Share

Gelar Mandul dari Gundik Suamiku
Gelar Mandul dari Gundik Suamiku
Penulis: Silla Defaline

Bab 1 Sedikit Bukti Yang Memicu Kecurigasn

Sebelumnya terimakasih telah mampir ke cerita receh saya. Kalau berkenan, dukung Mak Othor dengan follow dan subscribe yaa, jangan lupa buat komen dan tinggalkan ulasan dibawahnya.

Terimakasiih...

"Ma, tadi Bilna telpon Papa, besok Bilna mau minta izin ikut tinggal sama kita, kira-kira kita bolehin nggak ya, Ma?"

"Bilna mau tinggal sama kita, memangnya kenapa, Pa?"

"Ini, Ma. Bilna dapet kerja di bank yang lokasinya dekat dari rumah kita, jadi apa salahnya juga kita ngizinin dia buat tinggal disini saja. Menghemat pengeluarannya juga."

Begitulah percakapan kami beberapa bulan lalu. Tapi setelah beberapa lama dia tinggal bersama kami, ada yang sedikit berbeda dari Habib. Dia lebih manja dan lebih perhatian padaku.

Awalnya Aku begitu senang melihat perubahan sikapnya.

Suatu hari, Aku pamit pulang agak sore, karena pekerjaanku sedang menumpuk di kantor. Dia menganggukkan kepala tanda setuju. Siang harinya Aku lupa ada berkas penting yang ketinggalan. Aku berniat menelpon Habib. Tapi ponselnya sedang tidak Aktif. Sedangkan berkas itu harus ada saat meeting beberapa jam lagi. Terpaksa Aku pulang sendiri untuk mengambilnya.

Sesampainya di depan rumah, ada Mobil Habib terparkir. Kok tumben pulang cepat. Aku cuek saja. Kebetulan kami membawa kunci masing-masing, jadi tidak perlu saling merepotkan ketika ingin membuka pintu. Tidak perlu juga teriak-teriak minta di bukakan pintu.

Aku melangkah menuju ruang kerjaku. Ketika melewati kamar Bilna. Terdengar suara bilna tertawa manja. lalu terdengarlah desahan-desahan yang begitu khas. apa yang Bilna lakukan di dalam sana. siapa yang menemaninya. ku coba membuka pintunya, tapi sial,pintu itu terkunci dari dalam.

Apakah Bilna membawa pacarnya kerumah ini? tapi seharusnya dia tidak melakukan perbuatan mesum sepeninggalku seperti ini. Aku ini kakaknya. Apakah dia biasa melakukan hal seperti ini. Ah mudah-mudahan dia hanya berhalusinasi di dalam sana. ku coba menempelkan telingaku ke pintu kamar. kali ini desahan wanita itu terdengar jelas. tidak mungkin Aku salah dengar.

bagaimana caranya agar Aku bisa menyaksikan perbuatan bejatnya itu. baiklah ku tunggu saja di depan pintu ini. karena untuk mendobrak pintu ini rasanya tenagaku tidak cukup kuat.

Krieetttt.....!

Pintu itu tiba-tiba terbuka. Habib keluar tanpa baju. Hanya sebuah celana boxer pendek yang menutupi bagian intimnya. Keringatnya memenuhi area tubuhnya. Aku termangu. Begitupun dengan dia. Tatapan mata kami bertemu.

Melihat gelagat yang tidak seperti biasanya, membuatku curiga. Tapi mana mungkin. Bilna adalah adikku satu ibu. Dia adalah putri dari istri kedua Papaku. Setelah beberapa bulan ini dia tinggal bersama kami. Karena dia bekerja di sebuah bank swasta yang berada tidak terlalu jauh dengan rumah kami. Aku sama-sekali tidak keberatan. Bukankah dia Adikku juga?

"Aliyah??? Katanya kamu pulang sore?"

"Apa yang kalian lakukan di dalam sana?"

Emosiku naik seketika. Tanpa menunggu ba bi bu. Ku dobrak pintu kamar Bilna. Tidak ada seorangpun di sana. Selain dari keadaan kamarnya yang acak-acakan tidak karuan. Mataku menangkap sesuatu. Seonggok lingerie di sisi tempat tidur. Lingerie siapa coba? Selain milik Bilna. Kudengar gemericik air di kamar mandi. Rupanya Bilna sedang berada di kamar mandi.

"Bilnaaaa....Bilnaaaa... Buka pintunya...!"

Pintu itu terbuka

"Apa-apaan sih, Mbak? Pakai teriak-teriak segala. Pelan sedikit kenapa?"

"Bilna apa yang kamu lakukan bersama Habib barusan."

"Melakukan Apa maksud, Mbak?"

"Yang dilakukan kalian berdua ini barusan."

"Apa-apaan sih. Kita orang cuma ngobrol biasa saja."

"Jangan bohong kamu ya. Itu lingerie punya siapa?"

"Ya punyaku lah, Mbak. Biasa aja kali cuma lingerie."

"Sudahlah, Aliyah. Kamu cuma salah paham lagian juga Aku baru saja pulang. Mana sempat macam-macam."

"Rupanya ini yang kalian lakukan sepeninggalku.Jangan macam-macam kamu, Pa."

"Apa Aliyah kami tidak melakukan apa-apa. Aku saja baru masuk ke kamar Bilna, membantunya mengerjakan tugas."

"Tugas apa yang kamu lakukan dengan pakaian seperti ini?"

"Ini tadi terkena air minum yang tumpah. Jadi terpaksa Aku lepaskan bajuku."

"Bohong kamu, Pa."

Ku dorong tubuhnya hingga je dinding tak kupedulikan dia kesakitan. Bilna hanya terdiam melihat kemarahanku.

ingin rasanya mencakar-cakar mukanya Bilna ini. Ingin rasanya ku robek-robek muka mereka. Tapi Aku sadar waktu. Teringat Aku dengan apa tujuanku untuk pulang. Ku lirik jam tangan. Meeting akan di mulai lima belas lagi. Aku harus segera pergi.

"Apa-apaan kamu Aliyah. Bilna itu Adikmu. Adikku juga. Tidak mungkin Aku berbuat sejauh itu."

***

Horeee... para hadirin bertepuk tangan. Menyambut perayaan hari yang spesial suamiku ini. Hari ini tepat usia ke-32 suamiku. Tepat juga dengan anniversary ke-2 pernikahan kami. Dulu dia menikahiku tepat di hari ulang tahunnya yang ke30. Habib memotong kue dan menyuapkannya pada mertuaku, lanjut kepadaku. Setelah itu dengan tangan yang begitu hati-hati Habib menyuapkan potongan selanjutnya ke mulut Bilna adikku. Di iringi tatapan matanya yang Aneh ke Bilna.

Sedikit pasta kue mengenai dagu Bilna, lalu refleks Habib mengelapnya. Ada desiran di hati ini. Tidak seharusnya Habib melakukannya dengan selembut itu. Ketika dia menyadari Aku sedang memperhatikannya, Habib sedikit gelagapan. Ia langsung menjauh dari Bilna.

"Semoga setelah ini, Mas Habib segera di beri keturunan. Om dan tante juga sudah tidak sabarkan pengen menggendong cucu?"

Bilna mengucapkan kata-kata itu bersamaan dengan sebuah tatapan mengejek yang dia lemparkan padaku. Apa maksudnya?.

"Dan semoga saja Mbak Aliyah tidak mandul."

Jlebbbb... Kata-kata kali ini sangat menusuk jantungku. Apa mungkin Aku ini mandul. Mengingat sudah Dua tahun berjalan kami melewati masa pernikahan kami. Tapi sampai saat ini belum juga di karuniai seorang anakpun.

Aku khawatir. Padahal Aku adalah harapan satu-satunya keluarga habib. Dari rahimkulah sangat di butuhkan seorang pewaris perusahaan Papa mertuaku.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status