Namanya Suga, lengkapnya Sugantara Lesmana Dewa. Pria berusia tiga puluh dua tahun yang memiliki tubuh tinggi sekaligus kekar, dibarengi dengan otaknya yang cemerlang. Namun ... terlepas dari beberapa segi sempurnanya itu, Suga bukanlah tipikal pria idaman. Dengan kacamata tebal ia dikenal sebagai CEO culun oleh banyak orang. Pria yang merupakan pewaris utama perusahaan milik ayah angkatnya—Daichi Lesmana—itu, sering menjadi bahan gunjingan para karyawannya.
Itulah sosok Suga yang dikenal secara umum. Di balik itu semua, ada sebuah rahasia besar. Tak akan ada yang menyangka jika dirinya merupakan ... ketua mafia! Ia memimpin sebuah perkumpulan gelap yang sering memperjualbelikan barang-barang atau data secara ilegal. Tidak banyak orang yang tahu! Karena itu memang rahasia, kecuali beberapa orang kepercayaannya sajaHidup Suga selalu diselimuti kekerasan, ia tidak pernah gentar ketika melihat darah. Bahkan, di kalangan anggota gengnya, ia terkenal sangat kejam. Tidak ada ampun bagi musuh sekaligus pengkhianat. Suga selalu menghajar habis para pengkhianat itu, tetapi ia tidak membunuh, melainkan menyiksa mereka dalam keadaan hidup-hidup! Bagi sebagian korbannya, tentu lebih baik mati daripada merasa sakit berkepanjangan, tetapi Suga tidak pernah mau menghabisi nyawa mereka. Tak hanya itu, para pengkhianat dijadikan dikurung lalu akan dijadikan sebagai tameng jika beberapa sindikat kejahatan geng mafia milik Suga ketahuan oleh pihak aparat, Suga juga mempertaruhkan keamanan keluarga mereka sebagai ancaman. Dengan begitu, Suga tidak perlu susah payah mengurus keterlibatan dirinya sekaligus identitasnya selalu aman.Terlepas dari siapa Suga sebenarnya, hari ini ia menjalani hari sebagai CEO di perusahaan Daichi Lesmana. Tampilannya tetap culun, meski keindahan tubuhnya tidak bisa terlalu ditutupi. Nyatanya banyak orang yang justru melihat tampilan wajah ketimbang kekarnya tubuh. Hal itu membuat Suga tak cukup digemari.“Ck, andai saja bos kita tuh ala oppa-oppa Korea, kerja pun bakal semangat,"celetuk seorang manager cantik dari divisi paling tinggi di perusahaan tersebut, sesaat setelah Suga melewati ruang kerjanya yang berdinding transparan.Namanya Ratih Kembang Gayatri. Parasnya cantik, hidungnya mbangir dengan bibir tipis murni berwarna merah muda. Wanita itu benar-benar tidak menyukai Suga, karena terlepas ketidaktampanan pria itu, baginya Suga tidak memiliki keramahtamahan sama sekali.Nurma bawahan sekaligus teman dekat Ratih pun hanya tersenyum. Namun, sepertinya senyum saja tidak cukup untuk menimpali ucapan Ratih, sampai akhirnya ia menjawab, “Jangan terlalu merasa benci padanya, Ratih. Nanti kamu suka sama dia, loh!"“Amit-amit, enggak mau aku, Nur! Sudah geh culun, judes lagi. Kalau bukan CEO mana ada aku hormat sama dia, menyebalkan tahu!“ tandas Ratih dengan sengit.“Tapi kalau lebih diamati lagi, sebenarnya Pak Suga itu gagah lho, Tih. Kedua lengannya saja besar banget, ditambah dia tinggi, sekaligus pinggangnya kecil. Mungkin dia pakai kacamata tebal karena memang ada minus di mata kali, Tih. Siapa tahu kalau dibuka, jadi tampan sekali.“Ratih menghela napas panjang. Ia melirik wajah Nurma secara sekilas, sebenarnya ia membenarkan ucapan sahabatnya itu. Namun, sifat judes milik Suga benar-benar tidak bisa diganggu gugat. Tidak peduli jabatan yang lumayan tinggi telah diberikan oleh Suga untuknya, Ratih tetap tidak menyukai atasannya tersebut.“Sudahlah! Kerja lagi saja kamu, Nur, enggak mau, 'kan, kalau aku mutasi ke jabatan lain?" ancam Ratih pada Nurma yang masih menatapnya sembari meledek.Nurma membentuk sikap hormat pada Ratih, kemudian mengangguk mantap. “Siap, Bu Bos!““Duh mana nanti harus minta tangan si Culun lagi, kenapa sih harus pakai tanda tangan CEO segala?““Karena jabatan kamu juga tinggi, Tih. Sudahlah katanya mau balik kerja!““Ck, hah ....“Kedua wanita tersebut segera memperbaiki posisi duduk, lantaran tak ingin membuang waktu hanya untuk bergosip. Lagipula ruang kerja Ratih menjadi satu dengan lima orang bawahan terpilih, agar ia bisa mengawasi mereka dengan baik. Sekaligus, membuatnya tidak bisa bersikap seenaknya terlalu lama.***Sesampainya di ruang kerja mewahnya, Suga duduk di kursi kerja mahalnya. Ia menghela napas panjang untuk membuang kegusaran. Hari ini ia benar-benar dibuat lelah oleh banyaknya pekerjaan kantor, belum lagi masalah-masalah serius di dalam geng mafianya.“Arrrgggh!“ pekik Suga geram. Detik berikutnya, ia melepas kacamata tebalnya dan ... tampak sepasang mata tajam menyiratkan aura seram.Namun, dalam tampilan wajah tanpa kacamata itu, Suga terlihat sangat tampan. Ia sempurna! Sayangnya hanya dirinya yang tahu kesempurnaan wajahnya itu.Suga kembali menghela napas. “Memangnya siapa juga yang mau menjadi pewaris perusahaan sekaligus organisasi sindikat itu, hah?! Kalau bisa aku juga akan menumpas nyawa ayahku!“ ucapnya geram.Suga tidak menampik ketidakrelaannya dalam menerima dua gelar sekaligus. Semua serba dipaksakan Keterlibatannya dalam sindikat bukan dari keinginannya, sekaligus jabatan CEO itu. Sejak kecil ia sudah dilatih secara khusus oleh Daichi Lesmana—ayah angkatnya. Daichi Lesmana pernah menjadi anggota gangster yang kejam, membunuh para korban tanpa ampun.Pria keturunan Jepang tersebut lantas pindah ke Indonesia karena kejahatannya hampir diketahui oleh pihak keamanan di sana, beruntungnya, sampai saat ini identitas Daichi Lesmana selalu aman. Ibunya keturunan Jawa, cukup mudah baginya untuk mencari tempat tinggal.Dan dari pelariannya itu, Daichi Lesmana membentuk sebuah perkumpulan gelap yang bergerak memperjual-belikan barang-barang serta data ilegal. Semua ia lakukan untuk mencari nafkah atas dirinya sendiri. Sebagai seseorang yang sudah piawai dalam hal kejahatan, cukup mudah bagi Daichi Lesmana membangun usahanya. Keuntungan yang ia dapat dari semua itu, ia gunakan untuk membangun sebuah perusahaan legal dan akhirnya terkenal.Namun lambat laun Daichi Lesmana merasa kesepian, tetapi enggan untuk menikah. Hingga akhirnya, Daichi Lesmana mengadopsi tiga orang anak dari panti asuhan. Ia memilih Suga—bocah jenius itu—dan mulai melatih Suga menggunakan banyak kekerasan. Dan ketika Daichi Lesmana sudah berumur pensiun, Suga menjadi penerus kedua usaha antara legal dan ilegal tersebut.“Kapan matinya si Tua itu? Sampai kapan aku menjadi kaki tangannya? Herannya, sudah tua sekalipun kekuatannya masih melebihi singa! Memang! Pembunuh sama amatir jelas berbeda!“ gerutu Suga atas semua keluh kesahnya.Suga menginginkan kematian Daichi Lesmana, tetapi langsung membunuh pria itu tentu menjadi hal yang mustahil. Sekalipun kejam, Suga tidak pernah menghabisi nyawa seseorang, ia hanya melakukan penyiksaan selebihnya ancaman. Dan sekalipun ia berani, membunuh Lesmana merupakan hal yang gegabah. Karena selain berbahaya bagi identitasnya, ia akan hidup kesulitan jika masuk penjara.Suara ketukan pintu tak didengar sama sekali oleh Suga karena sibuk dalam pikirannya sendiri. Alhasil, si pelaku tersebut masuk tanpa permisi. Ketika pintu terbuka muncul seorang wanita cantik, yakni Ratih Kembang Gayatri. Meski tidak mendapat jawaban, asal sudah mengetuk bukan sesuatu yang tidak sopan menurutnya.Baru berbalik setelah menutup daun pintu kembali, Ratih dibuat tercengang oleh tatapan tajam seorang Sugantara. Mata mereka saling bertaut satu sama lain dalam kebisuan yang menegangkan.Ratih menelan saliva, meski tubuhnya terpaku tanpa bisa digerakkan. Ia merasa bingung atas adanya sosok tampan tersebut. Pria itu siapa dan mengapa ada di ruangan CEO culun yang sangat tidak ia sukai? Lantas, mata Ratih bergerak menyelidik tubuh Suga yang kini sudah berdiri.“P-Pak Su-suga ...?“ ucapnya terbata-bata dengan suara kecil nyaris tak bisa didengar.***Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t
"Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn
Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.“Ugh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?” ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. “Kalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....”Usai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. “Tapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?”“Ah, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru
"Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak
"Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam
Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a