Share

(133) Rana dan Orang tua

Penulis: SyasaRanni
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 22:19:26

"Kakakmu kenapa?" tanya pria itu setelah beberapa saat bertukar tatap dengan Rana, dua kata yang sebenarnya secara jelas sudah mengungkapkan bahwa Rana tetap atau mungkin sudah dianggap lagi sebagai putri mereka.

"Kak Jess mau bercerai," jawab Rana singkat mengubah posisi duduknya jadi tegak, menatap serius dua insan yang berstatus sebagai orang tuanya, dua insan yang melahirkannya dengan harapan, dua insan yang membesarkannya dengan sejuta impian tak manusiawi, dan dua insan yang kerap kali menjadi musuh Rana sepanjang hidupnya.

"Hah!" seru wanita yang berada di seberang Rana itu terkejut, "kenapa? Jessica itu lagi hamil, mana mungkin mereka bercerai. Kamu fitnah apalagi rumah tangga mereka?" tukasnya turut duduk tegak tapi jelas tidak dengan ketenangan dan keseriusan seperti yang Rana lakukan.

Terdiam Rana mendengarnya, membisu pula ia melihat amarah sang ibunda yang siap meledak lagi. Terkadang, Rana merasa bingung dengan dirinya yang kini menjadi sosok penuh rasa percaya diri, ket
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (135) Malam yang canggung

    "Memang masih ada yang mau memaafkan kesalahan berulang selama lebih dari dua puluh tahun," celetuk Angelica sambil beranjak dari kursi makan dan menghela napasnya yang terasa berat, tingkat stres yang tiba-tiba meninggi memancing ketidaknyamanan dalam diri."Ada."Menoleh cepat wanita paruh baya itu kala mendengar jawaban singkat yang sangat jelas, ada sedikit harapan bahwa suara itu sebuah keinginan yang bersuara tapi hanya dalam pikiran. Namun, bukan kenyataan namanya jika mudah terwujud dari sebuah harapan, keinginan, atau ekspektasi.Terbuka lebar mata wanita paruh baya bernama Angelica Audreylia itu kala melihat putri bungsunya berdiri di batas antara dapur dan ruang makan, terkatup rapat bibirnya saat keadaan seolah memaksa untuk bertukar tatap dengan sang putri, "bunda sudah sadar kesalahan selama ini?" tanya si putri bungsu berjalan memasuki ruang makan seraya membawa segelas air.Duduk dengan santainya ia di salah satu kursi dan menandaskan isi dari gelas kaca itu, sesekali

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (134) Kedua orangtua Rana

    "Aku lagi main ke rumah Kak Jess buat pendekatan hubungan saudara, ternyata Tomi tahu aku ke tempat Kak Jess, dia ajak beberapa temannya buat penyerangan dan pelecehan ke aku sama Kak Jess. Tapi digagalkan sama Kalil karena dia lihat Tomi pas mau pulang setelah antar aku ke rumah Kak Jess," tutur Rana lagi tidak berharap banyak pada respon orang tuanya yang tidak pernah bisa diharapkan."Terus sekarang Tomi gimana?" kata Angelica mempertanyakan keadaan menantu pertamanya, menantu yang ia percaya dan banggakan dibanding menantu kedua yang kini berada di hadapannya."Masih khawatir sama penipu, Bu?" sahut Kalil santai tanpa rasa khawatir, dirinya hanya ingin menjaga perasaan sang istri dari celotehan wanita yang rasanya tak pantas disebut ibu. Tidak ada belas kasih, tidak ada pengertian, dan tidak ada cinta yang bisa dirasa. Yang bisa dirasa hanyalah kebencian, rasa tidak suka, ego, dan emosi tak stabil.Sifat-sifat yang akan aneh jika dimiliki seorang ibu, tidak bisa melindungi atau me

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (133) Rana dan Orang tua

    "Kakakmu kenapa?" tanya pria itu setelah beberapa saat bertukar tatap dengan Rana, dua kata yang sebenarnya secara jelas sudah mengungkapkan bahwa Rana tetap atau mungkin sudah dianggap lagi sebagai putri mereka."Kak Jess mau bercerai," jawab Rana singkat mengubah posisi duduknya jadi tegak, menatap serius dua insan yang berstatus sebagai orang tuanya, dua insan yang melahirkannya dengan harapan, dua insan yang membesarkannya dengan sejuta impian tak manusiawi, dan dua insan yang kerap kali menjadi musuh Rana sepanjang hidupnya."Hah!" seru wanita yang berada di seberang Rana itu terkejut, "kenapa? Jessica itu lagi hamil, mana mungkin mereka bercerai. Kamu fitnah apalagi rumah tangga mereka?" tukasnya turut duduk tegak tapi jelas tidak dengan ketenangan dan keseriusan seperti yang Rana lakukan.Terdiam Rana mendengarnya, membisu pula ia melihat amarah sang ibunda yang siap meledak lagi. Terkadang, Rana merasa bingung dengan dirinya yang kini menjadi sosok penuh rasa percaya diri, ket

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (132) Ke rumah orang tua

    Dua klakson pelan terdengar bergantian, bentuk pamit yang tidak terucap menjadi tanda dari dua mobil berbeda yang bergegas melaju lurus, melewati belokan yang diambil mobil lain bersama mereka di awal. Kepergian dua mobil yang cukup menandakan bahwa hari yang baru beranjak sore ini sudah usai, bukan tentang waktu tapi momen menakutkan untuk sesaat dianggap telah selesai. Setidaknya, dalam harapan meski logika berkata bisa saja ini hanya sementara.Melaju cepat kendaraan roda empat dengan dua wanita dan seorang pria di dalamnya, dua wanita kakak-beradik yang kini saling berpelukan dengan tujuan masing-masing. Menenangkan dan butuh penenang, perasaan gundah tentu tidak semudah itu untuk hilang hanya dengan perkataan yang terdengar.Percaya saja padaku, aku yakin semua akan baik-baik saja, mau sampai kapan disiksa terus? Dan ucapan lainnya yang memang terdengar sesuai logika dan kenyataan."Silakan," ucap petugas keamanan dari gapura ketiga yang dilewati, gapura terakhir setelah serangka

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (131) Kegelisahan Jessica

    Bangunan berwarna cokelat dengan logo dan slogan khas menyambut lima insan yang baru saja turun dari dua mobil berbeda, saling bertukar pandang sesaat sebelum melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Memantapkan pikiran dan perasaan untuk mengambil keputusan yang terbilang berat, tidak saling menguatkan hanya untuk menjaga kestabilan diri satu sama lain, agar tak ada canggung dan salah paham dalam proses.Cukup yakin dan percaya bahwa berada dalam tujuan yang sama, cukup kuat dan tegar bahwa takdir sudah memiliki jalan terbaik meski harus melewati jalan rusak berbatu, cukup meredam ego dan menjauhkan pikiran buruk pada siapapun demi mencapai segala yang diharapkan dalam kebaikan. Sapaan diterima lima insan itu dari petugas yang membukakan pintu, "ada yang bisa dibantu?" tanyanya pada Kalil yang berjalan di depan."Mau buat laporan resmi untuk penyusup dan penyerang dari salah satu perumahan beberapa saat lalu," jawab Kalil kemudian menyebutkan nama perumahan yang menjadi tempat kejadian

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (130) Tomi ditangkap

    "Diam di tempat!" Dor! Satu tembakan terdengar melayang, disusul bunyi kerusakan properti lain yang memantul. Tembakan yang tentu membuat dua petugas dekat lima insan muda itu berdiri dan memasang posisi siaga, mengokang senjata dalam pegangan dengan kaki posisi kuda-kuda dan mata tertuju fokus ke area pusat datangnya suara. Sementara Rana dan Jessica hanya saling berpelukan dan menunduk, sedangkan tiga pria muda di sofa panjang lain juga hanya bisa menunduk dan terdiam dalam kegelisahan tak tergambarkan dengan kata. Sampai terdengar langkah dan perintah tegas mendekat, membuat Rana perlahan mengangkat kepalanya dan melihat Tomi bersama beberapa orang berada di belakang polisi, "Jess," panggil Tomi pelan dan menyentuh, ada harapan besar juga dalam panggilannya. Panggilan yang ternyata cukup membuat Jessica hendak perlahan mengangkat kepalanya, panggilan yang seolah tentu mendapat respon dari pasangan, panggilan dan tanggapan normal yang biasa terjadi antara suami-istri. Namun, buka

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (129) Petugas Berwenang

    "Hm ...," deham polisi itu mengangguk-anggukkan kepalanya, melihat Jessica lekat meski sosok yang dilihat hanya menunduk gelisah, terlihat jemari dari kedua tangan yang dimainkan dengan kasar, "kenapa kamu ke kamar atas dan ajak dia buat cepat pergi?" lanjutnya bertanya membuat Jessica sontak mengangkat kepalanya."Aku kurang suka untuk tutup rapat pintu kamar tidur, karena menurutku jika terjadi sesuatu itu akan membahayakan dan merepotkan," ujar wanita hamil itu menjawab, awal jawaban yang mendapat anggukan kecil dari petugas, "terus tadi aku habis dari toilet yang ada di kamar, pas baru keluar itu aku lihat ada siluet di ruang tengah," lanjutnya terhenti sejenak lalu menatap Rana dan Kalil bergantian, berhentinya ucapan yang sudah pasti menarik perhatian petugas."Iya ruang tengah sini," sambung Jessica beralih menatap petugas, menegaskan posisi atau titik ia melihat siluet, "bayangan beberapa cowok gitu, ada yang kayak bawa senjata tajam panjang di pundaknya."Terhenti lagi Jessic

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (128) Kalil dan Polisi

    Terdiam mematung Rana dengan napas pelan yang begitu dijaga meski jantung bertalu lebih cepat, terkatup rapat juga bibir itu menekan segala hasrat ingin berteriak dalam ketakutan. Beranjak Rana dari atas ranjang, menyorot langkah kaki dengan cahaya ponsel, menjaga kamar agar tetap terlihat gelap dari luar ruangan. Sampai langkah itu terhenti dekat pintu kala melihat secarik kertas di bawah pintu, berjongkok Rana di dekat kertas yang tergeletak itu dan menyorot kertasnya dengan cahaya dari ponsel."Kirana! Ayo main atau aku paksa kamu main, Sayang?"Deg!Terhenyak Rana membaca tulisan berwarna merah itu, napas menderu cepat dengan mata yang terus tertuju ke kertas di pegangan dalam temaramnya ruangan. Cahaya dari bufet TV, lampu hias di setiap sudut ruangan, dan hiasan benda langit di langit-langit kamar tidak lagi terlihat menyenangkan, pikiran dan mata hanya tertuju pada lembar kertas itu. Ini apa? Ancaman atau apa? Siapa yang ada di luar sana?Cklek.Terbuka pintu kamar itu saat Ran

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (127) Kamar Kak Jess

    "Terus gimana rencanamu berikutnya?""Kakak cerai." Terbuka lebar mata Jessica mendengar jawaban Rana, permintaan atau mungkin perintah bercerai yang dengan mudah terucap, tanpa banyak pertimbangan dan kematangan berpikir, hanya mengandalkan emosi sesaat tanpa pula memberi kesempatan orang lain berubah atau berusaha jadi lebih baik, "kenapa? Enggak mau? Ya sudah, aku enggak akan paksa karena sekarang aku cuma mau bantu orang yang mau dibantu, aku enggak mau blunder lagi," lanjut Rana setelah melihat reaksi sang kakak, reaksi dan ekspresi yang masih menunjukkan betapa ragunya Jessica untuk melepas Tomi."Aku cuma ragu," jawab Jessica membuat Rana tersenyum kecut, "aku akan pertimbangkan," katanya lagi kali ini memancing Rana untuk tersenyum miring."Apa yang bikin kakak ragu? Apa yang kakak pertahankan dari manusia sampah kayak Tomi Uraga? Pengangguran, boros, tukang selingkuh, suka sewa perempuan nakal, candu taruhan, apa lagi yang dipertahankan?" cecar Rana menyebut segala kelemahan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status