Pungkas Amy melemparkan bom atom ke dalam ruangan itu. Terdengar seruan tertahan dari beberapa mulut yang penasaran dengan kelanjutan drama ini. Hamam memucat. Pias. Bagaikan darah tersirap meninggalkan wajahnya yang tampan. Ibunya terbeliak pasi dengan bibir gemetar. “Kau ..., bohong!” Getar bibirnya. Jari telunjuknya mengacung ke wajah bekas menantunya. Amy memandangnya tenang. Tak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Hatinya sudah mati rasa. “Dalam kertas itu, salinan dari laporan hasil tes dari dokter obgyn terpercaya di kota ini, Ibu. Seorang dokter, yang kredibilitasnya telah diakui semua orang di sini.” Amy memandang ibu mertuanya dingin. “Jika orang sebesar itu mampu berbohong, maka, semua nama baik klinik besarnya bisa dituntut oleh semua orang,” sambungnya lagi.Semua orang terdiam. “Maka, marilah kita ambil kesimpulan, anak kesayanganmulah yang berbohong padaku. Pada kita semua yang ada di sini,” desis Amy. “Tepat dihari ia memukuli aku, di depan matamu, ia telah mengetahu
Amy butuh uang. Dia membutuhkan biaya untuk semua yang harus dilakukan dalam mempertahankan hak-haknya. Dia sedang mengusahakan sesuatu dengan menghubungi seorang teman lamanya di suatu tempat. Namun, hal itu membutuhkan waktu dan biaya kebutuhan yang membengkak tidak bisa menunggu lagi.Maka dia memutuskan masuk kantor kembali setelah dua bulan mengambil cuti sakit. Sesuatu yang muskil, tetapi dia tahu jika Reinaldi telah mengurus bagian HRD untuk memberikan izin cuti tersebut. Rasa segan untuk bertemu Reinaldi kembali hampir menyurutkan langkahnya memasuki gedung perkantoran megah tersebut. Namun, kebutuhan perut mengalahkan segalanya. Amy tidak bisa terus-menerus bergantung dari uang pesangon Mbok Napsiah yang tidak seberapa itu. Dia tidak tega merepotkan pembantunya yang setia itu.Ketika sebuah nomor yang sudah sangat dihapalnya itu menelepon, Amy terpaksa mengangkatnya.[Kamu butuh berapa?]Amy terdiam mendengar suara bariton di seberang sana."Aku tidak butuh apa-apa darimu!"
Bekerja dengan keras. Bila kau dirundung duka mendalam. Kehilangan orang yang kau cintai. Atau, asa yang kau miliki tak kunjung terwujud. Bekerja dengan keras adalah obatnya. Menyibukkan diri dalam tumpukan pekerjaan yang menggunung. Dan berupaya menyelesaikannya secepat yang kau bisa. Tanpa mengambil jeda. istirahat. Ataupun keluh kesah. ===♡♡♡===Akibat insiden di dalam toilet restoran menyebabkan kemenangan besar pada pihak keluarga Hamam. Campur tangan ibu mertuanya ditambah dengan hasutan Angelique membuat Amy kehilangan hak atas harta gono-gini yang seharusnya dia dapatkan.Amy masih berbesar hati jika ini adalah takdir yang harus dia jalani. Dia bekerja dengan sangat rajin di kantor dan tidak menggubris semua fitnah dan rumor yang menerpa dirinya.Namun, apa lacur. Gosip sudah terlanjur beredar. Namanya sudah tercemar sebagai istri peselingkuh dan mandul hingga dibuang oleh suaminya. Para lelaki di kantornya mulai melecehkannya dengan kata-kata verbal yang tidak baik. Ditamba
"Kau adalah kesempurnaan yang Tuhan ciptakan hanya untukku.” ===♡♡♡===Amy berjalan perlahan sambil memandang sekeliling. Ada rasa haru menyeruak ke dalam hatinya, saat kenangan-kenangan masa kecilnya bersilewaran di seluruh ruangan rumah. Di sana, di dekat pintu, ia dan Poppy sering bermain congklak bersama anak-anak perempuan dari panti. Lalu disambung dengan permainan ‘kucingan’ dengan melempar bola tenis dan memungut kerang-kerang kucingan di lantai. Sungguh. Indah sekali masa kecil itu. Lalu, di sudut sana dulu ada TV hitam putih milik uwaknya. Tempat mereka selalu berkumpul menonton acara anak-anak di TVRI. Tergelak-gelak tanpa begitu mengerti apa yang ditertawakan. Amy tertegun. Matanya mengembun saat pandangannya jatuh pada sebuah kursi goyang rotan yang ada di sudut ruangan. Berjalan cepat dengan penuh haru hingga menyesakkan dadanya. “Uwak sering duduk di sini. Sore-sore sambil mencangklong rokok Gudang Garam kesukaannya. Lalu mendongeng untuk kita,” ucapnya pelan. Jemari
"Kau adalah kesempurnaan yang diciptakan Tuhan hanya untukku."===♡♡♡===Amy memejamkan mata. Lalu mengeratkan pelukannya. “Ya, Ali. Aku sudah gila. Aku bagaikan barang rusak dan tak berharga lagi sekarang,” isak Amy perlahan. “Aku sudah rusak sepenuhnya,” ucapnya pedih. Reinaldi segera mencengkeram pundak Amy dan menjauhkan perempuan itu dari tubuhnya. “Kau mabuk. Kau tidak menyadari hal yang kau lakukan ini. Sadarlah! Pergilah dari sini ...,” sergahnya keras.Amy menatap hampa wajah Reinaldi yang mengeras. Lalu tersenyum sinis dan berujar, “Tentu saja ...,” ucapnya bergetar. Ia melepaskan pelukannya. Berdiri tegak. Tampak benar tersinggung. “Untuk perempuan yang sudah rusak dan tak lagi berharga, semua bisa diusir dan dibuang sekehendak hati.” Bibirnya bergetar menahan sakit hati dan malu. Menyadari, jika Reinaldi ikut tak menginginkannya.“Amy ..., bukan begitu. Ini salah. Ini berdosa. Ingat Tuhan Amy ..., ingat ...”“Aku selalu mengingatnya, Ali. Tepat di hari kita berpisah dan ku
Kau tahu dengan tepat, bagaimanacara menyakitiku. ===♡♡♡=== Amy mengerjapkan matanya perlahan. Sinar mentari di pagi hari menelusup jatuh ke atas wajahnya hingga membuatnya terbangun. Kepalanya terasa pusing dengan tubuh yang hampir remuk. Sakit di sekujur tubuh, terutama di selangkangannya. Ia mengernyit ketika mencoba bergerak. Di mana ini? batinnya lirih. Lalu, seketika, ingatan patah-patah malam tadi mulai berkumpul. Memori kelabu dengan cepat menyusun puzzle dalam pikirannya. Hingga ia tersentak mendapati tubuhnya berada di dalam pelukan seseorang. Amy menoleh. Perlahan, wajah damai seseorang jatuh ke dalam netranya. Wajah Reinaldi. Ali.Tertidur dengan pulas. Dalam wajah damai dan tenang. Cambang halus menghiasi atas bibir dan pipi serta dagunya. Begitu dekat hingga ia bisa merasakan detak jantung lelaki itu. Berdetak dengan pelan di telinganya. Matanya sebagian ditutupi oleh rambut legam. Menguarkan aroma maskulin yang membuat Amy malam tadi menggila ter
[Jangan cari aku. Kita sudah usai.]Netranya membaca tulisan dengan lipstik merah menyala. Di sana. Di permukaan cermin besar di dekat tempat tidur. Begitu sinis. Dan tak manusiawinya. Usai?! Jangan bercanda! Kita baru saja ‘mulai’, Amy! Serunya geram di dalam pikirannya. Ia memaksa dirinya bangun dan segera mandi. Tubuh kekarnya berdiri gemetar menahan amarah di bawah shower. Dinginnya air tak juga menenangkan pikirannya yang kalut. Mengingat sikap depresi Amy yang merubahnya seratus delapan puluh derajat berbeda dari kepribadian perempuan itu. Lalu, Sakit sekali. Ditinggalkan begitu saja oleh orang yang setengah mati kau cintai. Setelah malam sebelumnya, mereguk kebahagiaan bersamanya. Setelah bertahun hanya bisa memimpikannya. Memiliki dirinya yang nyata. Di dalam pelukannya. Tak terkira luka hati Reinaldi karena perlakuan Amy. ***Dengan tergesa, Reinaldi menghampiri rumah Poppy yang telah ramai kembali setelah pulang dari liburan. Tak diperdulikannya, pandangan heran Poppy,
Hamam pulang dalam keadaan lusuh dan letih. Akan tetapi tidak juga bisa menyembunyikan aura ketampanan dan kegagahannya. Tubuhnya sedikit panas dengan emosi yang masih meledak-ledak dikarenakan masalah-masalah yang terjadi di kantor. Dengan jengkel ia melirik ke arah garasi, dan mendengkus kuat saat mendapati mobil istrinya tidak ada di sana. Dengan gontai ia menenteng tas kerja dan berlalu masuk ke dalam rumah. Seketika, seorang pembantu datang menghampirinya. Wanita paruh baya itu datang dengan menunduk-nunduk penuh khimad. Takut bila tuan besar melampiaskan kekesalan padanya."Mana Nyonya?" tanya Hamam dingin sambil melemparkan tas kerja kepada pembantu itu. Wanita itu menangkap tas kerja dengan takut. Sudah dapat dipastikan, Hamam sedang dalam keadaan murka."Nyonya belum pulang, Tuan ..., beliau pesan, katanya Tuan makan malam duluan aja," jawabnya perlahan dan hati-hati.Hamam berteriak memaki lalu berlalu masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan pembantu malang itu terduduk gemet