Share

Marquess Nelson

"Gardenia, apa kau ada di dalam? Bisa ayah bicara padamu sebentar?"

Wilfred menepuk pelan kepala Gardenia, bermaksud untuk memberi semangat. Gardenia tersenyum kecil sebagai balasan. Saat Wilfred akan beranjak pergi, Gardenia dengan cepat memegang ujung pakaian kakaknya.

"Bisa … kakak tetap di sini?"

"Baiklah, aku akan berpura-pura tidur setelah kita selesai makan. Kau tidak keberatan jika aku menggunakan tempat tidurmu, Gardenia?"

"Tentu saja. Lagi pula kakak biasanya tidak pernah meminta izin untuk tidur di tempat tidurku. Sana, aku akan membukakan pintu untuk ayah."

Wilfred segera menuju tempat tidur Gardenia. Melepaskan sepatunya, Wilfred lalu memposisikan dirinya tidur membelakangi pintu kamar dan menutup matanya.

"Gardenia?" panggil suara itu kembali. Gardenia setelah memastikan sang kakak telat dalam posisinya, ia segera membukakan pintu untuk sang ayah.

"Maaf membuat ayah menunggu."

Tuan Nelson memandang Gardenia dengan senyum kecil. "Apa kau sibuk? Ayah ingin membicarakan beberapa hal denganmu."

"Tentu tidak. Silahkan masuk, ayah. Maaf kamarku sedikit berantakan."

Setelah mendapatkan izin, Tuan Nelson melangkahkan kakinya memasuki kamar Gardenia. Dilihatnya dua piring kotor serta dua cangkir teh di atas meja. Mengalihkan pandangannya, Tuan Nelson menemukan satu sosok laki-laki yang sedang tidur di atas tempat tidur Gardenia. Tuan Nelson memperhatikan Gardenia yang merapikan piring dan cangkir kotor di atas meja lalu mendorong troli makanan ke dekat pintu kamar.

"Apa ayah ingin minum teh? Aku bisa meminta Bibi Stella membuatkan teh untuk ayah," ucap Gardenia saat melihat ayahnya sudah duduk di atas kursi.

"Tidak perlu. Aku hanya ingin berbicara padamu," Tuan Nelson mengalihkan pandangannya ke arah tempat tidur Gardenia dan menunjuk seseorang yang sedang tidur di sana. "Apa dia tertidur setelah makan?"

Gardenia mengangguk pelan, posisinya sudah duduk di kursi depan Tuan Nelson. "Jadi … apa yang ingin ayah bicarakan padaku?"

Tuan Nelson tersenyum kecil. "Aku dengar kau bersifat tidak sopan kepada ibumu, Gardenia. Aku harap kau tidak mengulangi hal itu untuk kesekian kalinya. Bagaimanapun juga sekarang ia adalah ibumu."

Gardenia tersenyum miris. "Maaf, ayah. Sampai kapan pun ibuku hanya Roseanne Nelson, bukan Jeanetta Nelson. Mungkin ayah bisa dengan mudah melupakan ibu, tetapi bagiku dan Kak Wilfred itu bukan hal yang mudah."

Tuan Nelson menghela nafas pelan. Ia tahu, sangat tahu bagaimana perasaan kedua anaknya. Hanya saja sudah lima tahun berlalu sejak status Jeanetta Arlen berubah menjadi Nyonya Nelson. Walau waktu sudah berlalu selama itu, Gardenia masih tidak ingin mengakui Jeanetta sebagai ibu tirinya. Hubungan Gardenia dan Loreen sedikit mengalami kemajuan, tetapi jika Loreen sedang bersama ibunya, Gardenia akan bersikap seperti awal, terlihat sangat tidak menyukai mereka.

"Apakah ada hal lain yang ingin ayah bicarakan padaku selain mengenai hal itu?" tanya Gardenia yang melihat ayahnya tidak lanjut menasihatinya seperti biasanya saat ia bersikap tidak sopan kepada Nyonya Nelson.

"Ayah akan pergi ke Coilleach besok pagi untuk mengurus suatu hal. Awalnya ayah ingin mengajakmu, tetapi ternyata Wilfred sudah pulang dan ayah yakin kau akan lebih memilih untuk bersamanya."

Gardenia mengangguk pelan, membenarkan apa yang diucapkan oleh ayahnya. "Apakah akan lama?"

"Ayah tidak tahu. Mungkin seminggu. Kau tahu jika mereka sangat susah untuk diajak bekerja sama."

"Mungkin karena mereka sangat mencintai hasil kerja keras mereka dan tidak ingin hasil yang mereka kerjakan hanya akan dijadikan sampah."

"Ya, kau benar, Gardenia. Oleh karena itu desa Coilleach sangat terkenal dengan hasil pangan yang mempunyai kualitas terbaik di Kerajaan Divanadia. Jika kita bisa menjalin kerja sama dengan mereka, restoran yang dikelola oleh Keluarga Nelson akan menjadi restoran dengan makanan yang mempunyai kualitas terbaik."

Gardenia mengangguk pelan. "Aku harap jika ayah yang menemui mereka, itu bisa membuat mereka yakin untuk bekerja sama dengan Keluarga Nelson. Berhati-hatilah."

"Apa kau ingin dibawakan sesuatu dari Coilleach?"

"Mungkin keju dan susu domba. Aku dengar keju dan susu domba mereka sangat enak. Oh, krim keju dari toko roti Coilleach Pistrinum di sana juga terkenal sangat enak dan punya tekstur yang sangat lembut. Cokelat dari toko cokelat Choco Coilleach juga, terutama almond choco, choco cashew dan choco caramel merupakan cokelat terbaik yang mereka punya, terus …," ucap Gardenia penuh semangat.

Tuan Nelson tersenyum senang. Ia terus memandang Gardenia, seperti sudah lama tidak melihat anak perempuannya seceria itu.

"Apa ayah akan membelikannya untukku?" tanya Gardenia dengan tatapan mata penuh harap.

"Tentu saja akan ayah belikan." Tuan Nelson menghentikan ucapannya untuk memperhatikan jam saku yang ia bawa. "Sebentar lagi waktunya makan malam. Apa kau akan bergabung untuk makan malam?"

"Tidak. Aku sudah makan bersama Kak Wilfred. Mungkin aku akan hadir untuk pencuci mulut."

Tuan Nelson menganggukan kepalanya sebentar. "Baiklah. Kalau begitu ayah pergi dulu."

Gardenia segera membukakan pintu kamarnya untuk Tuan Nelson. Setelah memastikan Tuan Nelson tidak terlihat lagi dari depan kamarnya, Gardenia mendorong troli makanan keluar kamar untuk memudahkan pelayan mengambil troli tersebut lalu menutup pintunya.

"Seperti biasa, kau sangat suka makan manis."

Gardenia menatap kakaknya, laki-laki itu sekarang sedang bersandar pada headboard tempat tidurnya.

"Apa itu menjadi masalah untuk kakak?"

"Sebenarnya tidak. Aku hanya takut jika adikku yang manis ini akan sangat mudah diculik hanya dengan memberinya satu piring kue cokelat."

"Apa kakak pikir aku anak kecil hingga satu piring kue cokelat bisa menjebakku?"

"Bagiku kau selamanya adik kecilku yang manis, Gardenia," ucap Wilfred dengan senyum manis menatap Gardenia.

"Terserah kakak saja. Dan juga … mau sampai kapan kakak di kamarku?"

Gardenia berjalan mendekati tempat tidurnya. Direbahkannya badannya di sisi kosong tempat tidur. Wilfred masih memperhatikan adiknya, sesekali laki-laki itu akan memainkan rambut cokelat Gardenia.

"Kau sangat mirip ibu, kau tahu?"

"Ya. Dan aku sangat bangga akan itu."

"Kesukaanmu terhadap makanan manis juga …  syukur ibu tidak galak sepertimu."

"Kak Wilfred ingin aku usir dari kamarku?"

Wilfred tertawa pelan. "Tentu tidak. Kau tahu, aku sedang merindukan ibu."

"Aku tahu."

Terjadi kesunyian di antara mereka. Wilfred masih memainkan rambut Gardenia, tatapan laki-laki itu terlihat sedih. Gardenia memilih untuk diam, ia tidak ingin mengganggu kakaknya saat ini. Ia memilih untuk menatap langit-langit kamarnya, memikirkan apa yang ingin ia lakukan bersama kakaknya.

"Gardenia."

Gardenia menatap Wilfred setelah laki-laki itu memanggilnya. Tatapannya semakin sendu.

"Boleh … aku memelukmu?"

Gardenia tersenyum kecil. Ia segera mengubah posisinya menjadi duduk dan memeluk Wilfred erat.

"Aku tidak tahu apa yang telah terjadi dan membuat kakak sedih. Kalau kakak ingin menangis, lakukan, aku akan dengan senang hati memeluk kakak sebagai tempat kakak bersandar."

Wilfred balas memeluk erat Gardenia. "Kau tahu, aku bermimpi terjadi sesuatu yang sangat tidak menyenangkan padamu. Aku tidak bisa menyelamatkanmu dan itu membuatku sangat menyesal."

"Apa karena itu kakak tiba-tiba pulang?"

Wilfred mengangguk pelan. Ia semakin erat memeluk Gardenia, takut adiknya itu akan menghilang jika pelukannya terlepas.

.

.

.

Pagi ini seluruh anggota Keluarga Nelson mengantarkan kepergian Tuan Nelson ke Coilleach untuk melakukan kerja sama. Terlihat dua pelayan yang memasukan beberapa koper Tuan Nelson ke dalam kereta kuda yang akan mengantar Tuan Nelson.

"Tuan, semua sudah siap," ucap seorang pelayan yang akan menjadi kusir kereta kuda Tuan Nelson.

"Ayah, hati-hati," ucap Loreen sambil memeluk Tuan Nelson. Sementara itu Gardenia dan Wilfred hanya tersenyum kecil dan memeluk Tuan Nelson.

Selesai memeluk semua anaknya, Tuan Nelson segera menuju kereta kuda yang diantar oleh Nyonya Nelson. "Sayang, aku harap kau tidak lupa dengan apa yang aku inginkan," ucap Nyonya Nelson yang dibalas senyum kecil oleh Tuan Nelson sebelum pintu ditutup oleh kusir.

"Aku harap ayah akan baik-baik saja," ucap Gardenia pelan saat melihat kereta kuda yang membawa ayahnya pergi meninggalkan rumah kediaman Keluarga Nelson.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status