Share

Part 6

Author: Putri Dita
last update Last Updated: 2023-12-19 11:23:32

Sepanjang malam kami mengobrol cukup lama di balkon dan minum kopi yang tadi sempat dibuatkan chef-nya sebelum meninggalkan apartemen Jendra. Ketika melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku yang menunjukkan pukul 10 malam, aku meminta Jendra mengantarkanku kembali ke Apartemen.

"Thank's ya Dra, buat makan malamnya." Ucapku tulus begitu kami sampai di lobby apartemenku.

"You're welcome. Besok lo ada acara ga?"

"Hmm ga ada kayaknya, kenapa?"

"Temenin gue ke pasar minggu ya, mau survei pasar minggu yang ada di sini. Buat perbandingan sama di kota kita"

"Gak janji ya, gue kalau hari minggu susah bangun pagi."

Jelas hari minggu adalah hari bermalas-malasan untukku, karena hanya di hari sabtu dan minggu, aku bisa bangun siang. Sedangkan di hari biasa, aku harus bangun pagi-pagi buta untuk menyiapkan sarapan dan bekal makan siang lalu berangkat bekerja.

"Gampang, ntar gue telepon lo berkali-kali sampai lo bangun.”

Aku hanya memutar bola mata, "serah lo deh, gue turun dulu ya. Hati-hati dijalan."

Sekali lagi, Jendra mengacak rambutku sebelum aku turun dari mobil. Aku menunggunya sampai mobilnya meninggalkan area apartemenku.

***

Tring tring tring...

Terdengar suara panggilan masuk di ponselku. Aku meraba nakas disamping tempat tidurku untuk mengangkat panggllan telepon.

"Hallo," sapaku begitu panggilan tersambung. Masih dengan suara serak karena baru bangun tidur.

"Hallo Del, lo baru bangun?"

"Hmm" jawabku dengan malas-malasan.

Masih setengah sadar, aku mendengar suara kekehan dari seberang sana, "ini udah jam 10 Dela, dan lo baru bangun."

Aku mengerjapkan mata, lalu melihat jam di dinding, saat kesadaran mulai menghampiriku. Menjauhkan ponsel dari telingaku, dan memastikan siapa yang meneleponku.

"Ya ampun Dra, sorry gue baru bangun tidur. Gue lupa pasang alarm tadi malem, lo dimana sekarang?"

Panik saat teringat kami ada janji ke pasar minggu, buru-buru aku bangun dari tempat tidur. Hampir saja aku tersandung karpet. Jendra yang mendengar keributan di telepon, kemudian cepat menjelaskan pada Dela.

"Calm down Del, gue telepon cuman mau ngabarin kalau gak jadi ngajakin ke pasar minggu. Gue semalem dapet telepon dari asisten gue kalau ada agenda mendadak di balai kota."

Akupun bernafas lega, dan kembali duduk diatas tempat tidur.

"Never mind, gue kira lo udah nunggu didepan lobby apartemen gue. By the way sekarang lo dimana?"

"Subuh tadi gue balik ke kota. Dan sekarang gue udah di balai kota kok, masih nungguin tamunya datang. Ya udah lo balik tidur lagi gih, kan kata lo hari minggu hari bermalas-malasan."

"Hmm..gue mau lanjut tidur lagi. Bye Dra!"

"Bye Dela, see you next week!"

Setelah panggilan berakhir, entah kenapa ada sedikit rasa kecewa saat Jendra membatalkan ajakannya. Menggelengkan kepala, aku kembali menjatuhkan diriku ke kasur.

"Duh bodo amat lah, gue mau lanjut tidur lagi.”

Mencoba kembali memejamkan mata, tapi tidak berhasil. Kesal, akupun bangun dan menuju kamar mandi untuk sikat gigi dan mencuci muka, berencana untuk mencari sarapan saja.

Keluar kamar mandi, aku mengecek ponselku, siapa tahu Shela sudah kembali ke apartemennya Tapi ternyata Shela masih belum kembali, dia mengabari akan sampai apartemen nanti malam. Mengembuskan nafas berat, aku scroll aplikasi ojek online untuk memesan makanan

Selesai dengan urusan memesan makanan, iseng aku membuka aplikasi I*******m dan mencari username Jendra. Ada banyak username atas nama Jendra, namun yang asli sudah pasti yang bercentang biru, mengingat dia begitu populer sebagai Walikota termuda.

Postingan pada laman instagramnya, kebanyakan tentang pekerjaannya selama menjabat Walikota. Ada juga beberapa foto saat reuni kemarin. Tanpa sengaja aku menekan tombol love, panik aku cepat kembali menekan tombol love lagi. Semoga notifikasi love tadi tidak sampai terlihat oleh Jendra.

"Duh bodo banget sih ni jempol, bisa-bisanya kepencet love." rutukku samba memukul pelan kepalaku.

Tak lama ada notifikasi akun Jendra mengikuti instagramku. "Alamak, ketahuan deh gue stalking dia."

Masih belum selesai meratapi kebodohanku, ponselku berdering. Panggilan videocall masuk dari Jendra! Ngapain sih pakai videocall segala, aku kan belum mengarang alasan.

Aku berdehem sebentar, menetralkan mimik wajah dan merapikan tampilanku, lalu aku mengangkat panggilan videonya.

Begitu video tersambung, nampak wajah Jendra tersenyum jahil.

"Ngapain sih lo videocall segala?" Sapaku ketus untuk menutupi rasa maluku karena ketahuan stalking akunnya.

Jendra malah tertawa terbahak-bahak, membuatku tak tahan untuk memutar bola mata malas, bersiap menerima ejekan dari Jendra.

"Idih ketahuan stalking akun i*******m gue ya lo, sok-sokan galak."

"Gak ya, tadi gue lagi lihat postingan yang ada tag foto temen-temen pas reuni." Jawabku mengelak, disana terlihat wajah Jendra yang menahan tawa. "Ketawa aja lo, gak usah di tahan ntar jadi kentut baru tahu rasa." omelku untuk menghilangkan kepanikan.

Puas tertawa, Jendra kembali berkata, "stalking juga gak apa-apa kali Del. Follback tuh akun gue, kehormatan buat lo bisa di follow duluan sama gue."

"Terima kasih yang mulia Walikota sudah mau mem-follow akun rakyatmu ini." candaku pada Jendra.

Jendra tidak langsung menjawab candaanku, dia malah terus memandangiku yang tentu saja membuatku salah tingkah sendiri.

"Ehmm," aku berdehem untuk menarik perhatian Jendra agar tidak terus memandangiku, jujur aku ditatap seperti itu membuatku salah tingkah. "Tamu lo belum dateng?kok masih bisa videocall gue?"

"Belum masih on the way katanya, mungkin 10 menit lagi nyampek. Lo habis mandi ya?"

Aku memegang rambut basahku, "Iya gue baru kelar mandi, ini masih nungguin makanan dateng."

"Jam segini lo baru makan?" Yg kujawab dengan dengan anggukan kepala.

"Ini udah jam 11 Del, telat banget sih makan lo?"

"Ya gak apa-apa sih, kan tadi gue juga baru bangun jam 10, ya hitung-hitung makan pagi sekaligus makan siang gitu" jawabku dengan cengiran. Tiba-tiba bell pintu apartemenku berbunyi, "bentar ya, makanan gue udah dateng." Tanpa menunggu jawabannya, aku berlari mengambil pesanan makananku. Ponsel aku taruh di meja makan, sambil aku membuka pesanan makananku.

"Halo Del, gue ngapain videocall-an sama plafon apartemen lo sih?" Terdengar suara Jendra dari ponselku.

Setelah menaruh makanan di meja makan, aku lupa masih tersambung dengan Jendra, buru-buru aku meletakkan ponsel dengan posisi berdiri bersandar pada toples.

Tampak wajah cemberut Jendra disana. "Apaan sih lo, pake cemberut segala?"

"Beli makan apa Del?" Mengabaikan pertanyaanku, Jendra justru bertanya makanan yang aku pesan.

"Bubur ayam depan simpang pojokan," jawabku sambil menunjukkan bubur yang sudah ku pindah ke mangkok.

Terlihat di layar ponsel, asisten Jendra menghampirinya, dan berbisik di telinganya. Setelah asistennya pergi, Jendra pamit mengakhiri videocall karena tamunya sudah dateng.

"Gue ketemu tamu dulu ya, orangnya udah dateng di depan. Lo makan yang benar Del, jangan di rapel makannya."

"Oke Dra, bye!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 5 -Bertemu Orang Tua Dela (Jendra POV)

    Pagi setelah Dela mengakhiri hubungan kami, aku benar-benar kalut. Aku langsung memerintahkan Aldo untuk kembali ke kota Aare. Dalam pikiranku, satu-satunya cara agar Dela tidak pergi dariku adalah menemui orang tuanya dan langsung melamarnya. Mungkin Dela akan marah, tapi aku tidak peduli. Salahkan dia yang seenaknya mengambil keputusan sendiri. Aku juga bisa seperti itu. Saat aku menyuruh Aldo untuk dia langsung ke rumah Dela, dia menolak ideku. “Maaf, Pak, sekarang sudah malam. Sangat tidak sopan kalau Bapak ke sana malam-malam.” “Terus kapan, Do? Saya gak mau menunggu lama-lama.” Aldo menghela nafas pelan.,“Besok pagi saja, Pak Jendra. Malam ini Bapak bisa istirahat dulu. Tidak mungkin Bapak menemui orang tua Bu Dela dengan keadaan kacau seperti ini.” Aku berpikir sebentar, apa yang diucapkan Aldo ada benarnya juga. Gak mungkin aku ketemu orang tuanya dengan kondisiku yang kacau begini. Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang ke rumah dinas.Keesokkan harinya, aku sudah segera

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 4 - Memberi Restu (Jendra POV)

    "Ma, aku udah bilang mau membatalkan perjodohan ini. Kenapa Mama masih aja maksa aku?" "Ini semua demi kamu, Jendra, demi masa depan karir kamu. Cinta bisa datang setelah kalian menikah." Klise. Jujur saja aku meremehkan pendapat mama dalam kepalaku. Namun, saat bicara aku berusaha membuat nada suaraku senormal mungkin. "Aku sama sekali gak pengen meraih kesuksesan menggunakan cara seperti ini. Kalau memang masyarakat puas dengan kinerjaku selama periode ini, pasti mudah untuk melanjutkannya lagi." "Meski begitu kamu juga harus tetap punya penguasa yang akan mendukung kamu demi melancarkannya!" Halo? Ingin rasanya aku menunjuk diriku sendiri. Apa seorang lelaki dewasa berumur 28 tahun seperti diriku tidak pantas disebut sebagai ‘penguasa’ karena hanya memimpin perusahaan-perusahaan warisan sang ayah di bawah ketiak ibunya? Aku menggelengkan kepala tidak percaya. "Mama masih gak percaya dengan kemampuanku dan orang-orang yang selama ini mendukungku? Apa selama ini semua pencapaia

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 3 - Berjuang (Jendra POV)

    Sore hari aku kembali ke kantor setelah sejak pagi melakukan peresmian maupun pengecekan proyek di beberapa daerah. Sebenarnya aku lelah, tapi beberapa berkas proyek dari kantor dinas yang ada di atas mejaku membutuhkan tanda tanganku. Saat sedang sibuk membaca dengan teliti berkas yang ada di tanganku, pintu diketuk dari luar. "Masuk," jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari berkas. "Maaf, Pak Jendra, di luar ada Bu Tari," ucap Aldo. Memejamkan mata sejenak menahan kesal, aku mengangkat kepala dan berkata, "Antarkan dia ke sini." Aku tahu tidak bisa terus begini, semuanya harus segera diputuskan. Malam setelah pertemuan pertama keluarga dulu, beberapa kali Tari memang mencoba menghubungiku dan mengajakku bertemu, tapi selalu kutolak dengan berbagai alasan. "Maaf, Mas Jendra, Tari harus datang ke sini," cicit Tari begitu berdiri di hadapanku. Tangannya tertaut, cara bicaranya gugup. Cari simpati dia? "Hmm." Berdiri dari kursiku, aku berjalan menuj

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 2 - Meninggalkannya (Jendra POV)

    Setelah sambungan telepon terputus, aku yang saat ini berada di dalam toilet menatap pantulan diriku pada cermin. Aku merasa bersalah pada Dela karena telah meninggalkannya sendirian di restoran, padahal aku yang mengajaknya ke sana. Andai saja Mama tidak memaksaku untuk bertemu dengan tamunya, aku tidak akan meninggalkan Dela sendirian. Aku membasuh wajahku agar lebih segar. Hatiku tiba-tiba diliputi rasa gelisah.Terdengar pintu kamar mandi diketuk dari luar."Pak Jendra, apa masih lama di dalam toiletnya?" Terdengar suara Aldo memanggil.Menghela napas, lalu aku sekali lagi mengambil tisu untuk mengeringkan sisa-sisa air di wajahku, sebelum kemudian bergerak membuka pintu toilet."Maaf, Bapak ditunggu Bu Wahyu di ruang makan karena sebentar lagi makan malamnya selesai.""Hmm," jawabku dengan gumaman malas, kemudian melangkahkan kaki menuju ruang makan diikuti Aldo.Sesampainya di ruang makan, orang-orang masih duduk dengan pos

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Extra Part 1 - Reuni (Jendra POV)

    Hari reuni SMP Pratamadya Kota Aare akhirnya datang juga. Aku tidak sabar menunggu untuk segera sampai di hotel tempat acara. Begitu turun dari mobil, aku menuju ballroom yang sudah ramai oleh teman-teman seangkatanku. Banyak wajah-wajah familier yang masih bisa aku kenali. Banyak di antaranya menghampiriku dan menyapaku. Yang lain ada yang hanya menoleh menyadari kedatanganku, sisanya ada pula yang tidak peduli. Yah, teman datang dan pergi seiring usia. Seleksi alam. Di SMP dulu aku termasuk salah satu murid populer hingga tak heran satu sekolah mengaku-ngaku sebagai temanku. Walaupun ada banyak juga yang memang masuk lingkaran pertemananku, seiring berjalannya waktu dan kesibukan, aku mulai jarang bisa kumpul dengan mereka dan sempat lost contact juga. Jadi, ya ... kabar reuni ini pun disampaikan Andi, salah satu teman terdekatku semasa SMP. Kebetulan dia yang jadi ketua panitianya, dan menawarkan proposal padaku untuk mensponsori acara ini sekalian mengajakku ikut. Awal

  • Gara-gara Reuni, Wali Kota itu Jadikanku Istri   Part 55 (End)

    Resepsi berakhir. Akhirnya. Jendra membawaku menuju kamar hotel yang sudah disiapkan. Setelah tadi berpamitan terlebih dahulu pada kerabat dan keluarga kami yang masih tersisa, Jendra langsung menggandeng tanganku menuju lift. Di depan lift sudah ada Mas Aldo yang begitu kami masuk langsung memencet tombol lantai 20 yang setahuku merupakan lantai tertinggi gedung ini.“Loh, bukannya kamar kita ada di lantai 15, ya?” tanyaku heran.“Kamar kita pindah, Sayang.” Tangannya merangkum wajahku, dan sempat mengecup pelan bibirku sebelum kembali menghadap ke depan. Genggaman tangan Jendra masih terasa erat di jemariku.Begitu lift berdenting menandakan kami telah sampai di lantai 20, pintu lift terbuka. Aku yang sedikit kesulitan dengan gaun panjangku sempat hampir terjungkal, beruntung Jendra memegangi tanganku hingga aku tak sampai jatuh. Tiba di depan pintu kamar dengan nomor 2001, Jendra menempelkan access card pada pintu dan menarikku untuk ikut masuk ke dalamnya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status