Share

Part 2

Keesokan harinya, pukul tiga sore, Tina menjemputku di rumah. Sudah tidak ada alasan lagi untukku tidak ikut ke reuni. Semua ini demi menemani Tina dan segala nasehat dari Mama tadi pagi setelah aku berkata jujur kalau sebenarnya terpaksa mengikuti reuni ini. Mama bilang hitung-hitung tetap menjaga silahturahmi sama teman biar kalau ada apa-apa banyak yang bantu.

Dan sekarang aku sudah berada di dalam mobil Tina menuju venue reuni di Hotel De Emerald. Hotel ini sendiri milik Walikota baru yang merupakan salah satu temanku SMP.

"Gimana Del, udah punya pacar?"

Dari banyaknya pertanyaan, kenapa si Tina harus banget sih nanyain pertanyaan keramat itu.

"Lo kayak gak ada pertanyaan lain aja deh", protesku pada Tina.

"Ya elah, lo sih udah 28 tahun masih jomblo aja."

"Sorry gue bukan jomblo, tapi gue single. Mentang-mentang lo udah nikah ya langsung nyuruh gue buru-buru nikah aja." Tina hanya menjawab dengan kekehannya.

"Lo kenapa sih gak ngajak suami lo aja ikut ke reuni, malah maksa-maksa gue ikutan segala."

"Ya kan ini acara reuni temen SMP kita, ya kali gue ngajak suami. Lebih enak sama lo lah." Jawab Tina sambil terus konsentrasi menyetir.

"Biasanya kan malah jadi ajangnya pamer tuh bawa-bawa pasangan ke reuni. Atau jangan-jangan mau ketemu mas crush yang dulu jaman SMP ya makanya gak ngajak suami lo." Tuduhku pada Tina.

"Sorry ya gue bukan kayak gitu. Mending gue maksa lo aja ikut, biar sekali-sekali ikutan lah, masak absen mulu tiap ada reuni."

Benar sih apa yang diomongin Tina, aku memang jarang malah hampir gak pernah ikutan reuni. Ya selain malas, aku juga dulu sewaktu SMP bukan tipe siswi yang eksis, ya hanya siswi standar lah. Berkat paksaan dari Tina ini, akhirnya aku luluh. Karena sudah beberapa kali aku menolaknya, dan jangan lupakan dulu beberapa kali teman-temanku sempat chat personal untuk mengajakku ikut reuni juga.

Perjalanan 30 menit akhirnya kami sampai di hotel. Hotel De Emerald masih terlihat mewah sama seperti dulu, hanya sekarang sudah banyak di upgrade ornamen dan interior mewahnya jadi semakin kekinian. Ini bukan kali pertama aku menginjakkan kaki di hotel De Emerald. Dulu saat masih SMP, Jendra Walikota baru yang saat ini menjabat sekaligus teman SMP ku, pernah mengadakan pesta ulang tahun di hotel ini. Dan juga saat wisuda dulu kami juga mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan disini.

Dilihat dari parkiran mobil, sudah banyak ternyata yang datang. Kenapa aku tahu, karena di sini parkiran sudah mulai penuh mobil, bukannya aku sok tahu tapi parkiran ini memang dikhususkan untuk acara reuni. Sedangkan untuk tamu hotel, parkiran ada di basement, jadi bisa dipastikan dengan melihat banyaknya mobil setara dengan banyaknya tamu yang sudah hadir di dalam ballroom hotel De Emerald.

Sebelum turun, aku dan Tina mengecek ulang make up serta gaun yang kami kenakan hari ini. Sore ini aku menggunakan dress warna putih sebatas lutut, dengan model bahu sabrin. Setelah semuanya rapi dan tidak ada make up yang berantakan, kami melangkah masuk ke dalam ballroom.

Begitu kami memasuki ballroom, langsung di sambut dengan musik jazz yang mengalun. Seperti dugaanku tadi, sudah banyak teman-teman yang datang dan sepertinya di reuni kali ini banyak yang hadir, kemungkinan karena reuni yang sempat vaccum beberapa tahun, hingga yang ikut tahun ini begitu antusias . Sambil menunggu Tina menulis daftar hadir, aku mengamati keadaan. Banyak yang hadir bersama pasangan dan juga anaknya, membuatku sedikit insecure melihatnya mengingat statusku yang saat ini masih single.

Begitu menjejakkan kaki didalam Ballroom, kami di sambut oleh pihak EO untuk diarahkan menuju meja kami. Di meja yang berbentuk melingkar terdiri dari 6 orang, namun saat kami duduk sudah ada 3 orang disana yang aku lupa namanya. Beruntung Tina masih mengenali mereka sehingga aku tidak merasa canggung sendiri.

Acara reuni berjalan santai dengan di iringi musik dari salah satu band lokal kota Aare. Meskipun di luar banyak penjagaan ketat dari para pengawal Walikota, tapi suasana di dalam Ballroom hotel terasa hangat dan santai. Hanya ada 1 asisten yang sepertinya juga merangkap sebagai pengawal pribadi Walikota yang sejak tadi mengikutinya. Bagi kami, pemandangan Jendra yang dikawal sudah tidaklah asing lagi, karena dulu saat Ibunya menjabat, Jendra kemana-kemana selalu didampingi pengawal atau sopir.

Berbicara mengenai Walikota kami yang baru dilantik, dia adalah Jendra Andriansyah, seperti dikutip pada beberapa media, dia merupakan salah satu Walikota termuda di Negara ini, sudah pasti usianya sama denganku, 28 tahun. Dan juga jangan lupakan status single-nya saat ini yang semakin membuatnya famous di kalangan anak muda di kota kami, bahkan di luar kota. Tidak heran dia bisa menjadi Walikota, karena sejak dulu dia sudah memiliki jiwa kepemimpinan dan juga memiliki otak yang cerdas serta jangan lupakan wajah tampannya yang di atas rata-rata. Keluarganya pun berasal dari dunia politik, Ayahnya dulu adalah pengusaha sukses di kota Aare namun saat ini beliau sudah meninggal dunia sedangkan ibunya dulu adalah mantan Walikota di kota Aare selama 2 periode.

Dari meja kami, aku bisa melihat Jendra sedang menyapa beberapa teman-teman kami, tak sedikit yang mengelilinginya saat ini adalah siswa dan siswi terkenal di sekolah dulu, dan pastinya sebagian dari mereka sekarang menjadi orang sukses. Banyak teman wanitaku yang mencoba peruntungan dengan mendekati Jendra, tapi yang kulihat, Jendra hanya menanggapi biasa saja cenderung datar malahan.

"Lo gak mau ikutan genit-genitan kayak si Sely tuh." Bisik Tina di sebelahku yang sama-sama sedang mengamati keriuhan di ujung meja sana.

Akupun membalas bisikan Tina, "Dih ogah, gue single terhormat, bukan jablay ya." Jawabku sambill lanjut menyantap makanan lagi.

Tina hanya bisa terkekeh mendengar jawabanku. Belum sempat dia menyahut, tiba-tiba dia menyikut lenganku dan menyuruhku untuk melihat arah yang di tunjuknya dengan isyarat matanya. Refleks aku mengikuti arah mata yang ditunjuk Tina. Segera aku berbalik menghadap Tina kembali.

"Ngapain Jendra kesini sih, udah paling bener disana aja malah nyamper kesini."

"Husss, diem lo Dela. Terserah dia lah, kan dia yang punya acara, mau nyapa tamu-tamunya."

Aku hanya bisa memutar bola mata mendengar jawaban Tina.

"Hai semua, apa kabar?" tanyanya kepada kami berlima yang ada di meja itu, sialnya satu-satunya kursi yang tersisa ada di sampingku. Otomatis Jendra duduk di sana. Aku gambarkan sedikit penampilan Jendra sore ini, dia mengenakan celana jeans dengan atasan kaos putih polos dilapisi dengan blazer berwarna navy.

Belum sempat teman-temanku menjawab, tiba-tiba dia menoleh kearahku yang sejak kedatangannya masih focus makan cream soup dan berkata, "Dela kan?apa kabar?"

Aku memejamkan mata sejenak, kenapa dari semuanya dia harus ingat aku sih. Melirik sekilas kepada teman-teman yang ada di meja, yang kompak menatapku, seperti berkata buruan jawab pertanyaan Jendra

"Alhamdullilah kabar gu..eh maaf maksudnya kabar aku baik." Jawabku canggung pada Jendra. Saking canggung dan gugupnya aku lupa menggunakan kata 'gue'. Sudah pasti ini tidak sopan, mengingat dia Walikota kota kami. Memalingkan wajah, aku menepuk pelan bibirku yang sudah salah bicara.

Kudengar kekehan Jendra, "Santai aja lah, gak masalah pake gue lo kok. Akhirnya lo ikut juga reuni kali ini. Enjoy ya, gue duluan mau nyapa temen-temen yang lain." Pamitnya padaku yang ku jawab dengan anggukan kepala. Sebelum berdiri dia juga sempat melemparkan senyum pada teman-teman yang berada dimeja yang sama denganku.

Hanya saja, kenapa Jendra menatapku lama?

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status