Share

Gara-gara Transferan Nyasar
Gara-gara Transferan Nyasar
Author: Cha Raney Alfian

Gara-gara Transferan Nyasar_1

GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_1

[Trx Rek. 1110105xxxxxx : Transfer FROM xxxxxx

TO Marisa Yuliana Rp. 10,000,000.00 ....]

Mataku membulat sempurna, membaca notifikasi SMS banking di ponselku.

Berulang kali aku membaca dengan saksama notifikasi transferan masuk ke rekeningku. Rasa penasaran, mendorongku untuk mengecek saldo rekening, melalui jalur SMS.

Ternyata benar. Jumlah saldo di rekeningku bertambah. Sejak kapan Mas Yuda mengirimkan uang sebanyak itu ke rekeningku? Biasanya uang bulanan selalu dijatah oleh Mas Yuda.

Selang lima belas menit, ponselku kembali berbunyi. Nama Mas Yuda terpampang di layar ponsel pintarku. Tanpa menunda, segera kuangkat teleponnya.

"Halo, Marisa, maaf, itu aku salah transfer barusan. Tolong kamu kirim balik ke rekeningku, ya!"

"Salah transfer gimana, Mas?" tanyaku balik.

Lantas, Mas Yuda menjelaskan bahwasannya uang yang ia kirim ke rekeningku harusnya ia tujukan ke Kak Winda—kakaknya Mas Yuda.

Sempat aku bertanya untuk apa uang dengan jumlah yang tidak sedikit itu ia kirimkan pada Kak Winda. Tetapi, bukan jawaban yang memuaskan yang aku dapatkan dari Mas Yuda. Ia berbelit-belit, membuatku pusing. Segala jawaban yang ia lontarkan juga sangat tidak masuk akal. Aku mulai curiga.

"Tolong, ya, Ris!" perintah Mas Yuda sekali lagi.

"Tapi, Mas ... aku perlu tau itu uang banyak buat apa kamu kirim ke Kak Winda? Kak Winda ada pinjam uang?" desakku.

"Sudahlah, Ris, nanti aja bahasnya. Aku masih kerja!" jawab Mas Yuda kemudian.

Tanpa kurespons percakapan kami berakhir. Di situ aku mulai berpikir negatif tentang Mas Yuda. Sepertinya ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku.

Sore itu Mas Yuda akan terlambat pulang. Katanya ia hendak mampir ke rumah Ibu. Meski berat hati karena masih menaruh curiga, terpaksa kuizinkan saja Mas Yuda pergi.

💔💔💔

Tepat pukul setengah sepuluh malam, Mas Yuda tiba di rumah. Wajahnya tampak seperti tak biasa. Biasanya selepas kerja wajahnya tampak kusam, karena lelah bekerja. Tetapi berbeda dengan malam itu. Wajah Mas Yuda tampak cerah nan berseri. Kecurigaanku semakin kuat. Sepertinya aku harus menyelidiki perubahan Mas Yuda.

"Mas, mau langsung makan apa mandi dulu?" tanyaku pada Mas Yuda yang sedang melepas dasi.

"Hmm ... aku langsung mandi aja, Ris, aku juga sudah makan di rumah Ibu tadi," jawab Mas Yuda. Tanpa ia pedulikan perasaanku. Padahal sore tadi aku sudah menyiapkan makan malam untuknya.

Baru saja Mas Yuda masuk ke kamar mandi, ponselnya bergetar. Rupanya hanya notifikasi pesan dari aplikasi hijau. Biasanya aku tak pernah ikut campur urusan pribadi Mas Yuda, tetapi entah kenapa saat itu rasa ingin tahuku begitu besar.

Kudekati meja kecil di samping ranjang, tempat Mas Yuda meletakkan ponselnya. Kulihat layar ponsel yang masih menyala. Terpampang nama Kak Winda pengirim pesan tersebut. Mengetahui nama Kak Winda, aku jadi ingat kejadian siang tadi. Rasa penasaranku semakin membuncah. Memaksaku untuk membaca pesan itu.

[Yuda, uangnya sudah kamu transfer belum? Kalau belum, cepat kamu kirim, ya!]

[Mbak udah atur semuanya. Kamu terima beres, deh.] disertai emot tersenyum.

Jantungku berdebar membaca pesan Kak Winda. Apa sebenarnya yang sedang mereka bahas. Sudah Mbak atur semua? Apa maksud dari kata-kata itu.

Segala pertanyaan memenuhi pikiran. Namun, semakin aku curiga semakin tak kutemukan jawaban atas pertanyaan itu.

Lantas terbesit sebuah ide, agar aku bisa mencari tahu sesuatu yang Mas Yuda sembunyikan di belakangku. Ya, satu-satunya dengan aku masuk ke aplikasi hijau Mas Yuda, kemudian menyadap whatsAppnya. Dengan begitu akan lebih memudahkan aku mengetahui semua yang Mas Yuda tutupi dariku.

Sial! Ternyata ponsel Mas Yuda menggunakan sandi. Berulang kali aku mencoba memasukkan sandi acak, tetap tak berhasil. Bagaimana aku bisa membaca pesan dari Kak Winda secara keseluruhan kalau begitu? 

Berpikir keras untuk mencari cara agar aku bisa membobol sandi ponsel Mas Yuda. Tak berputus asa, kembali aku mengutak-atik ponsel Mas Yuda. Segala angka dan aksara kucoba. Berharap sandi ponsel Mas Yuda terbuka.

Empat kali aku mencoba, tetapi masih saja gagal. Aku hampir saja menyerah. Karena sekali lagi aku memasukkan sandi yang salah, maka ponsel Mas Yuda akan terblokir.

Aku menyemangati diriku sendiri. Berusaha tenang, agar dapat berpikir jernih. Kemudian iseng aku mencoba menekan angka satu hingga delapan. Dan ternyata ... layar ponsel Mas Yuda berhasil terbuka.

Seperti mendapat lotrean zaman aku kecil. Rasanya senang sekali. Tanpa menunggu lama lagi, segera kusadap w******p Mas Yuda tanpa bantuan aplikasi. Cara itu pernah kuketahui dari seorang teman.

Sejurus kemudian, w******p Mas Yuda selesai kusadap. Bersamaan dengan berakhirnya mandi Mas Yuda. Sebelum Mas Yuda keluar dari kamar mandi, segera kuletakkan ponsel ke tempat semula. Dengan posisi yang sama persis. Tidak meninggalkan sesuatu yang janggal.

💔💔💔

Menjelang malam suasana tampak sepi. Aku yang masih terjaga duduk menyendiri di sofa depan televisi. Sedangkan Mas Yuda sudah terlelap selepas mandi tadi. Kesempatan bagiku untuk membaca semua chat yang masuk ke w******p Mas Yuda yang sebelumnya sudah kusadap tadi.

Deretan teratas pesan chat dari Kak Winda. Dengan perasaan berdebar kubuka laman pesannya. Membaca setiap pesan yang tak pernah luput dengan balasan dari Mas Yuda.

[Yud, untuk mahar totalnya xxx juta. Semua sudah Kakak percayakan sama teman Kakak.]

[Makasih, ya, Kak. Beruntung aku ada Kak Winda yang bantu buat acara aku dan Rasti.]

Hatiku memanas. Apa yang dimaksud dengan mahar dalam percakapan Kak Winda dan Mas Yuda? Bukan hanya itu. Masih banyak lagi pesan-pesan lain yang membuat hatiku sakit. Bukan hanya pesan dari Kak Winda. Melainkan hampir seluruh keluarga besar Mas Yuda banyak mengirimkan ucapan selamat untuk Mas Yuda dan perempuan bernama Rasti.

Dari situ aku dapat mengambil kesimpulan, bahwa Mas Yuda tengah bermain api di belakangku. Mas Yuda selingkuh. Dan yang paling parah dan kusayangkan, semua keluarga Mas Yuda mendukung perselingkuhan Mas Yuda dengan perempuan bernama Rasti.

Tring!

Kembali notifikasi pesan berbunyi di ponselku. Ternyata Kak Winda pengirimnya. Segera kubaca pesan yang masuk. Dan ... bagai hati tertusuk belati. Kak Winda mengirimkan sebuah foto sampul undangan pernikahan. Nama mempelai prianya sangat kukenal. Siapa lagi kalau bukan Mas Yuda—suamiku sendiri—dengan perempuan yang selalu dibanggakan oleh keluarga Mas Yuda ialah Rasti.

Tak pernah kusangka Mas Yuda berkhianat kepadaku. Begitu juga dengan keluarganya. Diam-diam mereka mendukung kecurangan Mas Yuda. Aku nggak bisa terima semua ini.

Lihat saja kamu, Mas. Aku takkan tinggal diam. Akan kubalas perbuatan kalian semua!

Next ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status