Luo Zhen berhenti melangkah di depan gerbang besi raksasa yang dilindungi oleh pola formasi rumit. Namun karena dia memiliki ingatan Dewa Pedang Yu Sha, baginya itu bukan masalah besar. Dengan cepat Luo Zhen mematahkan formasi tersebut tanpa ada halangan sama sekali.
"Dibalik pintu ini, adalah tempat harta Kuil Dewa Pedang tersimpan. Terserah apa yang akan kau ambil dari tempat ini Batara Geni," kata Luo Zhen.Batara Geni menganggukkan kepala. Dia pun menoleh kearah Bara yang masih membawa sepasang pedang biru di tangannya."Apa kau tak menginginkan harta di dalam sana? Kau bisa ikut masuk untuk memilih." kata Mahadewa tersebut. Bara tersenyum lebar karena senang mendapat tawaran yang tak mungkin dia tolak."Baiklah, aku akan mengambil beberapa Harta yang bisa aku gunakan di masa depan. Mungkin saja di dalam sana juga terdapat beberapa bahan untuk membuat pil tingkat Langit dan Bumi," kata Bara sambil melangkah menuju pintu gerbang raksasa tersebuMusai terpaku melihat Dewa Kematian Onimusha tewas di tangan Bara Sena. Kedua matanya menatap liar tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya."Mustahil...! Onimusha adalah Dewa Kematian yang sangat kuat! Tapi bagaimana bisa dia dikalahkan olehnya...!? Dua kartu andalanku...Empat Dewi Kematian...Sekarang Dewa Kematian...Uh..! Orang ini...Dia menjadi terlihat sangat mengerikan..." batin Musai sambil menatap kearah Bara.Dewa Cahaya itu menoleh kearah Dewa Obat tersebut kemudian tersenyum sinis."Sekarang giliranmu..." ucapnya lirih.Musai mulai terlihat ketakutan setelah kekalahan Onimusha yang menjadi kartu andalan terakhirnya. Tubuhnya gemetar. Matanya terbelalak. Apalagi setelah melihat wajah Bara yang sepertinya akan segera mendatangi dirinya. Bara Sena yang sudah mengincar Musai langsung menggunakan Jurus Hantu Menari miliknya membuat tubuh pemuda itu menghilang dari pandangan. Sementara tubuh ganda miliknya yang setengah bagian tubuhnya masih ada di dalam tanah melompat ke
Ledakan besar membuat tubuh Onimusha terpental sejauh ratusan tombak. Bara segera menyusul dan melakukan serangan kembali. Onimusha yang tengah terkejut karena ledakan dahsyat tadi segera menggunakan Pedang besar miliknya untuk melindungi tubuhnya dari hantaman keras Golok Iblis.Trang!Tubuh Dewa Kematian itu menghujam ke pasir lalu menciptakan ledakan yang membuat pasir gurun itu membubung tinggi ke udara. Para penonton di Tribun Raksasa berteriak kaget melihat Bara Sena mampu mengalahkan Dewa Kematian yang terkenal Sakti tersebut. Mereka tak percaya, Dewa Cahaya yang masih berada di Tingkat 15, mampu mengalahkan Dewa Kematian yang setara dengan Dewa Ranah Alam Semesta.Bara melompat mundur menjauh dari ledakan tersebut. Matanya menatap ke depan tanpa kedip. Setelah pasir yang beterbangan jatuh kembali, di depan sana terlihat lubang besar menganga."Kuat...Kuat sekali!" terdengar suara dari dasar kawah baru tersebut.Onimusha melayang ke tepi kawah besar sambil menatap tajam kearah
Bara Sena berdiri sambil menatap tajam ke arah sosok bertubuh tinggi besar tersebut. Kedua matanya menyala terang pertanda dia tengah siap dengan kekuatan Cahaya miliknya. Sosok bernama Onimusha itu menatap tak berkedip sambil menyeringai."Dewa Cahaya ya? Menarik sekali...Aku pikir Dewa Cahaya sudah tak ada lagi di dunia ini karena kabarnya mereka sudah musnah di Kahyangan Selatan. Siapa menyangka, kalau aku bisa bertemu dengan Dewa Cahaya disini. Kebetulan aku belum memiliki jiwa dari ras kalian," ucapnya.Bara tersenyum sinis."Kau berkata seolah sedang berhadapan dengan Dewa yang lemah. Hei, Oni-oni, kau akan menyesal dengan apa yang kau katakan tadi." ucap Bara kemudian tubuhnya melesat dengan cepat.Wusss!Onimusha terkejut saat tahu-tahu Bara sudah ada di depan matanya dan langsung menghujamkan Pedang Es Abadi kearah dadanya. Onimusha tak tinggal diam. Dia mengangkat pedang besarnya menangkis serangan cepat tersebut.Trang!Bssshhh!Ujung Pedang biru milik Bara menghantam gagan
Wusss!Gelombang hijau berbentuk sabit raksasa datang menerjang. Dinding Es Abadi milik Bara menjadi benteng pertahanan pertama yang menerima serangan tersebut. Srak!Dinding es terbelah dengan mudah oleh pukulan Tarian Dewi Kematian. Serangan itu melambat setelah menghantam dinding es. Melinoe dan Macaria terkejut melihat dinding es Abadi milik Bara Sena. Meski serangan mereka berhasil membelah dinding es tersebut, mereka juga menyadari adanya pelambatan pada pukulan Sakti gabungan itu."Mustahil..! Dia hanya berada di Ranah Alam Dewa, tapi bisa dia menggunakan kekuatan es abadi!?" batin Melinoe.Gelombang berbentuk sabit masih terus menderu meski sedikit melambat. Kali ini, dia ditahan oleh benteng api neraka milik Bara Sena. Gelombang tertahan sejenak namun terus berlanjut. Hingga akhirnya, saat gelombang itu menghantam perisai badai, gelombang tersebut pun lenyap begitu saja tak tersisa.Perisai badai milik Bara adalah pertahanan Terkuat selain perisai cahaya. Kegunaan dari peris
Bara menghujamkan kepala salah satu Dewi Kematian ke pasir hingga terjadi ledakan beruntun. Kepala Dewi tersebut memang tidak berdampak apa-apa saat di hujamkan ke pasir yang memang tidak memiliki bentuk keras seperti batu. Namun kekuatan api neraka pada tangannyalah yang membuat wanita itu berteriak kesakitan. Karena api itu membakar kepalanya hingga rusak parah dan tentu saja itu sangat menyakitkan. Di mata orang yang melihatnya, Bara terlihat sangat kejam dan bengis saat melakukan hal tersebut.Tiga Dewi yang lain terkejut mendengar Suara teriakan dan ledakan beruntun itu. Namun mereka Tidak bisa berbuat apa-apa karena ledakan cahaya masih membuat ketiganya tak bisa membuka mata. Karena begitu mata mereka terbuka, mereka akan mengalami buta sesaat yang bisa mengakibatkan mereka tak berkutik. Dan itu cukup berbahaya daripada mata terpejam."Sial! Apa yang sebenarnya terjadi!? Siapa yang sedang disiksa oleh orang itu!?" teriak salah satu Dewi Kematian. Dia bernama Melinoe."Dari suar
Sukma Geni melesat dengan cepat kearah Herakles yang sudah siap dengan Tubuh Naga Emas miliknya. Pertarungan jarak dekat antar keduanya tak terhindarkan lagi. Herakles menangkis serangan tinju Sukma Geni yang mengandung Api Brojomusti.Setiap kali tinju putri Batara Geni itu beradu dengan tinju Putra Zeus, gelombang api panas membara menyeruak disertai aura emas yang kuat. Dentuman demi dentuman terdengar membuat suasana di tempat itu benar-benar penuh dengan kekacauan.Herakles dengan tubuhnya yang terkenal kuat harus menghadapi gempuran dahsyat dari Sukma Geni yang memiliki tubuh senjata yang juga terkenal akan pertahanannya. Keduanya sama-sama mengandalkan tinju untuk bertarung. Bara yang ikut menyaksikan itu pun menjadi terpukau dan lupa terhadap Musai. Dia sempat lengah dan tak menyadari adanya serangan diam-diam dari Musai.Beruntung saat Dewa Obat itu menyerang dirinya, dengan cepat Bara menghindar. Musai yang tahu Bara sedang terluka tak memberinya kesempatan memulihkan diri.