Share

(24) Pertimbangan

Penulis: SyasaRanni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-13 21:35:42
Lenguhan terdengar sedikit menggema dari ruang utama di rumah sederhana, seorang pria dengan pakaian berantakan itu bergerak asal untuk merenggangkan badannya. Keluhan pusing dan mual pun menyusul keluar dari mulutnya, dengan mata yang masih enggan terbuka ia beranjak duduk dan bersandar di sofa.

"Ah ...," desahnya yang terdengar amat lelah, seolah ada rasa muak dan penat yang sangat mendesak hati maupun pikiran, seolah ada beban berat yang harus dipikir, dipertimbangkan, dan dijalankan, dan seolah ada kesulitan besar yang menghalanginya dengan segala rupa.

"Kirana," panggil pria bernama Kalil Nayaka itu menyebut nama istrinya, dengan suara parau kembali menyebut nama sang istri lagi dan lagi. Tidak kenal lelah dan tidak kenal bosan, "Kirana!" Suara paraunya terdengar keras.

Terdiam lagi pria yang akrab disapa Kal, menunggu tanggapan dan kedatangan sang istri. Satu dua menit ia menunggu, tidak ada juga suara yang terdengar dan tiada pula wujud yang dilihatnya.

"Argh! Kemana sih
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (152) Hasil dua pekan lalu

    "Intinya apa mau kamu dari kami?" pungkas Arhan sebagai penengah, memangkas habis niat berucap Fafa membalas ujaran Rana di tengah tangisnya yang mulai membasahi pipi."Aku cuma mau tetap bisa hidup karena sebatang kara di dunia, aku sadar enggak bisa terus membebani teman-temanku yang baik ini, tapi aku juga enggak mau bayi ini tumbuh tanpa sosok ayah," ucap Fafa menunduk dan mengusap perutnya."Kalau gitu, kita buat kesepakatan sebagai jalan tengah." Arhan berucap tegas dan menatap orang di ruangan itu dengan keyakinan yang jelas tersorot dari netranya, "kita tes paternitas alias tes DNA dulu buat anaknya Fafa. Jika hasilnya positif anak Kalil, maka Kalil akan ceraikan Rana dan menikahi Fafa untuk bentuk tanggung jawab. Dan untuk Rana jika itu anak Kalil, apa kamu akan tetap melanjutkan laporan hukum?"Terdiam sejenak Rana dan tersenyum masam seraya melihat suaminya, ia tahu kegugupan yang dirasakan Kalil, sebab Rana tahu betul perjuangan Kalil selama ini untuk menjadi

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (151) Dua pekan lalu-3

    "Sudah selesai bercelotehnya?" kata Rana penuh penekanan yang berhasil mencekamkan suasana, menggelapkan keadaan, dan mengakhiri semua celoteh dan drama yang baru dibangun dari tiga wanita dalam satu geng itu, "kalau belum selesai, lanjutkan sampai puas.""Bacot," ketus Fafa melihat Rana dengan pandangan merendahkan, ketus yang membuat Rana hanya tersenyum simpul tanpa memberi ekspresi apapun.Bukan karena emosi sudah berhasil ditahan, bukan juga karena rasa lelah sudah menguasai hati dan pikiran. Hanya karena Rana tahu, masalah yang ia hadapi kini bersumber dari orang yang sebenarnya tidak setara, dari orang yang sebenarnya tidak bisa dijadikan saingan, dan dari orang yang akan selalu ingin jadi pemenang dengan sejuta keegoisannya yang bersifat permanen. Apa harus mengalah? Tidak, tapi hanya harus terus melawan tanpa benar-benar melawan."Balik ke topik saja, biar cepat selesai," pungkas Arhan berkata setelah saling terdiam satu sama lain, setelah tidak banyak kata yang

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (150) Dua pekan lalu-2

    "Apa maksudmu ingin dapat uang tetap demi si bayi, dan hidup bahagia sama suami saya tanpa memikirkan biaya hidup? Tanpa berjuang bertahan hidup? Begitu?" sambung Jessica turut merasakan lelah dan emosi, membuat tekanan darahnya naik dan harus sering kontrol ke dokter kandungan demi menjaga kesehatan jabang bayi.Memang sial wanita bernama Fauziah Aini, pikir Jessica dalam diamnya usai turut mengungkapkan isi pikiran. Menjelajah matanya melihat bentuk kepala, rambut yang terurai, bentuk dan tekstur wajah, warna kulit, sampai aura hampa yang terpojok, rasanya sama sekali tidak ada yang bisa dicintai dari wanita ini. Kenapa bisa Kalil dan Tomi jatuh cinta sampai mengorbankan segalanya? Apa yang dilihat dari wanita pendendam tanpa sebab yang jelas? Beralih pandang netra Jessica melihat adik iparnya yang juga terdiam, lagi dan lagi pikirannya menjadi rumit hanya karena memikirkan cara lelaki memandang seorang Fauziah Aini."Yang bilang siap membebaskan Tomi asal aku mau tes pate

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (149) Dua pekan lalu

    (Dua pekan lalu)"Ini serius kita mau ketemu mereka? Enggak bakal jadi masalah, Ran? Mereka pernah ke kantor yang tempat formal saja bisa gaduh, yakin?" cecar wanita bersetelan santai dengan kemeja biru muda dan celana hitam panjang, duduk di salah satu jok mobil belakang dan sedikit mencondongkan badan, bertanya pada wanita yang duduk di sebelah pengemudi.Pertemuan terakhir yang mendadak dan terpaksa, tidak menemukan banyak solusi karena rasa lelah satu sama lain. Anggapan untuk berpasrah pada tindakan pihak berwajib dan tenaga profesional lebih terdengar rasional, dari pada tentang menjaga nama baik keluarga, mempertahankan pernikahan, atau sekadar mengakhiri keadaan secara kekeluargaan.Anggapan tentang menjaga nama baik keluarga, apa yang harus dijaga bila media publik tetap memberi info yang benar? Apa yang harus dijaga bila saham perusahaannya saja tidak terganggu? Apa pula yang harus dijaga jika dari media publik, banyak orang yang jadi empati atas kejadian ini? Rasanya sepert

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (148) Di rumah sakit

    Bisik dan obrolan pelan terdengar bersahutan, tidak bisa dikatakan bising tapi cukup ramai. Dari pria muda yang berbincang di depan perut membesar wanita muda, wanita yang terlihat merajuk dengan bersedekap dada dan rayuan kecil dari pria yang terkekeh ringan, celotehan kecil pria yang berandai bersama wanita dengan perut yang belum begitu besar, dan hal lain yang sebenarnya terlihat menarik dan romantis. Namun sayang sejuta sayang, suasana hati tidak cukup menyenangkan untuk berkata itu semua menarik, beratnya pikiran tidak mampu memikirkan perandaian yang begitu romantis, bila sadar pada fakta bahwa pernikahan ini hanyalah kesepakatan hampa.Membisu seorang diri di kursi tunggu yang berbaris secara horizontal, melihat lurus ke salah satu ruang periksa dokter di rumah sakit. Hanya terpaku diam seolah ruang periksa dokter kandungan sangat lah menarik, hingga tidak adanya niat bermain gim dalam ponsel, menjelajah media sosial, membaca grup perpesanan, mengirim pesan, atau sekadar berte

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (147) Kumpul lagi?

    Tok ... Tok.Cklek!Dua kali ketukan pintu terdengar jelas, belum juga Rana menyambut, pintu sudah terbuka dan cepat kembali tertutup setelah Kalil masuk. Beranjak Rana dari kursinya usai melihat sang suami lebih pilih untuk duduk di sofa, "kenapa? Kalau memang ada yang mau dibahas, kan bisa di rumah.""Fafa siap tes paternitas kandungannya." Terdiam membisu Rana mendengarnya, tidak terkejut dan tidak juga khawatir. Rana lebih dari pada terkejut dan khawatir, andai ada kata yang cocok untuk mengungkapkan perasaan kini, tapi itu hanya akan jadi hal tidak berguna. Sejak kapan ada hal yang benar-benar berguna di dunia ini? Semua hanya bersifat subjektif dan terbatas pada waktu."Gimana cara dia kasih tahu kamu?" tanya Rana berulang kali mengubah posisi duduknya, tidak ada kekhawatiran khusus tapi rasanya begitu gelisah untuk sekadar tenang. Ingin membuat rencana baru lagi, ingin memperkirakan hal terjadi tanpa rencana agar bisa bersiap diri, tapi harus apa? Mulai dari mana? Dan bagaimana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status