Terima kasih buat semua yang masih setia membaca cerita ini! Lope you pull!
🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹
Tiba di mall X, Willy sudah siap melancarkan aksinya-membawa emak kabur entah kemana, sehingga Alf dan Inn bisa jalan berduaan saja. Tapi, sepertinya rencana Willy bakal terhambat. Pasalnya, setelah turun dari mobil, si Inn malah terus menggandeng tangan emak, seolah tidak mau dilepaskan.
"Emak sampai kapan di sini?" tanya Inn pada emak yang sedang digandeng mesra layaknya ibu mertua dengan anak mantu. Heh?!
"Cuma seminggu aja, Neng. Minggu depan udah balik kampung. Kasian kalo bapak ditinggal terlalu lama. Kasian juga si Nolla harus bolak-balik ngurusin mertuanya, terus ngurusin bapak lagi. Belum anak-anaknya yang masih sekolah," jawab emak panjang lebar.
"Oh, iya! Gimana kabar kak Nolla? Udah lama banget gak ketemu. Terakhir ketemu pas Alf lulus SMA aja!" ujar Inn.
Nolla adalah kakak perempuan Alf, yang sudah
Terima kasih buat semua yang masih setia membaca cerita ini! Lope you pull! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf dan Inn masih sibuk memilah-milah kemeja yang akan dibeli. Sesekali tampak Inn menyuruh Alf mengepas beberapa kemeja, lalu Inn akan mengamatinya, kemeja mana yang cocok untuk Alf. Sebenarnya, tubuh Alf yang tegap walau perut sedikit condong ke depan, tidak sulit mencari kemeja yang cocok untuk pria itu. Hanya saja, Alf terkesan sedang mengulur waktu, biar bisa lebih lama dengan si pujaan hati. "Ini bagus, nih? Polos aja, tapi warnanya aku suka. Menurut kamu gimana?" ujar Inn sambil menunjukkan sebuah kemeja katun berwarna lilac. Yah, pantes aja si Inn suka, warnanya lilac. Alf berpikir sejenak. Dia mengingat-ingat kalau warna lilac adalah kesukaannya Inn. Kali ini Alf tidak mengulur waktu lagi. Dia langsung setuju dengan pilihan Inn. Kalau nanti ada yang mengomentari warna kemejanya, tinggal
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Alf beserta rombongan jalan-jalan sudah diantar pulang ke kosan oleh si 'supir cantik', Inn."Makasih, ya, Alf! Utangnya lunas!" kekeh Inn."Aku yang harusnya makasih, karena kamu udah mau ngejemput kita," jawab Alf."Santai aja, Alf! Lain kali jalan lagi, yuk! Bareng Willy juga boleh," celetuk Inn yang tentu saja disambut dengan senyum merekah dan tangan terbuka oleh Willy."Nih orang emang hatinya bagai bidadari! Emang pantes buat sohib gue yang hatinya bagai bidadara. Hihi..." batin Willy.Tapi, tidak dengan respon Alf. Alf malah mencebik. "Kalau sama Willy yang ada tekor!"Mulut Willy refleks manyun. "Ralat! Hati iblis!" batin Willy mengumpat.Inn tertawa kecil melihatnya. "Ya, udah! Aku pamit dulu, ya! Sampai ketemu lagi Mak!" ujar Inn sambil menciumi tangan emak."Hati-hati di jalan, ya, Nak," sahut emak. "Salam buat orang tua kamu.""Iya, mak. Emak ju
Suasana laboratorium hari ini terlihat cukup sibuk, dengan sampel baru yang masuk. Masing-masing karyawan, tampak serius menyiapkan alat dan bahan untuk uji sampel nanti. Beberapa labu ukur, gelas erlenmeyer, dan pipet tetes terlihat sudah memenuhi meja uji. Tidak lupa juga beberapa bahan kimia."Eh, btw, ini ph-nya gak diuji, kan?" Willy menunjuk ke sampel air yang ada di dalam coolbox."Gak! Pengukuran ph kan *in situ," jawab Ellen yang sibuk menyiapkan filter kertas dengan hati-hati."Jadi, lo mau nguji apaan, nih?" tanya Alf pada Ellen."*TSS-nya," jawab Ellen singkat.Alf hanya menganggukkan kepala."Kenapa mereka gak nguji sendiri, ya? Kan mereka punya lab sendiri?" timpal Merlin."Lah, emang lo gak tau? Lab mereka kan lagi direnovasi," jawab Willy."Tapi, bukannya kalau beginian, mereka harus dateng sendiri, ya? Setidaknya ngelihat gitu prosesnya," timpal Alf."Ka
Yang masih membaca cerita ini, meskipun garing, TERIMA KASIH!Kalian luar biasa!🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Alf sudah selesai mengisi formulir permohonan untuk membuka rekening baru, saat Karlinda tiba di lab bersama seorang anak perempuan. Gadis kecil berambut kepang dua, dengan seragam Paud berwarna putih berpadu oranye, menggenggam erat jemari Karlinda. Wajah gadis itu sangat mirip dengan Karlinda. Kulit sawo matang, mata bulat dengan bulu mata lentik, bibir mungil berwarna merah muda, dan pipi tembemnya, sungguh menggemaskan. Anak itu tampak ceria karena berada di sisi ibunya. Bukan hanya anak itu saja, wajah Karlinda pun terlihat serupa. Tak ada lagi kegelisahan terlukis di sana."Halo, Alf... Mbak... Maaf, ya udah nunggu lama... Tadi masih ketemu sama gurunya," sapa Karlinda dengan senyum ramahnya.“Gak papa, mbak,” jawab Alf.Jessy yang sangat menyukai anak kecil, terlebih kalau anaknya imut dan menggemaskan,
Buat yang masih setia... Jangan jemu-jemu, ya... Alf dan Inn selalu menantikan kehadiran kalian. Buat yang belum setia, aku selalu setia menanti kesetiaan kalian. Eaa... Gombal unfaedah!Buah kedondong, buah mangga,Kalau dimakan, asam rasanya.Jangan lupa berikan reviewnya,Kalau kakak-kakak sudah selesai baca.Eaa... Pantun gak jelas, eaa...🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹Alf sedang berbaring dengan tangan kanan menumpu kepala, di atas kasur yang dibeli dengan gaji pertamanya, dan dilengkapi seprei bunga matahari. Yupz! Saat emak datang di hari pertama, emak langsung mengganti seprei mawar merah Alf dengan motif bunga matahari."Biar lebih fresh dan ceria kamar suram kamu ini!" Begitu kata emak saat sedang mengganti seprei. Saat itu, Alf hanya mengiyakan saja. Tak berniat membantah, bisa-bisa urusannya bakal panjang sampa
Minggu biasanya dihabiskan Alf dengan tidur panjang hingga matahari naik di ubun-ubun, tapi tidak dengan minggu ini. Alf bangun lebih pagi, dan langsung melesat dengan sepatu olahraga yang dulu dibelinya untuk pajangan saja. Tapi, entah kesambet apa, hari ini Alf melakukan joging! Wow!Dia berlari mengitari jalanan depan kos hingga bundaran yang berjarak sekitar 2 kilo dari kosnya, sebanyak lebih kurang empat sampai lima putaran. Setelah itu, Alf beristirahat sejenak, melepas lelah karena tubuhnya yang baru mengecap olahraga setelah sekian lama. Napasnya memburu, dengan peluh berjatuhan. Bahkan kaos yang digunakan sudah basah semua."Gila! Cape juga!" Suara Alf terdengar parau. "Demi punya badan mirip Cayunwo (read : Cha Eun Woo)!" Alf menambahkan."Pokoknya, harus bisa!" ujar Alf sekali lagi dengan tatapan membara.Alf pun segera mengambil langkah seribu, menyelesaikan satu putaran lagi. Setelah itu, kakinya kembali melangkah, menuju ke
Alf meraih ponsel dan mengetikkan pesan wa ke kontak Karlinda. Alf sudah terlihat necis dengan kemeja kotak-kotak merah berpadu hitam, berukuran big size-punyanya Willy, dan dalaman kaos putih yang disisip dalam celana jeans hitamnya. Tak lupa sepatu Sneakers, hasil mengutang di tante Ismi. Rambut comma style-nya juga sudah tampak rapi. Tak ketinggalan, kacamata dengan lensa bundar, biar gak ambyar-kalau gak dipakai. Alf : Udah di KeEfCe, mbak? Alf kembali mengamati dirinya di cermin. Sesekali dia terlihat merapikan alis tebalnya, juga ujung poninya. Emak yang baru selesai mandi sore, dan nyelonong ke kamar, mengamati tingkah anaknya dengan penuh curiga. "Mau ke mana kamu udah dandan... macam anak milenial," Emak membuang pandangan dari ujung rambut hingga ujung sepatu Alf. Alf membalikkan tubuhnya dengan gaya boyband kalau dance putar badan. Tsah! "Mau ketemu... S
Terima kasih selalu aku ucapkan buat semua yang masih mengikuti cerita ini, hingga saat ini. Jangan lupa untuk selalu memberikan komentar terbaik kalian, demi perkembangan tulisanku yang “masih polos” ini. Terima kasih! 🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹🧹 Alf pulang ke kosan dalam keadaan hati yang berkecamuk. Maksud hati ingin membuat Inn terpesona dengan gaya barunya, yang ada malah dicuekin sama Inn. Ditambah lagi, gandengan Inn membuat Alf insecure. Pengennya sembunyi di kolong mobil aja! Emak dan Willy yang sedang ngobrol, menatap Alf dengan beribu tanya. Keduanya berpandangan dengan alis saling terangkat. Wajah Alf benar-benar tidak membawa damai sejahtera. Kusut, macam pakaian yang belum diseterika, dan gak dikasi pewangi. Eh?! Alf melepas kemeja kotak-kotak milik Willy, dan langsung menyerahkan pada si empunya, yang hanya menerima dengan wajah melongo. Setelah itu, Alf menyeret langkahnya masuk ke dalam kamar, dan langsung me