Share

Episode 2-Ketahuan

Penulis: VhyDheavy
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-22 13:09:58
Kekesalan hati Suga yang sudah ada, kini dibuat semakin membuncah saja. Kehadiran Ratih secara tiba-tiba membuatnya tidak menyangka. Karena mendapati keterkesiapan wanita yang tidak ia ketahui namanya itu, Suga segera menyambar kacamatanya dari atas meja. Lalu, ia menata rambutnya ke depan dan kembali culun seperti yang orang tahu!

Suga berjalan tegas menghampiri Ratih yang masih mematung. Ia masih berdecak beberapa kali, bahkan mengumpat. Pria itu benar-benar tidak habis pikir atas ketidaksopanan sang wanita.

“Apakah kamu tidak memiliki sopan santun? Masuk ruangan orang tanpa permisi?” tanya Suga setelah sampai di hadapan Ratih.

Ratih mundur satu langkah. Ia menelan saliva dengan susah payah. Kendati tertutup kacamata tebal, nyatanya wajah Suga masih terlihat sangat seram, ditambah dinginnya sikap atasannya tersebut. Ratih menghela napas beberapa kali untuk meluruhkan ketegangan tubuhnya.

“Maaf, Pak, saya sudah mengetuk pintu tadi,” ucap Ratih sembari merundukkan badannya.

Mata Suga semakin memicing dari balik kacamatanya. “Jadi, maksudmu aku tuli, begitu?” tanyanya sembari memajukan kakinya.

Ratih semakin tersudut, sialnya lagi belakang tubuhnya terbatas dinding.

“Bu-bukan begitu, Pak. Hanya saja ... hanya saja, saya pikir su-sudah cukup dengan ketuk pintu.”

“Ck, siapa dirimu sampai membuat aturan sendiri, hah?! Tanpa izin dariku, semua orang tidak akan bisa masuk ruang kerjaku, paham!”

“Pa-paham, Pak, ma-maafkan atas keteledoran saya. Saya siap dihukum, Pak.”

“Siap dihukum?”

“Mm ....”

“Bagaimana kalau aku memecatmu?”

Rahang Ratih reflek menganga. Ada yang salah dengan pria itu, pikirnya. Hanya kesalahan kecil saja sampai dipecat? Yang benar saja! Ratih benar-benar tidak menyangka, di balik kacamata tebal itu, Suga begitu kejam dalam membuat aturan.

Suga menyentil dahi Ratih, sampai membuat wanita itu terpekik kesakitan.

“Kamu pikir aku memecat dirimu hanya karena insiden ketuk pintu?”

Ratih gelagapan. Bagaimana bisa Suga membaca pikirannya?

“A-anu, Pak, bu-bukan begitu kok!” tukas Ratih salah tingkah.

“Ck, menggelikan! Bodoh!”

“A-apa?!”

“Bodoh!”

Mendengar satu kata tidak sopan itu, Ratih naik pitam. Boleh saja, Suga memecat dirinya sekaligus memarahinya atas kesalahan yang bahkan tidak ia buat. Padahal, Suga sendiri yang tidak mendengar ketukan pintu itu. Hanya saja, jika dikatai ‘bodoh’ bagi Ratih adalah sebuah penghinaan. Dirinya sudah mengabdikan diri selama lima tahun di perusahaan itu, tetapi Suga bersikap seenak jidat dalam memperlakukan kesalahan kecilnya.

“Hei, Culun!” seru Ratih. Saking kerasnya suaranya, sekretaris Suga yang bekerja di depan ruang kerja itu sampai tercengang dan berlari menghampiri kedua orang tersebut.

“Apa?!” balas Suga dengan tatapan sengit.

“Ka-kamu culun! Bo-boleh saja kamu pecat aku, ta-tapi kalau aku dikatai bodoh, aku enggak terima sama sekali!”

“Cihh, kenyataannya kamu memang bodoh, ‘kan? Lalu apa yang salah dari perkataanku, Nona buruk rupa?”

Ratih semakin terkesiap sekaligus dibuat tidak terima. “Haaah ... buruk rupa? Bodoh?” Ia menggigit bibir bawahnya menahan geram. Namun kenyataanya ia tidak bisa menahan gejolak amarahnya. “Kamu sendiri culun, jelek, berani banget ngatain aku buruk rupa!”

Belinda—sekretaris Suga—menahan kedua lengan Ratih. “Nona tolong tenang, hormati Pak Suga,” ucapnya.

“Bel, pergi saja. Ini urusanku dengan wanita bodoh ini.” Suga bertitah.

“Ta-tapi, Pak?”

Tak ada jawaban dari Suga atas ucapan Belinda, selain matanya yang memicing dari balik kacamata. Hal itu membuat Belinda mati kutu, dan berangsur melepaskan tangannya dari lengan Ratih. Kemudian, ia keluar dari ruang kerja tersebut.

Sepeninggalan Belinda, kedua pasang mata tersebut saling bertaut seolah tengah mengibarkan genderang peperangan. Semua kebencian Ratih atas diri Suga selama ini pun semakin bertambah besar, karena insiden yang ia anggap sebagai penghinaan itu.

“Baik! Saya bakal keluar dari perusahaan ini, tapi perlu Anda tandai, selama lima tahun prestasi saya gemilang. Banyak proyek yang saya tuntaskan! Dan Anda tidak berhak mengatai saya bodoh, sekaligus buruk rupa! Karena kenyataannya Anda jauh lebih buruk rupa!” tegas Ratih dengan bahasa kembali formal.

Suga menyeringai. “Aku membatalkan keputusan pemecatan itu,” jawabnya.

“Apa?!” Ratih kembali menggigit bibirnya. Detik berikutnya, ia berkata, “Anda bukan Tuhan yang berhak mengatur hidup saya. Anda tidak bisa membuang lalu memungut saya kembali seperti sampah!”

“Dan kenyataannya kamu memang sampah, ‘kan? Sampah organik yang masih bisa didaur ulang.” Suga memajukan wajahnya berjarak tiga centimeter dari wajah ayu milik Ratih Kembang.

Ratih terdesak. “Sa-saya menolak!”

“Kalau begitu bayar penalti kontrak kamu dengan perusahaan kami sebanyak dua milyar, dengan begitu kamu berhak keluar dari perusahaan ini.”

“Apa?! Itu tidak adil dong! Kan Anda yang memecat saya!”

“Sudah aku bilang, aku membatalkannya.” Suga berucap sembari berbalik badan, ia berjalan pelan untuk kembali ke meja kerja.

“Si Culun ini!”

Ratih yang sudah sangat geram berlari mengejar Suga. Dan ... tubuhnya justru terhuyung karena terpeleset. Suga yang sudah berbalik sejak teriakan maut Ratih, dengan sigap menangkap tubuh wanita itu. karena posisinya merunduk dengan hentakan gerak yang keras, kacamata tebalnya terlepas dan terjun ke lantai.

Mata Ratih semakin dibuat terbelalak, rahangnya pun turut menganga. Beberapa saat yang lalu, samar ia melihat wajah asli milik Suga. Dan kini, wajah tampan itu semakin jelas oleh matanya. Bagaimana bisa CEO culun berhati dingin yang sangat ia benci begitu tampan melebihi oppa Korea? Rahangnya semakin terlihat tegas, mata yang tajam justru terlihat begitu manis.

Karena penasaran, tangan Ratih bergerak menyingkap poni Suga yang menutupi dahi. Sayangnya, tubuhnya justru dihempas oleh pria itu sebelum berhasil menyingkap rambut poni tersebut.

“Auuh! Kalau enggak berniat menolong, enggak usah ditolong dari tadi dong!” gerutu Ratih sembari mengusap siku yang terasa perih.

Suga memungut kacamatanya, kini menatap Ratih dengan tajam. “Ck, sudah bagus-bagus berbicara formal, kenapa kasual lagi? Kamu nggak ada takutnya padaku?” balasnya.

“Ngapain aku takut, lagian kamu bukan monster!”

Suga terkesiap. Memang, bagi wanita di hadapannya itu, ia merupakan CEO culun berkacamata tebal. Padahal di balik penampilan itu, ia bisa dianggap sebagai monster bahkan iblis tak punya nurani oleh beberapa orang yang pernah ia siksa. Ya, seandainya ucapan Ratih benar adanya, pasti Suga akan merasa lega, tetapi ia justru sudah menjadi monster sejak lama.

Melihat Suga yang tiba-tiba diam, Ratih merasa bingung. Dengan susah payah ia berdiri, lalu mengamati wajah pria itu.

“Ma-maaf, sepertinya ucapanku keterlaluan sebagai seorang bawahan. A-aku benar-benar siap untuk keluar dari perusahaan, cuma untuk penalti ...,” ucap Ratih ragu-ragu.

Suga tersadar atas renungan singkatnya. “Nggak! Meski kamu bodoh, kamu harus tetap bekerja di sini! Kalau masih bersikeras ingin keluar, maka bayar penalti bersamaan dengan surat pengunduran diri,” tukasnya.

“Wuaah! Kenapa sih susah banget lepasin aku? Lalu, kamu udah kaya raya, buat apa meras aku yang miskin ini, hah?! Dari dulu kenapa jadi orang ngeselin banget sih?! Iiiiiih, ngeselin!”

“Bekerja saja dengan baik, Nona buruk rupa.”

“Kamu lebih buru ....” Ratih menggantungkan kalimatnya, sebab ia terbayang betapa tampannya wajah Suga.

Suga mendekati wanita itu lagi. “Ini kenapa aku masih menjerat kamu, dan kemungkinan selamanya akan menjeratmu. Karena ....” Ia mendekati telinga Ratih dan berbisik, “Kamu tahu wajahku yang sebenarnya. Aku akan mengawasimu dan akan mencincang tubuhmu yang tipis ini jika kamu bergosip soal wajahku!”

Ratih mengumpat pelan. Namun kendati sudah muak, ia berangsur gentar atas ancaman Suga. Meski begitu, ia tidak ingin terlihat takut di hadapan pria itu, sebab tidak mau jika Suga semakin merendahkan dirinya.

“La-lagipula, wajah kamu kenapa sih? Mau pakai kacamata dan enggak pun, tetap jelek!” Ratih terus memberikan perlawanan untuk melindungi harga dirinya.

Suga menyeringai. “Memangnya aku bilang wajahku tampan? Enggak, ‘kan? Aku hanya enggak mau, wajah asliku terbongkar. Lagipula, sekalipun ada yang bilang aku tampan itu hanya dirimu.”

“Cihh ... enggak bakal!”

“Harga diri yang tinggi sekali, Nona, padahal kamu miskin.”

Napas Ratih tertahan sesaat, dan langsung ia hembuskan dengan kasar. “Baik, aku ah ... enggak, saya tetap akan bekerja di sini. Tapi, sangat berharap tidak menemui Bapak lagi.”

“Baah ... siapa dirimu? Justru aku yang enggak mau menemuimu.”

“Oke! Jangan sampai bertemu, asal gaji saya tetap lancar bahkan dinaikkan!”

“Mata duitan.”

“Saya miskin, jadi itu wajar. Dan satu lagi sekaligus yang terakhir, saya butuh tanda tangan Bapak demi cuti lima hari untuk bulan depan.”

Ratih menyerahkan form permintaan cuti pada Suga. Kemudian, pria itu menyambarnya tanpa sopan santun sekalipun. Mata Suga mulai membaca nama dan alasan dari cuti tersebut. Sebuah pernikahan dari anggota keluarga Ratih.

“Tiga hari,” ucap Suga.

“Dikit banget! Pestanya saja, empat hari empat malam, Pak!” tukas Ratih.

“Mau cuti atau enggak sama sekali? Aku di sini atasannya bukan kamu!”

“Sudah culun, pelit lagi ....” Ratih bergumam lirih.

“Apa?”

“Ti-tidak kok, Pak, baiklah tiga hari.”

Suga tak menyahut lagi. Ia membawa form tersebut menuju mejanya.

Dengan wajah tanpa ekspresi, ia menyoretkan tinta hitam pada tempat tanda tangan atasan. Setelah itu, ia menyerahkan kembali form tersebut pada Ratih.

“Makasih, Pak Culun!” ucap Ratih lantang dan kembali kasual.

Suga membelalak. Namun ketika hendak memarahi wanita itu, Ratih justru berlari dengan cepat menuju pintu keluar.

“Ratih Kembang ...? Aku akan mengawasimu,” gumam Suga sembari memicingkan mata. Ia mendengkus kasar setelahnya. "Kenapa setelah sekian tahun, harus wanita macam dia yang tahu wajahku? Merepotkan!"

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 30-Perbicaraan Penuh Pertentangan Antara Sugantara dan Daichi Lesmana

    Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 29-Obsesi Sugantara Terhadap Ratih

    "Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 28-Suga yang Juga Belum Berpengalaman

    Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.“Ugh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?” ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. “Kalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....”Usai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. “Tapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?”“Ah, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 27-Ciuman Pertama Ratih yang Dirampas Sugantara

    "Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 26-Ratih Berasa Diperebutkan-Munculnya Sang Penguntit

    "Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 25-Melihat Ratih Duduk Berdua Bersama Gatra

    Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status