Buat yang masih setia... Jangan jemu-jemu, ya... Alf dan Inn selalu menantikan kehadiran kalian. Buat yang belum setia, aku selalu setia menanti kesetiaan kalian. Eaa... Gombal unfaedah!
Buah kedondong, buah mangga,
Kalau dimakan, asam rasanya.
Jangan lupa berikan reviewnya,
Kalau kakak-kakak sudah selesai baca.
Eaa... Pantun gak jelas, eaa...
🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹
Alf sedang berbaring dengan tangan kanan menumpu kepala, di atas kasur yang dibeli dengan gaji pertamanya, dan dilengkapi seprei bunga matahari. Yupz! Saat emak datang di hari pertama, emak langsung mengganti seprei mawar merah Alf dengan motif bunga matahari.
"Biar lebih fresh dan ceria kamar suram kamu ini!" Begitu kata emak saat sedang mengganti seprei. Saat itu, Alf hanya mengiyakan saja. Tak berniat membantah, bisa-bisa urusannya bakal panjang sampa
Minggu biasanya dihabiskan Alf dengan tidur panjang hingga matahari naik di ubun-ubun, tapi tidak dengan minggu ini. Alf bangun lebih pagi, dan langsung melesat dengan sepatu olahraga yang dulu dibelinya untuk pajangan saja. Tapi, entah kesambet apa, hari ini Alf melakukan joging! Wow!Dia berlari mengitari jalanan depan kos hingga bundaran yang berjarak sekitar 2 kilo dari kosnya, sebanyak lebih kurang empat sampai lima putaran. Setelah itu, Alf beristirahat sejenak, melepas lelah karena tubuhnya yang baru mengecap olahraga setelah sekian lama. Napasnya memburu, dengan peluh berjatuhan. Bahkan kaos yang digunakan sudah basah semua."Gila! Cape juga!" Suara Alf terdengar parau. "Demi punya badan mirip Cayunwo (read : Cha Eun Woo)!" Alf menambahkan."Pokoknya, harus bisa!" ujar Alf sekali lagi dengan tatapan membara.Alf pun segera mengambil langkah seribu, menyelesaikan satu putaran lagi. Setelah itu, kakinya kembali melangkah, menuju ke
Alf meraih ponsel dan mengetikkan pesan wa ke kontak Karlinda. Alf sudah terlihat necis dengan kemeja kotak-kotak merah berpadu hitam, berukuran big size-punyanya Willy, dan dalaman kaos putih yang disisip dalam celana jeans hitamnya. Tak lupa sepatu Sneakers, hasil mengutang di tante Ismi. Rambut comma style-nya juga sudah tampak rapi. Tak ketinggalan, kacamata dengan lensa bundar, biar gak ambyar-kalau gak dipakai. Alf : Udah di KeEfCe, mbak? Alf kembali mengamati dirinya di cermin. Sesekali dia terlihat merapikan alis tebalnya, juga ujung poninya. Emak yang baru selesai mandi sore, dan nyelonong ke kamar, mengamati tingkah anaknya dengan penuh curiga. "Mau ke mana kamu udah dandan... macam anak milenial," Emak membuang pandangan dari ujung rambut hingga ujung sepatu Alf. Alf membalikkan tubuhnya dengan gaya boyband kalau dance putar badan. Tsah! "Mau ketemu... S
Terima kasih selalu aku ucapkan buat semua yang masih mengikuti cerita ini, hingga saat ini. Jangan lupa untuk selalu memberikan komentar terbaik kalian, demi perkembangan tulisanku yang “masih polos” ini. Terima kasih! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf pulang ke kosan dalam keadaan hati yang berkecamuk. Maksud hati ingin membuat Inn terpesona dengan gaya barunya, yang ada malah dicuekin sama Inn. Ditambah lagi, gandengan Inn membuat Alf insecure. Pengennya sembunyi di kolong mobil aja! Emak dan Willy yang sedang ngobrol, menatap Alf dengan beribu tanya. Keduanya berpandangan dengan alis saling terangkat. Wajah Alf benar-benar tidak membawa damai sejahtera. Kusut, macam pakaian yang belum diseterika, dan gak dikasi pewangi. Eh?! Alf melepas kemeja kotak-kotak milik Willy, dan langsung menyerahkan pada si empunya, yang hanya menerima dengan wajah melongo. Setelah itu, Alf menyeret langkahnya masuk ke dalam kamar, dan langsung me
"Alf... Besok kan emak udah balik ke kampung. Jadi, pesen emak, kamu jaga diri bae-bae di sini. Jaga makan minum kamu. Jangan kebanyakan ngutang," Emak sedang duduk menikmati malam bersama Alf, di teras kosan. Alf merengut. Kusut hatinya. Emak menepuk paha Alf. "Jangan pasang tampang gitu, dong... Emak jadi gak tenang mau pulang." Alf merajuk, memeluk tiang penyangga atap. "Gak bisa emak lebih lama di sini, apa? Udah datengnya cuma setahun sekali, nginepnya gak nyampe dua minggu!" Bibir Alf sudah panjang lima senti. "Yah... Abis gimana... Si Nola gak mungkin bolak-balik terus ngurusin bapak. Karena mertuanya lagi masuk rumah sakit. Dia harus jagain mertuanya, belum lagi ngurusin anak-anaknya," tutur emak dengan desahan panjang. "Emangnya kemana adiknya si Decky?" dengus Alf masih dengan tampang macam bocah yang lagi ngambek. "Kamu gak tau kalau adiknya udah dapet kerjaan di Bali?" Emak balik bertanya. "Udah dari bulan lalu adiknya di Bali. Mak
"Jadi? Kalian gak lagi ngapa-ngapain, kan?" Emak menyipitkan mata, menatap tajam Alf dan Willy bergantian. "Ya, ampun, mak..." Alf mendesah dengan suara berat. "Udah dijelasin berkali-kali juga masih mikir negatif aja!" Emak mencebik. "Habisnya... Emak gak mau ya, kamu belok sama Willy...!" tegas emak tak peduli dengan bibir dan mata Willy yang sudah melebar. "Seriusan? Emak pernah kepikiran kalau aku sama Alf pacaran?" sela Willy dengan mimik muka 'apakah saya kelihatan seperti seorang pecinta jantan di mata emak?' "Eh... Orang tua kalau khawatir kan wajar. Siapa suruh juga si Alf waktu itu ngomong, tidur sama kamu! Ya emak neting (read : negative thinking) dong! Secara kan yang ngomong makhluk jomblo abadi!" "Mak... Alf udah punya gebetan..." "Baru gebetan, kan?! Homo-homo di luar sana juga ada yang menikah sama perempuan! Jadi, gak salah dunkz, emak curigesyen (read : curiga)! Huh!" Emak
Alf duduk di ruang tunggu bersama emak. Tak ada kata yang diucapkan. Alf dan emak tenggelam dalam lamunan mereka masing-masing. Sesekali mereka tampak menarik napas bersamaan. Mungkin karena ikatan batin emak dana anak, jadinya bisa samaan. Riuh para penumpang lain di ruang tunggu, tetap membuat kedua manusia beda generasi itu bergeming. Hanya suara operator yang membisingkan telinga, melalui mikrofon berpasirnya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Sebentar lagi, bis yang akan ditumpangi emak tiba. Jemari Alf terlihat memilin ujung tali hoodie-nya. Bibirnya juga tampak mengerut, dilengkapi mata Alf yang mulai berkaca-kaca. Untungnya tidak terlalu kelihatan, karena kacamata yang dia gunakan. Terdengar helaan napas panjang dari wanita paruh baya di sebelahnya, yaitu emak. Alf hanya melirik dengan ujung matanya. "Ingat pesan emak..." Emak membuka suara. "Jaga makan-minum kamu... Jangan suka begadang, kerja yang bener..." "Iya,
Sore itu, Alf dan Willy sudah selesai bersiap-siap. Rambut Alf tidak ditata ala Cha Eun Woo lagi, tapi sudah menjadi dirinya apa adanya. Alf juga mengenakan kaos polo dengan celana chino kesukaannya. Tak lupa sendal kulit KW hasil diskonan di mall, beli satu gratis satu. Yang satunya diberikan ke Willy. Biar couple, gitu. Jiaahh?! "Nah... Gini, dong! Jadi diri sendiri lebih baik! Daripada niruin orang lain!" Willy mengangkat dua jempolnya pada Alf. Alf hanya tersenyum simpul. Alf meraih ponsel di atas nakas, melihat kemungkinan si Inn menge-chat dirinya. Tapi, nihil. Yang ada malah pesan dari Karlinda. Hm? Alf menimbang-nimbang, apakah dia harus membuka pesan itu. Mengingat pembicaraannya dengan Ellen, masih menggema di telinga, dan terpatri di benaknya. Tsah! Willy mendongakkan kepala, menatap layar ponsel Alf. "Karlinda?" gumam Willy. "Pegawai bank itu?" Alf hanya menjawab dengan hembusan napas panjang.&nb
Sebuah es krim berbentuk love, berwarna merah muda dengan hiasan stroberi di atasnya, tersaji di atas meja Alf dan Inn. Tidak lupa dua cup es krim yang berlogo hati di tengahnya, ikut melengkapi meja itu. Mata Inn sudah berbinar-binar, ingin segera menyantap es krim yang menggiurkan itu. "Gak takut gemuk?" celoteh Alf, malah membuat Inn menatapnya tajam. "Aku itu tipe yang gak bakalan gemuk, meskipun makannya selangit!" ketus Inn. "Ehehehe... Yah, takutnya kamu bakalan kayak Willy nanti... Aduh, gak bisa dibayangin, dah!" ledek Alf. "Gak bakalan!" jawab Inn sambil meraih sendok dan mencolek sebagian es krim dalam cup. "Uwoowww! Enak banget!" Wajah Inn berseri-seri, bahagia karena bisa menikmati es krim enak dengan harga di bawah, gara-gara promo couple. "Cobain, deh, Alf!" Inn menyendok secuil es krim dan menyodorkan sendoknya ke bibir Alf. Alf agak ragu, sebab yang digunakan adalah sendok bekas Inn. Ciuman gak langsu