Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa saat emak Alf datang pun tiba. Alf sudah duduk manis menanti emak di stasiun bis, karena memang kampung Alf dan Kota Kupang bisa ditempuh kurang lebih 4-5 jam saja dengan bis.
Alf memasang tampang bahagia selama menunggu kedatangan emak. Untunglah dia diberikan izin oleh Ibu Nover, karena belum ada pekerjaan penting yang harus Alf selesaikan.
Bukan hanya Ibu Nover saja, Ibu Budi juga sudah diberikan informasi bahwa emaknya bakal menginap sekitar seminggu, di kosan.
Alf menggoyangkan kaki dengan senyum merekah di bibir. Tak berapa lama, bis yang ditumpangi emak pun tiba. Alf beranjak dari duduknya dan melesat di depan bis yang sudah diberitahu emak-namanya, Bis Sinar Gemilang.
Alf yang berdiri di dekat bis, akhirnya mendapati sosok emak yang selalu dengan gaya ala emak-emak gaul. Emak mengenakan celana panjang berbahan, dengan blus katun berwarna hitam-berlengan 3/4. Tidak lupa topi bundar menutupi rambut lurus
Alf sudah tiba di laboratorium dengan dua buah totebag berisi oleh-oleh. Jessy yang sedang menerima telepon dari salah satu customer pun mengalihkan pandangannya pada Alf. Alf memamerkan totebag berlogo rumah dengan tulisan 'Oleh-oleh Khas Soe', pada Jessy. "Baik, Pak. Bapak bisa langsung antarkan sampelnya ke laboratorium kami, pada jam kerja," ujar Jessy sambil mengapit gagang telepon, dan memberi isyarat pada Alf untuk menunggunya selesai menelepon. "Iya, benar sekali, Pak! Baik, Pak! Terima kasih," lanjut Jessy ramah. Sesaat kemudian, dia sudah meletakkan gagang telepon. "Apaan, tuh?" tanya Jessy seraya keluar dari 'istananya', dan berdiri di samping Alf. Jessy langsung menyergap totebag yang berlabel 'Bos Alf'. "Woi! Itu punyanya mami!" pekik Alf. Jessy yang terkejut langsung mengembalikan totebag yang dimaksud dengan gaya hati-hati. "Berarti ini punya kita?" tanyanya sambil melihat tu
Alf dan emak sedang nongkrong di teras kosan mereka, saat Willy lagi menjemur pakaian, di malam hari tepatnya. Lah?!"Itu temen kamu yang namanya Willy?" tanya emak sambil menyikut lengan Alf."Iya, mak. Tadi pas pulang, dia mau kenalan sama emak. Tapi, emak lagi mandi," jawab Alf dengan mimik serius menatap layar ponsel."Aneh banget, malam-malam baru nyuci pakaian," cibir emak."Yah... Kan paginya kita kerja, mak..." balas Alf acuh tak acuh."Pokoknya, kamu jangan aneh-aneh sama dia! Awas loh!" ancam emak dengan volume suara setengah berbisik, tapi tatapan emak mematikan. Tsah!Alf mencibir. Tidak memberi jawaban apa-apa. Hanya sibuk dengan ponselnya.Emak mendesah panjang. "Yah... Tau gini... Mending emak di kampung aja... Masa udah dateng jauh-jauh, dikacangin... Malah sibuk sama ponselnya aja. Nasib... Nasib... Emak tiba-tiba rindu bapak... Pengen pulang aja," rajuk emak panjang lebar, membuat telinga Alf jadi p
Alf uring-uringan di ruang laboratorium gara-gara selama di kosan, emak terus heboh perihal mau ketemu sama Inn. Ditambah lagi, Willy malah menghasut emak, biar dirinya juga bisa ikut serta nanti. "Sebagai perwakilan orang terdekat Alf," kata Willy. Dan hasutan Willy itu tentu saja dengan sukacita diterima oleh emak, membuat Alf hanya bisa geleng-geleng kepala. Padahal sebelumnya, emak tidak suka Alf dekat-dekat sama Willy. Sekarang, malah emak yang bagai amplop dan perangko sama Willy, kalau di kosan.Emak yang merasa jiwanya klop dengan jiwa Willy, ingin Willy juga ikut. Seolah-olah Willy adalah anak yang hilang, dan baru saja ditemukan. Dan alasan emak ingin Willy ikut, biar emak ada yang temani. Lah?! Emang si Alf apaan?Kasihan, Alf kagak dianggap. Hmph!Sepanjang hari, Alf hanya mendesah panjang dan sesekali terlihat menggaruk kepalanya dengan wajah frustasi. Untung saja, pekerjaannya hari ini tidak terlalu membutuhkan konsentrasi dan ketelitian. Kalau ti
Terima kasih untuk semua yang masih membaca novel ini, dan memberikan dukungan buat aku.Kalian benar-benar luar biasa! 😘🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Alf dan Willy sudah duduk manis di teras depan kamar kos, menanti emak yang masih dandan, dan Inn yang baru keluar dari rumahnya. Sesekali Alf memanggil emaknya, untuk memastikan apakah emak sudah selesai atau belum."Sabar! Emak masih nyisir rambut!" teriak emak dari dalam kamar."Duh! Kok emak lama banget dandannya! Padahal waktu di kampung, modal dasteran aja, mau diajak jalan ke toko kelontong! Kok kayaknya gue khawatir, ya?!" gumam Alf sambil mengusap-usap kedua bisepnya, yang tiba-tiba merinding. Mungkin ada si Kunti di sebelah?"Ya elah, Alf! Ini kan mau ketemu calon mantu, jadi wajarlah! Lagian kita kan mau ke mall. Masa lo nyuruh emak modal daster doang?!" Willy mencebik.Alf mendesah. "Ya, gak mas
Terima kasih buat semua yang masih setia membaca cerita ini! Lope you pull!🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Tiba di mall X, Willy sudah siap melancarkan aksinya-membawa emak kabur entah kemana, sehingga Alf dan Inn bisa jalan berduaan saja. Tapi, sepertinya rencana Willy bakal terhambat. Pasalnya, setelah turun dari mobil, si Inn malah terus menggandeng tangan emak, seolah tidak mau dilepaskan."Emak sampai kapan di sini?" tanya Inn pada emak yang sedang digandeng mesra layaknya ibu mertua dengan anak mantu. Heh?!"Cuma seminggu aja, Neng. Minggu depan udah balik kampung. Kasian kalo bapak ditinggal terlalu lama. Kasian juga si Nolla harus bolak-balik ngurusin mertuanya, terus ngurusin bapak lagi. Belum anak-anaknya yang masih sekolah," jawab emak panjang lebar."Oh, iya! Gimana kabar kak Nolla? Udah lama banget gak ketemu. Terakhir ketemu pas Alf lulus SMA aja!" ujar Inn.Nolla adalah kakak perempuan Alf, yang sudah
Terima kasih buat semua yang masih setia membaca cerita ini! Lope you pull! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf dan Inn masih sibuk memilah-milah kemeja yang akan dibeli. Sesekali tampak Inn menyuruh Alf mengepas beberapa kemeja, lalu Inn akan mengamatinya, kemeja mana yang cocok untuk Alf. Sebenarnya, tubuh Alf yang tegap walau perut sedikit condong ke depan, tidak sulit mencari kemeja yang cocok untuk pria itu. Hanya saja, Alf terkesan sedang mengulur waktu, biar bisa lebih lama dengan si pujaan hati. "Ini bagus, nih? Polos aja, tapi warnanya aku suka. Menurut kamu gimana?" ujar Inn sambil menunjukkan sebuah kemeja katun berwarna lilac. Yah, pantes aja si Inn suka, warnanya lilac. Alf berpikir sejenak. Dia mengingat-ingat kalau warna lilac adalah kesukaannya Inn. Kali ini Alf tidak mengulur waktu lagi. Dia langsung setuju dengan pilihan Inn. Kalau nanti ada yang mengomentari warna kemejanya, tinggal
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Alf beserta rombongan jalan-jalan sudah diantar pulang ke kosan oleh si 'supir cantik', Inn."Makasih, ya, Alf! Utangnya lunas!" kekeh Inn."Aku yang harusnya makasih, karena kamu udah mau ngejemput kita," jawab Alf."Santai aja, Alf! Lain kali jalan lagi, yuk! Bareng Willy juga boleh," celetuk Inn yang tentu saja disambut dengan senyum merekah dan tangan terbuka oleh Willy."Nih orang emang hatinya bagai bidadari! Emang pantes buat sohib gue yang hatinya bagai bidadara. Hihi..." batin Willy.Tapi, tidak dengan respon Alf. Alf malah mencebik. "Kalau sama Willy yang ada tekor!"Mulut Willy refleks manyun. "Ralat! Hati iblis!" batin Willy mengumpat.Inn tertawa kecil melihatnya. "Ya, udah! Aku pamit dulu, ya! Sampai ketemu lagi Mak!" ujar Inn sambil menciumi tangan emak."Hati-hati di jalan, ya, Nak," sahut emak. "Salam buat orang tua kamu.""Iya, mak. Emak ju
Suasana laboratorium hari ini terlihat cukup sibuk, dengan sampel baru yang masuk. Masing-masing karyawan, tampak serius menyiapkan alat dan bahan untuk uji sampel nanti. Beberapa labu ukur, gelas erlenmeyer, dan pipet tetes terlihat sudah memenuhi meja uji. Tidak lupa juga beberapa bahan kimia."Eh, btw, ini ph-nya gak diuji, kan?" Willy menunjuk ke sampel air yang ada di dalam coolbox."Gak! Pengukuran ph kan *in situ," jawab Ellen yang sibuk menyiapkan filter kertas dengan hati-hati."Jadi, lo mau nguji apaan, nih?" tanya Alf pada Ellen."*TSS-nya," jawab Ellen singkat.Alf hanya menganggukkan kepala."Kenapa mereka gak nguji sendiri, ya? Kan mereka punya lab sendiri?" timpal Merlin."Lah, emang lo gak tau? Lab mereka kan lagi direnovasi," jawab Willy."Tapi, bukannya kalau beginian, mereka harus dateng sendiri, ya? Setidaknya ngelihat gitu prosesnya," timpal Alf."Ka