Beberapa saat sebelum terjadi ledakan cahaya...
Bara Sena yang terperangkap di dalam medan ilusi ciptaan Dewi Indira berdiri di atas tanah berpasir. Dia menatap sekeliling dan entah mengapa dirinya merasa tidak asing dengan tempat tersebut. Tiba-tiba saja dari arah langit mendarat satu sosok bertubuh kekar tepat di hadapannya.Sosok tersebut membawa sebilah senjata besar yang dia panggul di bahu kanannya. Kedua mata Bara pun melotot melihat senjata yang tak lain adalah Golok Iblis miliknya tersebut."Bagaimana bisa Golok Iblis milikku berada di tangannya? Siapa orang ini?" batinnya.Kedua mata pria bertubuh kekar yang ada di hadapannya menyala merah lalu dari dalam tubuhnya keluar pusaran api yang menyambar kearah Bara Sena. Dengan cepat pemuda itu melompat mundur untuk menghindari sambaran api. Namun belum sampai dia mendarat di tanah, tiba-tiba saja sosok bert3lanjang dada itu sudah ada di depannya dan langsung mencengkram wajahnya dengan tanganKojiro Geni memgangkat wajahnya saat namanya dipanggil oleh ibunya, Dewi Amaterasu. "Apa kau tak ingin bertemu dengan ayahmu?" tanya Dewi Amaterasu kepada putranya tersebut. Kojiro menatap kearah Batara Geni yang tengah membelai kepala Tatsuka adiknya. Dia tersenyum kecil."Aku akan menemuinya," ucapnya pendek lalu melangkah mendekat kearah Batara Geni. Pemuda itu berhenti di depan Mahadewa tersebut lalu menyatukan tinju dan telapak tangan di atas kepala sambil sedikit membungkuk."Salam untukmu dan panjang umur selalu, ayahanda Batara Geni," ucapnya kemudian.Batara Geni tersenyum lalu menepuk bahu putranya tersebut."Kojiro, kau semakin kuat sejak terakhir aku melihatmu. Sepertinya petunjuk dariku sudah benar-benar kau pahami," kata Batara Geni. Kojiro Geni menganggukkan kepala."Semua berkat dari ayah, aku bisa mendalami kemampuan milikku sendiri." sahut pria muda berambut pirang tersebut."Bagus. Semoga kau bisa men
Bara Sena, Gandi dan kedua putra Batara Geni yang lain pun akhirnya melakukan apa yang sudah dilakukan oleh Sukma Geni dan ibunya, Dewi Iyana Tunggadewi. Setelah menyalurkan sedikit kekuatan jiwa seperti yang dikatakan oleh Arion, makhluk bernama Naga Bijak itu nampak menggetarkan tubuhnya seolah memberi isyarat dia akan segera terbang."Bersiap lah! Naga Bijak akan segera meluncur ke Langit Olimpus!" seru Arion.Baru saja dia berkata seperti itu, Naga Bijak langsung melompat ke udara membuat orang-orang selain Batara Geni terkejut. Makhluk itu melompat begitu saja ke langit dan tahu-tahu memasuki alam aneh yang sangat asing. Seolah-olah mereka telah pindah ke dunia lain dalam waktu sekejap mata."Dimana kita?" bisik Yao Ling."Sepertinya Naga Bijak ini memasuki alam hampa yang menghubungkan kota tadi dengan Kerajaan Olimpus..." sahut Sukma Geni yang memiliki sedikit pengetahuan mengenai kahyangan barat.Benar saja, beberapa saat berada
Cahaya terang itu muncul di tengah pusat kota Argos. Kota yang merupakan tempat dilahirkannya sosok terkenal di tanah Yunani Kuno, yakni Herakles. Anak Dewa Zeus yang terlahir dari rahim seorang manusia.Kota Argos merupakan gerbang menuju ke Kahyangan Barat. Setiap Dewa dari wilayah lain yang datang menggunakan Ruang Pemindah Tempat, akan mendarat di Kota Argos tersebut. Tak terkecuali rombongan Batara Geni yang baru saja tiba disana. Mereka menatap sekeliling.Altar tersebut di kelilingi tembok setinggi seratus tombak yang menjulang tinggi ke langit dan menjadi bangunan tertinggi di Kota Argos selain menara Kerajaan Argos itu sendiri. Dinding tinggi tersebut membatasi antara dunia manusia dan Ruang Pemindah Tempat milik para Dewa sehingga tak ada manusia yang boleh memasuki wilayah tersebut. Di tambah dengan adanya para penjaga dari dunia dewa sehingga manusia tak ada yang berani mendekati dinding raksasa itu."Selamat datang di Kota Argos, gerbang menuj
Batara Geni dan Dewi Iyana menatap kearah Bayu Jaga Geni yang berhenti di depan pintu Ruang Pemindah Tempat."Ada apa Bayu?" tanya Dewi Iyana lebih dulu."Ayah..Ibu Iyana...Ada yang ingin aku titipkan kepada kalian untuk Dewa Petir Zeus..." kata Bayu Jaga Geni sambil memberikan gulungan kain tebal kepada Dewi Iyana. Batara Geni tak bergeming sedikit pun dan hanya menatap putranya tersebut."Apa yang kau berikan kepada Zeus?" tanya Batara Geni sambil melirik kearah gulungan kain hijau yang sudah berada di tangan Dewi Iyana."Itu titipan dari Putri Dita istriku. Katanya, meskipun saat ini dia sudah murni menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya, tapi dia masih ingat kepada ayah kandungnya. Kain itu katanya adalah simbol perpisahan antara dirinya dengan sang ayah karena adanya ikatan pernikahan." kata Bayu membuat Batara Geni menghela napas."Aku kira ingatan itu akan hilang. Ternyata dia masih mengingat ayahnya...Kau tenang saja, aku send
Batara Geni mengajak Bara, Gandi dan Sukma menuju ke ruang pemindah tempat yang sudah dibangun di Probo Lintang sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Dengan ruang pemindah tempat itu, mereka bisa memasuki wilayah Kahyangan Barat dengan mudah tanpa harus berlama-lama terbang atau menggunakan kekuatan sendiri untuk berpindah tempat yang tentu saja memakan banyak kekuatan jiwa."Jadi, dengan ruang pemindah tempat ini kita akan langsung memasuki Kerajaan Olimpus?" tanya Bara. Batara Geni mengangguk kecil."Utusan kita sudah berada di sana beberapa hari yang lalu untuk mengurus tempat tinggal Kalian sementara," kata Batara Geni."Utusan? Siapa yang kau utus ayah mertua?" kali ini Gandi yang bertanya."Anoman dan Ganesha," sahut Batara Geni pendek."Hmmm..." Sukma Geni nampak bergumam."Ada apa putriku? Apakah kau merasa tak yakin dengan kesetiaan mereka?" tanya Batara Geni yang langsung tahu perasaan putrinya."Mereka berdua
Gandi dan semua yang melihat senyuman lucu Maheswara sama-sama tertegun. Kecuali Batara Geni yang datang mendekat kemudian membelai pipi bayi tersebut dengan lembut."Masa depan yang cerah. Maheswara, kelak kau akan menjadi penerus Naga yang hebat." kata Batara Geni sambil mengusapkan jari telunjuknya ke dahi Maheswara. "Terimakasih ayah untuk anugerah yang kau berikan pada putra kami..." kata Maya Geni sambil menunduk. Batara Geni tersenyum kemudian menoleh kearah Gandi."Bagaimana keadaan Sekar Asih dan Sinta? Kenapa mereka tidak ikut?" tanya Batara Geni."Sekar akan segera melahirkan. Dia tak bisa bepergian jauh...Sedangkan Sinta tetap disana untuk menemani Sekar agar tidak kesepian," sahut Gandi."Oh begitu rupanya. Baguslah. Dengan adanya Sinta disana, tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Dia memiliki kekuatan petir yang diwariskan olehku. Meski tidak murni, tapi, Naga Air di tempat mu bukanlah lawannya saat ini," kata Batara Geni