saat dia menyakitimu, segera adukan pada Ibunda. Biarpun dia anak Ibunda, jangan menahan sakit sendiri, oke? "

Ini yang Owai sukai pada Amanda. Dia balas dengan memeluk wanita kesayangannya itu dalam diam.

"Bagaimana Agler memperlakukanmu tadi? Ada masalah?" lanjut Amanda.

Owai menggeleng. "Entahlah, Ibunda. Bingung. Seperti saat di ruang makan, selama di mobil pun tidak ada sepatah kata pun keluar darinya."

"Astaga. Ibunda belum kasih tahu kamu sepertinya," ujar Amanda menyadari sesuatu, "dia itu sedang dilarang menggunakan pita suaranya. Dokter mengizinkan dia bicara dua hari lagi. Maafkan Ibunda. Jangan-jangan kalian sudah salah paham?" 

Hah?

Sungguh, dia tak enak karena sudah salah paham.

"Tidak masalah, Ibunda." Owai akhirnya menenangkan Amanda.

Mungkin, Owai juga harusnya lebih bersabar dan belajar sebagai istri, kan?

Hanya saja, dua hari telah berlalu. Selama itu pula Owai dan Agler lebih banyak berinteraksi dalam diam.

Untungnya, keduanya pintar memahami gerak-gerik satu sama lain. Diam-diam memahami apa yang masing-masing lakukan.

Namun, di malam hari, mereka hanya benar-benar beristirahat.

Bukan tidur dalam artian berhubungan suami istri nan intim.

Pelukan seperti di hari pertama? Jangan harap!

Setiap sarapan,  Owai juga berusaha melayani makan dan minum sang suami sebaik-baiknya dan Agler juga tidak mempersulit.

Pemandangan manis dari harmoni sepasang pengantin baru yang duduk berdampingan. Ruang makan makin hangat ditempati oleh personel lengkap.

"Pagi ini ke dokter, kan?" ujar Amanda kepada Agler di sela-sela mengisi ulang piring sarapan Abdus.

Anggukan Agler menanggapi sang ibunda.

"Benar mau sendiri ke sana?" tanya Amanda lagi.

Agler kembali mengangguk. Amanda pun mengangkat bahu, isyarat terima. Terserah anaknya itu sajalah jika memang begitu maunya.

Owai tidak tahu harus menanggapi apa. Dia hanya terua menyimak percakapan, kombinasi komunikasi suara yang ditanggapi dengan bahasa tubuh antara Amanda dan Agler.

"Putriku, hari ini agendanya penuh?" tanya Amanda beralih pada Owai penuh harap.

Deg!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status