Sekalipun semester depan Intan tak lagi bisa menikmati beasiswa kuliah gratis. Namun, sisa dua bulan ini dia manfaatkan dengan sungguh-sungguh untuk belajar di kampusnya.Untungnya jadwal kuliahnya selalu pagi dan seusai pelajaran usai, Intan bisa berangkat kerja ke restoran. Kehamilannya masih belum kentara karena ia memang memakai pakaian bermodel longgar. Intan kuatir majikannya tak akan mengizinkannya bekerja bila tahu ia sedang hamil karena pekerjaan kasar yang dijalaninya memang menguras tenaga bagi orang normal. Apalagi bagi wanita hamil muda sepertinya."Intan, kalau kamu sudah selesai mengepel restoran, cuci peralatan dapur ya!" perintah manager restoran The Starlight dari ambang pintu dapur. Dia cukup puas dengan pekerjaan Intan yang cekatan dan tidak banyak bicara saat sedang bekerja."Siap, Bu Dyah!" jawab Intan sambil buru-buru menyelesaikan lantai yang tersisa untuk dipel olehnya.Setelah itu dia mengangkat ember dan gagang alat pel untuk dibersihkan di WC belakang resto
"Zayn, tunggu aku!" panggil seorang gadis berambut pirang bergelombang yang berlari-lari kecil di koridor depan ruang kuliah.Pemuda yang menenteng tas ransel hitam di bahu kirinya itu membalik badan dan menunggu hingga gadis tadi berhenti di hadapannya. "Ada apa, Lea?" tanya Zayn cuek.Azalea, teman sekelas kuliah Zayn itu bertanya, "Apa kau ingin mengunjungi perpustakaan?""Yap, apa kau mau ikut?" sahut Zayn singkat seraya meneruskan perjalanannya menuju sayap barat area kampusnya."Tentunya. Bisakah kau membantuku belajar anatomi tulang manusia?" pinta Azalea dengan nada manja sambil bergelanyut di lengan pemuda itu.Dan Zayn membiarkan Azalea berlaku sok mesra dengannya. Tak ada ruginya pikir Zayn. Gadis itu berasal dari keluarga konglomerat asal Perancis, dia berkenalan dengan Azalea pada awal perkuliahan karena mereka duduk bersebelahan."Aku ini guru yang galak, apa kamu tidak takut?" Zayn melirik tajam ke wajah Azalea dengan sengaja. Mereka memasuki gedung perpustakaan dengan
"Gimana rasa masakan koki rumahku, Lea?" tanya Zayn sembari menikmati segelas red wine Portugis yang bercita rasa manis dan memabukkan sebagai penutup makan malamnya bersama Azalea. "Sempurna. Aku menyukai semua hasil karya koki rumahmu, itu seperti hidangan ala chef bintang Michelin. Aku tidak keberatan bila kau undang makan malam lagi kapan pun, Zayn!" jawab Azalea memuji sang koki. Pipinya memerah seperti apel karena efek minuman anggur merah yang diminumnya. Pemuda itu mengangguk dan tersenyum, dia menanggapi perkataan Azalea, "Karena aku akan menawanmu malam ini di sini. Besok pagi kau akan kuberi makan dengan sarapan pagi dari Chef Alfredo lagi." "Ohh Gosh! Apa kau serius, Zayn?" balas Azalea bimbang. Dia masih perawan dan orang tuanya tak akan senang bila dia melakukan pergaulan bebas. "Kita harus menghabiskan malam yang dingin ini dengan berbagi kehangatan bukan?" jawab Zayn santai, devilish smirk di wajahnya membuatnya bertambah tampan serta menantang. Dia pun meletakkan
"Intan, tolong datang ke kantor managemen restoran ya!" seru Bu Dyah yang menjadi manager restoran The Starlight."Siap, Bu Dyah," jawab Intan lalu membawa ember dan alat pel ke lemari penyimpanan alat kebersihan di belakang dapur. Dia mencuci tangannya dan mengeringkannya dengan serbet sebelum bergegas menghadap atasannya di kantor managemen."TOK TOK TOK.""Masuk!" sahut suara Bu Dyah dari dalam ruangan dan Intan pun membuka pintu untuk masuk ke sana."Silakan duduk dulu, Tan." Bu Dyah menunggu Intan duduk di seberang mejanya lalu mulai berbicara, "Sebelumnya aku mau minta maaf dulu karena harus menyampaikan berita buruk. Bos kita minta agar kamu dikeluarkan dari posisi karyawan restoran ini. Beliau tahu kalau kamu sedang hamil dan aturan untuk para karyawan memang sudah jelas dari awal, tidak boleh dalam kondisi hamil."Jantung Intan serasa dipukul keras. Dia baru bekerja 4 bulan di restoran The Starlight, gajinya pun baru bulan lalu dinaikkan 50% karena pekerjaannya bagus dan sang
"Baik, Pak. Nanti saya akan datang untuk wawancara kerja di kantor managemen. Berkas-berkas persyaratan lamaran kerja akan saya bawakan juga, Pak Burhan. Terima kasih," jawab Intan di telepon ponselnya.Bunda Winda yang semalam telah mengetahui Intan terkena PHK dan sedang mencari pekerjaan baru pun paham dengan obrolan Intan di telepon. Dia menjelaskan ke Bunda Kartini bahwa Intan melamar pekerjaan baru."Apa kamu dapat panggilan wawancara kerja, Tan?" tanya Bunda Winda menebak-nebak."Iya, Bun. Jam 9 ada wawancara di Indomarch minimarket. Doakan ya biar lancar dan diterima kerja di sana. Gajinya lumayan dan shift durasi kerjanya bisa untuk tambahan pekerjaan lainnya," terang Intan sambil menyelesaikan sarapan paginya yang sempat tertunda.Bunda Kartini yang turut mendengarkan pembicaraan Intan dan Bunda Winda pun berkata, "Tan, kamu jangan terlalu memforsir tenagamu. Seandainya nanti tabungan buat biaya bersalin di klinik masih kurang. Bunda masih punya dana emergency, itu boleh kam
Sudah beberapa minggu Intan bekerja di minimarket Indomarch dan dia cukup menikmati pekerjaan barunya sekalipun melelahkan baginya. Menata barang dari gudang ke rak untuk restock. Dia membutuhkan tenaga ekstra karena banyak menggunakan kerja fisik dibanding pikiran.Untungnya selain kesulitan itu, rekan kerjanya semua baik dan tidak menambah beban untuknya. Seolah sesama karyawan di minimarket itu merasakan beratnya bekerja di tengah kondisi hamil besar. HPL janin di perut Intan hanya hitungan minggu saja. "Tan, kamu susun barang yang ringan-ringan aja ya. Kalo minuman sama makanan kaleng biar aku aja," tutur Retno yang bekerja di shift pagi yang sama seperti Intan. Dia sudah bekerja di minimarket itu selama setahun lebih.Mendengar perkataan Retno yang perhatian kepadanya, Intan pun merangkul bahu wanita berkaca mata dan berambut pendek lurus sedagu itu. "Perhatian banget deh sama aku, Mbak Retno nih!" goda Intan seraya senyum-senyum riang."Kasihan yang ada di perut kamu itu kalo m
"Terima kasih sudah jemput aku, Zayn!" ucap Azalea dengan nada ceria saat duduk di sebelah Zayn yang mengemudikan sendiri mobil sedan sport miliknya."Sama-sama, Lea. Aku harusnya yang berterima kasih karena diajak berlibur ke villa tepi danau milik keluargamu. Oya, apa mereka ikut juga ke sana nanti?" balas Zayn sambil memacu mobilnya dengan penuh percaya diri di jalan ke luar kota Swiss.Memang Swiss tidak memiliki pantai alami jadi mereka menjadikan tepi danau seperti pantai untuk berlibur sun bathing, voli pantai, dan aktivitas air yang biasa dilakukan di pantai. Ada Danau Biel, Danau Lucerne, Danau Uri, Danau Jenewa, dan beberapa lagi lainnya. Semuanya memberikan sensasi liburan tepi pantai sekalipun itu tak lain adalah bentukan danau lebar bergaris tepi memanjang bagaikan pantai.Sesampainya Zayn dan Azalea di tempat tujuan mereka yaitu Danau Biel, mereka berdua pun turun dari mobil sambil membawa koper untuk dipindahkan ke dalam villa bermodel seperti rumah kaca milik keluarga
Perut Intan terasa seperti teremas-remas saat sedang menata barang restock ke rak display minimarket tempatnya bekerja. Dia curiga apakah sudah waktunya dirinya melahirkan? HPL puteranya memang sudah lewat 2 hari yang lalu. Tiba-tiba dari bagian paha dalamnya terasa ada air hangat yang mengalir padahal dia tidak mengompol. Dan benar ... di lantai tempat dia berdiri ada cairan berwarna kemerahan. "Kok diem aja, Tan. Kamu nggak kenapa-kenapa 'kan? Astaga, ya Tuhan!" Retno terkesiap melihat cairan di lantai yang ada di bawah kaki Intan. Dia pun segera berlari ke Kevin yang berjaga di meja kasir."Kev, si Intan mau lahiran, gimana nih?!" seru Retno panik. Dengan segera Kevin mengambil ponselnya dan mencari di situs pencarian nomor ambulans rumah sakit terdekat. Dia menelepon nomor tersebut sembari berjalan mendekati Intan yang masih berdiri di lorong di antara rak display barang."Mbak Intan, aku panggilin ambulans buat nganterin ke rumah sakit ya!" ujar Kevin kepada Intan yang segera