Share

Bab 6 Peringatan Pertama Buat Bilna

"Haloo, Bilna sayang. Adikku yang tercinta juga perebut suamiku."

     

     Bilna kaget dengan kedatanganku. Rupanya kedatanganku kali ini sukses membuatnya ketakutan. Mungkin karena hadiah telapak tanganku di meja makan tadi memberitahunya bahwa dia bukanlah orang yang ku takuti. Kalau saja Aku mau bisa saja Aku buat kaki atau tangannya tidak berpungsi lagi.  Tapi untuk apa. Nanti saja akan ku beri dia pelajaran yang lebih berarti

     "Apa yang kau inginkan dariku, Wanita Mandul."

     

     "Aku tidak menginginkan apa-apa darimu, Pelakor. Aku hanya ingin memberitahumu, bahwa sebagai Nyonya sah di rumah ini, Aku menyerahkan semua pekerjaan rumah tangga di rumah ini kepadamu."

     

     "Apa maksudmu? Aku bukan pembantu Mbak Aliyah!"

     

     "Kamu awalnya memang bukan pembantuku. Tapi karena kau yang telah memecat asisten rumah tanggaku, kau harus menggantikan posisi pembantu yang telah kamu pecat itu."

     

     "Aku tidak mau. Kamu curang."

     

     Bilna menolak dengan muka masam dan jengkel. Hahaha... Ini yang kamu mau calon Nyonya muda Tuan Habib. Menjadi asisten rumah tangga baruku. Mungkin ini akan menjadi profesi barumu.

     

     "Lagian kamu juga sih, baru jadi simpanan saja sudah belagak jadi nyonya. Padahal tidak ada hakmu memecat Artku. Kemarin dia saya telepon, katanya dia kamu marah-marahi kan. Kamu bilang pesan dariku untuk memecatnya, iyakan?. Kamu pikir kamu siapa memangnya, mau berkuasa di rumah tanggaku."

     

     "Memang sedikit lagi Aku akan menjadi nyonya Mas Habib. Mbak yang pasti akan tersingkirkan."

     

     Begitu di menjawab ucapanku dengan tidak memiliki rasa malu. 

     

     "Kita lihat saja nanti, Aku akan tersingkirkan apa tidak. Kalaupun kau mengerti arti kata etika, sudah pasti kamu tidak akan mengambil suami orang, apalagi suami kakakmu sendiri dengan cara seperti ini."

     

     "Mbak Aliyah, kamu sehatusnya mengerti, Aku melakukan ini juga demi suami Mbak. Dia butuh keturunan untuk mewarisi perusahaan mendiang  Ayahnya. Sedangkan Mbak, apakah Mbak bisa memberikannya seorang anak? Mbak itu Mandul. Apa Mbak masih juga belum mengerti?"

     

     Aku geleng-geleng kepala dengan alasannya yang di buat seolah-olah masuk akal itu. Padahal  kenyataannya jauh berbeda.

     

     "Kalau benar begitu alasan perselingkuhan kalian, mengapa kalian mengkhianatiku jauh sebelum hasil tes yang menyatakan kemandulanku itu keluar?"

     

     Bilna terdiam mendengar kata-kataku. Mungkin dia bingung mau menjawab apa. Di sini tidak ada Habib yang akan membelanya, ataupun Ibu mertuaku yang begitu terpesona dengan cara actingnya. Kami hanya berdua di ruangan ini. Tidak ada yang bakalan membelamu.

     

     "Ayo jawablah? Kau tak bisa menjawabkan? Makanya, janganlah mencari-cari alasan yang di luar kemauan kalian. Mengaku saja kalau kalian memang melakukannya dalam keadaan sadar tanpa memikirkan siapa yang akan tersakiti."

     

     "Silahkan saja Mbak tanyakan sendiri sama suami Mbak itu, jangan selalu menyalahkan Aku saja. Suami Mbak yang terus-terusan menggodaku."

     

     "Dan kamu juga terus-terusan menggodanya. Iya kan? Jadilah kalian makhluk penggoda. Bahkan kamu juga terus-terusan mencari perhatian ke Ibu Mertuaku kan? Iih cara yang sangat memalukan demi mendapatkan suami orang."

     

     "Diam kamu, Mbak. Dalam waktu dekat, Mas Habib pasti akan menikahiku. Dan Mas Habib akan menceraikan Mbak.  Hanya menunggu waktu saja kamu akan di campakkan okeh suamimu. Tidak ada yang bisa dia harapkan dari perempuan Mandul sepertimu."

     

     "Aku tidak masalah dia mau menceraikan Aku apa tidak. Tapi kurasa itu tidak akan menyakitiku. Kalaupun itu terjadi, Aku bisa pastikan hidupmu tidak akan tenang. Hahahaa. Kamu jangan main-main denganku Bilna. Ku ingatkan sekali lagi, kamu jangan main-main denganku. Aku bisa menjadi lebih jahat darimu."

     

     Kucekik lehernya kuat. Hingga dia hampir tersedak. Dia tidak mampu melawan.

     

     "Kamu rasakan ini. Kalau Aku mau Aku bisa membunuhmu tanpa di ketahui siapapun. Aku tidak takut padamu Bilna. Aku tidak masalah kamu ingin menikahi suamiku. Tapi kamu jangan coba-coba menyingkirkan ku dari rumahku. Ingat itu!"

     

    Ku lepaskan tanganku dari lehernya. Ku kira perempuan ini akan melawanku. Tapi ternyata Bilna sepertinya tidak memiliki keberanian itu. Aku keluar dari kamarnya yang masih menyisakan muak membayangkan pergumulannya dengan suamiku.

    

     "Omong kosong kau."

     

     Aku tidak memperdulikan lagi mulutnya mau bilang apa. Sebelum Aku menutup pintu kamarnya. Tidak lupa sebuah senyuman sinis ku hadiahkan untuknya. 

     

     Kalau saja Aku kurang berpikir panjang, tentu sudah ku hadiahi bibir ranumnya itu dengan kepalan tanganku. Atau bisa saja ku buat cara jalannya tidak sempurna lagi.  Tapi Aku bukan tipe orang yang suka main hakim sendiri. Membalasmu harus dengan metode pelan, lemah lembut tapi menyiksa.  Kau akan menikmati itu, Bilna. Untuk sementara waktu, biarlah Aku makhluk rendah di hadapan suami dan mertuaku. Tapi tidak untukmu.

     

     

     

     

     

     

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status