Share

Gara-gara Transferan Nyasar_2

GARA-GARA TRANSFERAN NYASAR_2

"Ris, kamu semalem pake handphoneku nggak?" tanya Mas Yuda saat menungguku menyiapkan sarapan di dapur.

Aku yang sedang sibuk menata makanan di piring saji, mendadak menghentikan kegiatanku. Kaget akan pertanyaan Mas Yuda yang tiba-tiba. Padahal semalam ponselnya yang sengaja kubobol sudah kuletakkan kembali ke tempat semula. Atau jangan-jangan Mas Yuda tahu kalau aku mengutak-atik ponselnya? Wah, gawat!

"Ris, kok, diam?" tanya Mas Yuda mengejutkanku.

Aku beralih menatapnya. Menetralkan kegugupan agar tak tampak.

"Enggak, Mas. Mana pernah aku mainin ponselmu. Emangnya kenapa?" tanyaku balik.

Tampak Mas Yuda mengerutkan keningnya. Sedangkan jari telunjuk dan kedua jari lainnya ia ketuk-ketukkan ke meja makan. Sepertinya ia sedang berpikir.

"Ehm ... sepertinya aku lupa, semalam aku mainin ponsel sampai ketiduran. Ya udah, maaf, ya, aku curiga sama kamu."

Lega ... untungnya Mas Yuda tidak curiga. Betapa cerobohnya aku hampir membuat diri sendiri celaka. Pantas jika Mas Yuda curiga. Semalam pesan terakhir dari Kak Winda belum sempat ia baca, tetapi sudah keburu kubaca lebih dulu.

Selepas Mas Yuda berangkat ke tempat kerja, aku hendak segera menjalankan rencanaku. Aku akan mencari tahu kapan rencana pernikahan Mas Yuda dengan Rasti.

Sekali lagi kubuka aplikasi hijau di ponselku. Membaca semua percakapan Kak Winda dengan Mas Yuda. Sakit. Sangat perih kurasakan. Mas Yuda yang kukira akan selalu menyayangiku, ternyata tega berbuat jahat. Menorehkan luka yang mungkin tidak akan pernah kumaafkan.

Kuamati pesan terakhir Kak Winda kemarin. Sebuah foto sampul undangan pernikahan. Tertera nama lelaki yang sudah tiga tahun menikahiku. Hancur, betapa hancurnya hatiku saat itu. Tak terasa air mata yang berusaha kutahan akhirnya jatuh juga. Kuluapkan segala sesak di dalam dada. Namun, mendadak tangisku terhenti. Aku berpikir waras. Percuma juga aku menangis, kalau kenyataannya Mas Yuda tega berselingkuh. Itu artinya cintanya tak lagi untukku. Tetapi, aku benci caranya. Lebih baik sekarang aku mencari tahu kapan pernikahan Mas Yuda dan Rasti digelar. Kebetulan teman lamaku ada yang sekantor dengan Mas Yuda.

Segera kuraih ponsel, lalu kucari kontak Rian, temanku yang sekantor dengan Mas Yuda. Aku berharap, dengan meminta bantuan Rian, aku segera mendapatkan informasi tanggal pernikahan Mas Yuda.

[Rian, aku ada perlu. Apa bisa kita bertemu?]

Kukirimkan pesan w******p ke nomor Rian, sesaat setelah mendapatkan kontaknya di daftar kontakku. Tak lama tanda di samping pesan berubah warna biru. Tak sabar aku menanti pesan balasan dari Rian.

Terlihat di pojok atas tulisan mengetik berubah online, begitu berulang kali. Aku sempat tak enak hati pada Rian, karena telah mengganggunya di saat jam kerja. Lantas, tak lama ponselku berbunyi. Pesan balasan dari Rian.

[Ehm ... maaf, Ris. Bukan aku nggak mau, tapi aku sedang sibuk. Memangnya ada perlu apa, ya, kok, nggak biasanya kamu hubungi aku?]

Daripada bertele-tele, maka segera kuutarakan maksud dan tujuanku menghubunginya.

Setelah tahu maksudku, balasan Rian sangat tidak masuk akal. Katanya, ia dan Mas Yuda sangat jarang bertemu. Sungguh aneh. Padahal setahuku Rian dan Mas Yuda sering sekali bertemu. Bahkan mereka berdua tak sungkan saling berkomunikasi.

[Beneran, Ris. Aku nggak tau kalau masalah Yuda mau nikah lagi. Sejauh ini sikap Yuda nggak ada yang berubah.]

Belum sempat aku membalas pesan Rian, kembali Rian mengirimku pesan. Ia mohon pamit karena akan melanjutkan pekerjaannya yang sempat terabaikan beberapa saat tadi.

Aku terdiam memikirkan masalah yang cukup rumit. Berusaha tenang, agar otakku dapat berpikir jernih. Tetapi, sekerasku berusaha memikirkan cara agar dapat mengorek informasi lebih lengkap lagi, rasanya semakin sulit. Maka kuputuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di kamar sambil merebahkan diri.

💔💔💔

Bersantai sambil berselancar di dunia maya merupakan pilihan tepat. Baru saja aku merebahkan diri, ponselku berbunyi notifikasi dari aplikasi hijau. Ternyata pesan dari Kak Winda untuk Mas Yuda. Mengingat kecurigaan Mas Yuda terhadapku pagi tadi, maka kuurungkan niat untuk membaca pesan tersebut.

Sambil menunggu pesan dari Kak Winda terbaca oleh Mas Yuda, kuputuskan untuk mengintip status w******p dari kontak ponselku. Mataku menangkap satu nama dengan unggahan status tertulis, tanpa menunggu, segera kubaca status dari kontak Mas Yuda.

"Semakin dekat dengan hari istimewa. Hari ini jadwal fitting baju." Tak lupa emot tersenyum serta dua hati Mas Yuda bubuhkan.

Ternyata hari ini Mas Yuda ada jadwal fitting pakaian pengantin. Sebuah ide terlintas di benakku. Apa salahnya jika aku membuntuti Mas Yuda. Siapa tahu dengan begitu aku bisa mendapatkan informasi tentang pernikahannya.

Segera kupesan taksi online, untuk mengantarku ke kantor Mas Yuda. Sambil menunggu taksi pesanan datang, aku memilih untuk bersiap.

Notifikasi ponsel mengganggu konsentrasiku saat berdandan. Karena letak ponsel sangat dekat denganku, dapat kuketahui dengan jelas pengirim chat yang masuk ke nomorku. Ternyata sopir taksi online memberi tahu bahwa dirinya sudah tiba di dekan rumah. Sejurus kemudian, aku segera beranjak dan pergi ke kantor Mas Yuda.

"Pak, lebih cepat, ya, jalannya!"

Aku meminta kepada sopir taksi agar lebih cepat mengemudikan mobilnya. Aku tidak mau kalau harus ketinggalan jejak Mas Yuda. Betapa geramnya diriku terhadap lelaki yang kukira setia. Tetapi kini, kesetiannya terbukti bahwa hanya pura-pura.

Satu jam kemudian aku sampai di depan kantor Mas Yuda. Dapat kulihat jelas mobil Mas Yuda masih terparkir di halaman kantor yang cukup luas. Maka aku meminta kepada sopir taksi untuk menunggu sebentar lagi.

Sambil menunggu kemunculan Mas Yuda, ingatanku kembali berputar ke masa lalu. Di mana ketika Mas Yuda menyatakan perasaannya terhadapku. Karena kelembutan dan perhatiannya, diriku menerima cintanya.

Mas Yuda tertolong lelaki ulet. Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah memiliki kehidupan yang mapan. Kuakui, sebagai seorang arsitek Mas Yuda memang sangat tekun dan pandai dalam bekerja. Tak heran jika pimpinan sangat memuji kinerjanya. Tapi sayang, di saat Mas Yuda meraih sukses, ia malah bermain api dengan rumah tangganya.

Saat pandangan menyapu seluruh area gedung tempat Mas Yuda bekerja, seseorang yang kukenal berjalan mendekati mobil yang terparkir di tempat paling ujung. Maka kuminta sopir taksi untuk bersiap mengikuti laju mobil Mas Yuda.

"Cepat ikuti mobil itu, Pak!" perintahku, sambil menunjuk ke mobil warna hitam yang sudah lebih dulu pergi.

Dengan sigap sopir taksi mengikuti laju mobil yang dikendarai Mas Yuda. Tetapi telah kuperingatkan sebelumnya pada sopir taksi untuk menjaga jarak, agar tidak ketahuan.

💔💔💔

Setelah menempuh perjalanan sekitar beberapa menit, mobil taksi yang kutumpangi berhenti di bawah pohon rindang.

"Loh, kok, berhenti, Pak?" tanyaku heran.

Sopir taksi menoleh ke arahku. Lalu, tangannya menunjuk mobil hitam Mas Yuda yang berhenti di depan sebuah rumah minimalis.

Terlihat dari mobil, Mas Yuda berjalan menuju rumah yang pintunya tertutup rapat. Berkali-kali mengetuk pintunya, tak lama kemudian pintu rumah itu terbuka. 

Seorang perempuan cantik, yang tak pernah kuketahui sebelumnya. Perempuan itu bergelayut manja pada suamiku. Begitu pula dengan Mas Yuda, ia mendaratkan kecupan singkat di dahi wanita di hadapannya.

Bukan hanya hatiku yang memanas. Mataku pun tak kalah panas. Tanpa kusadari pandanganku kabur. Tertutup oleh butir-butir air mata yang mengahalangi.

Masih dengan perasaan tak keruan, kembali mata ini disuguhkan oleh pemandangan yang mengejutkan. Bagaimana tidak, tak kusangka seorang wanita yang selama ini memperlakukanku dengan baik, muncul dari dalam rumah itu. Tampak wajahnya berseri, lantas wanita itu merangkul pundak si perempuan yang kukira Rasti, masuk ke dalam rumah. Disusul dengan Mas Yuda sesudahnya.

Benar-benar keterlaluan! Ibu mertua yang kukira baik, ternyata tak ubahnya ular berkepala dua.

Next ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status