Suga tak menampik bahwasanya monster merupakan wujud lain dari dirinya, atas kekejaman yang ia lakukan sebagai seorang ketua mafia. Namun di khalayak umum, Suga dikenal sebagai seorang geeky CEO, tetapi begitu dingin. Oleh sebab itu, sosok Suga tak cukup digemari.Ketika Ratih tiba-tiba terlibat pertengkaran dengan Suga, wajah Suga yang tampan diketahui oleh wanita tersebut. Demi melindungi identitasnya, Suga terpaksa mengawasi gerak-gerik Ratih yang merupakan bawahannya, sekaligus pembenci dirinya. Ia merekrut wanita itu sebagai sekretaris pribadi.Tak mudah bagi Ratih menjalani kehidupan di di samping Suga dengan tenang. Ia merasa pasang mata selalu mengawasinya. Kebenciannya pada Suga pun semakin membuncah. Namun di sisi lain, Ratih justru tertarik dengan misteri di balik topeng culun milik Suga. Diam-diam ia melakukan pengamatan. Lambat laun Ratih mulai mengetahui keanehan atas diri Suga melalui insiden-insiden mengerikan. Belum lagi perasaannya terus dibuat berdesir oleh paras pria itu. Lantas, apakah Ratih bisa menguak identitas Suga yang sebenarnya? Dan respon apa yang akan Ratih terapkan setelahnya, ketika hati sudah mencintai Suga?
View MoreRatih tidak menyangka jika hidupnya akan semakin sulit selepas melalui pertengkaran dengan Suga. Tak pernah terbayangkan ia akan menjadi sekretaris dari pria itu, bahkan bukan hanya di kantor saja, melainkan pribadi termasuk mengurus segala keperluan Suga. Bagi Ratih, seorang sekretaris tidak lebih dari seorang pembantu, hanya saja memiliki sebutan dan jaminan yang lebih tinggi. Dengan pemikiran itu, tentu saja ia menganggap jika saat ini jabatannya telah diturunkan.
Kini, Ratih hanya bisa mematung di hadapan Suga. Kendati begitu, matanya tak lepas menatap tajam ke arah pria itu. Ingin sekali, Ratih menghantam wajah Suga pada tembok pembatas antar ruangan, atau setidaknya menguliti atasannya tersebut. Bagaimana tidak, jika saat ini ia justru dipermainkan tanpa adanya kesempatan melawan.
Suga menghela napas sembari bergerak dengan malas. Tak berselang lama, ia melepas kacamatanya.Tentu saja mata elangnya terlihat dengan jelas.
“Kenapa?” tanya Suga dengan nada datar.
Ratih mengepalkan kedua telapak tangannya menahan geram. Namun sepertinya ia tidak berhasil, sehingga melontarkan perkataan. “Kembalikan saya ke jabatan sebelumnya, Pak!”
Suga tak banyak mengubah sikap, kecuali menoleh ke arah lain. “Nggak bisa,” jawabnya enteng.
“Kenapa?!”
“Sekretarisku, sudah aku mutasi.”
“Tapi, kenapa harus saya penggantinya?!”
Suga tak menjawab. Sesaat setelah menatap Ratih dengan nanar, ia beranjak berdiri. Diayunkannya sepasang kaki panjang itu menuju wanita itu. Tentu saja, sikap Suga membuat Ratih tak berkutik sekaligus gugup.
“Kenapa? Kenapa kamu enggak ada sopan-santunnya padaku, hah?!” Tepat di suara tinggi, Suga menyodorkan wajahnya ke hadapan Ratih.
Reflek, Ratih menampar pria itu. Bahkan, ia sampai terkejut akan sikapnya sendiri. Atas insiden kurang menyenangkan yang ia perbuat sendiri, Ratih merutuk dalam hati. Ia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah, karena mau bagaimanapun Suga masih merupakan atasan tertingginya. Belum lagi ancaman dua milyar rupiah menjadi ketakutan tersendiri baginya.
Terlepas atas kegelisahan yang dirasakan oleh Ratih, Suga justru sibuk menekan pipinya yang memerah. Tamparan Ratih tak hanya tiba-tiba, melainkan begitu keras. Ingin sekali Suga mencambuk wanita itu, tetapi latar keberadaan sama sekali tidak mendukung.
“Kamu enggak minta maaf padaku?!” tanya Suga lebih tegas. Bahkan, ia sengaja menyibak poninya ke atas agar tatapannya menghunus hati Ratih.
“N-nggak!” tandas Ratih masih berusaha menjaga harga diri. “Nggak mau, sebelum Bapak mengembalikan jabatan saya!” lanjutnya sembari membalas tatapan Suga.
Suga hendak mengayunkan tangannya karena kadung gemas, tetapi ia urungkan dengan rasa sabar.
“Kenapa harus saya sih, Pak! Kan karyawan Bapak ribuan!”
“Hei!”
Suara lantang milik Suga membuat Ratih tersentak sampai kedua bahunya terangkat. Ia menunduk tanpa bisa memberikan perlawanan lagi. Akan sulit jika pada akhirnya Suga mengungkit penalti dua milyar tersebut.
“Ratih?”
“I-iya, Pak.”
“Kenapa sejak awal kamu justru lebih mendominasi dan begitu berani? Aku ini atasan kamu, 'kan? Kenapa lagakmu justru mengatur semua yang ingin aku kehendaki, hah?! Apa kamu mau bayar dua mil—”
“Pak!”
“Kamu barusan berteriak lagi?”
Ratih menelan saliva. Mulutnya memang sulit di-rem jika sedang menghadapi orang yang ia benci. Bahkan tak hanya pada Suga, melainkan juga pada Kani—bibinya.
Namun jika berkaitan dengan uang yang tidak wajar sebagai biaya penalti itu, tentu saja Ratih tidak bisa tinggal diam. Ia akan melawan! Bukankah hal paling lumrah adalah perusahaan membayar pesangon? Bukan dirinya membayar penalti itu? Mungkin memang begitu, sayangnya sosok Suga memang nerd yang gila!
Suga menghela napas, kemudian kembali bertanya, “Apa alasan kamu, hei, si Buruk Rupa?”
Mendengar penghinaan atas fisiknya itu, Ratih merasa kesal. Namun ia hanya mampu menggertakkan gigi demi melindungi isi ATM-nya yang bahkan isinya tidak sampai lima juta.
“Bapak mau saya jujur apa bohong?” balas Ratih tanpa memberikan tatapan, ia lebih memilih menundukkan kepala.
“Katakan.”
“Karena saya benci sama Bapak sejak lama. Karena Bapak sewenang-wenang menurunkan jabatan saya sebagai pembantu Bapak. Karena Bapak nggak memberikan kesempatan menolak. Karena Bapak memberikan biaya penalti secara nggak wajar, padahal saya yang dipecat dan tentu nggak melanggar kontrak. Karena Bapak mengejek saya bodoh dan buruk rupa. Kare—”
“Mau kupotong lidahmu, Ratih?!”
“Bukankah Bapak sendiri yang meminta saya mengatakannya?”
Suga terdiam. Hanya hembusan napas kasar yang ia berikan. Baginya, Ratih tak sekedar mengganggu, tetapi memang unik untuk ukuran seorang wanita normal. Bahkan bisa dibilang, Ratih tidak normal sesuai apa yang Suga pikirkan. Wanita itu akan menyulitkannya jika tidak diawasi secara ketat. Membunuhnya tentu bukan keputusan yang benar, sebab selain sabuk hitam yang Ratih kuasai, Suga tidak bisa melakukan pembunuhan.
****
Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t
"Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn
Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.āUgh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?ā ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. āKalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....āUsai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. āTapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?āāAh, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru
"Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak
"Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam
Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a
Kesal hati Rinjani. Bagaimana tidak, jika belakangan ini ia justru mendapatkan kabar mengenai kedekatan Sugantara dengan seorang wanita bernama Ratih Kembang Gayatri, sekretaris pria itu sendiri. Rumor yang beredar mengatakan bahwa CEO culun itu telah menjalin hubungan dengan Ratih, dan tak jarang Suga sampai mengantar Ratih pulang hingga beberapa kali terpergok sedang berjalan berduaan. Sebagai adik, yang meski angkat, tetapi sangat memahami Sugantara, termasuk mengetahui betapa Sugantara sangat tampan, Rinjani sempat merasa percaya tidak percaya. Ia yang juga masih bermimpi untuk hidup sebagai istri Suga, benar-benar berharap bahwa rumor itu hanyalah sebatas rumor tak berdasar saja. Namun ... apa mau dikata.Saat ini, ketika Rinjani sengaja datang ke perusahaan Daichi yang dipimpin oleh Suga sebagai seorang CEO, Rinjani malah mendapati kakaknya itu berjalan akrab dengan seorang wanita. Dan sekarang pun, mereka berada tepat di hadapan Rinjani yang sedang membawa bekal makan siang un
āAku adalah monster.ā āApa maksud Pak Suga?ā āLupakan!ā Lupakan? Tidak, nyatanya kata 'monster' yang diucapkan oleh Suga berulang kali, sukses menghantui benak Ratih ketika malam telah tiba. Sejak enam bulan terakhir menjadi sekretaris Suga, dan setelah momen pertama pria itu mampir ke rumahnya, Ratih sudah melakukan sesuatu untuk mengobati rasa penasarannya. Pertama Ratih masih mempertanyakan apa arti kata 'monster', tetapi Suga tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Kedua, Ratih bergegas menyelinap di balik dinding yang pernah ia pakai untuk bersembunyi, sebelum pukul enam pagi, tetapi juga nihil. Suga bertindak seperti pria normal lainnya. Kebencian Ratih bertambah tatkala semua usahanya tidak membuahkan hasil, hingga .... Seiring waktu berjalan pun, dirinya dan Suga semakin dekat tanpa disadari. Sikap pria itu lebih hangat dan kerap m
Ratih terlihat bingung dan gelagapan sesaat setelah Suga memundurkan posisi wajah serta tubuhnya. Seolah tidak ada sedikit pun rasa bersalah, pria itu bergegas melaju mobil mewahnya yang sebelumnya sempat dihentikan. Senandung berupa gumaman yang bernada Suga dendangkan, tetapi justru membuat Ratih dilanda rasa kesal.Pasalnya, setelah belum lama ini ucapan perihal rasa suka dikatakan oleh Suga, rasa bersalah sekaligus permintaan maaf pun sama sekali tidak ada. Ratih tidak mengerti. Namun di sisi lain, hatinya juga dibuat benar-benar syok, jantungnya berdegup kencang, serta kegugupan yang juga turut menyerang.“Apa kamu tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan yang aku berikan, Ratih?” tanya Suga memecah kegemingan Ratih.Ratih menelan saliva, berusaha mengumpulkan energi yang sempat tercecer, ia menghela napas. Wanita itu memberanikan diri untuk menatap sosok pria misterius di sampingnya tersebut.“Apa pertanyaan itu sungguhan?” ta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments