Share

Gelora Cinta Bodyguard Sewa
Gelora Cinta Bodyguard Sewa
Penulis: Amethyst_

1. Menjadi Bodyguard

"Kau bekerja di dunia malam, Leon. Memangnya kau tidak tertarik untuk menjadi seorang ‘pria panggilan’ saja? Karena aku yakin, kau akan laris manis disewa tante-tante muda kaya raya!"

Entah sudah ke berapa kalinya Leon mendengar penuturan teman kerjanya itu. Tentang pertanyaan yang selalu bersangkutan dengan pria panggilan. Iya, bahasa kasarnya, seorang gigolo. Pria yang bisa di sewa untuk memuaskan hasrat seorang wanita yang membutuhkannya.

Tapi, untuk ke sekian kalinya juga Leon akan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. "Aku tidak bisa melakukannya, Morgan. Aku tidak suka menjadi pria yang seperti itu."

Ya, jawabannya selalu sama. Sebuah penolakan. Dia memilih tetap menjadi bartender saja.

Meskipun Leon terlihat seperti membutuhkan banyak uang, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Walaupun dia tak munafik jika terkadang dia memang memiliki hasrat yang besar. Tapi, dia tetap akan melepaskan hasratnya pada sang kekasih saja tidak pada wanita lain, apalagi wanita yang tidak dikenalinya. Katakanlah, Leon ini memang pria yang menjunjung kesetiaan.

Morgan hanya bisa mendecak mendengar jawaban Leon. "Terserah kau saja. Tapi, kau bisa menghubungi Madam jika memang ingin menjadi seorang Call boy."

Leon hanya mengangguk mendengarnya. Meskipun jelas dia tidak akan melakukannya.

Berkali-kali, Leon juga ditawari untuk menjadi pria sewaan seperti itu. Terlebih, saat dia sudah dipanggil oleh beberapa tamu wanita yang akan menggodanya secara langsung.

Sekarang, seperti yang terjadi biasanya, dia juga sudah dipanggil ke ruang VIP tempat di mana wanita yang memanggilnya itu berada. Boss-nya di sini. Madam Ji.

"Selamat malam, Madam dan Nyonya. Aku membawakan apa yang kalian inginkan," ucap Leon dengan sopan bersamaan dengan dua gelas koktail racikannya yang dia simpan di atas meja.

Madam Ji itu terlihat tersenyum dengan lebar saat Leon datang ke tempat itu. Sementara wanita muda yang bersamanya justru terlihat menatap Leon dari ujung kepala hingga ujung kakinya dengan tatapan yang cukup dingin dan datar.

"Sebentar, Leon. Ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Madam Ji pada Leon yang hendak kembali pergi.

Leon lantas menghela nafasnya tak ketara. Sudah dia duga kalau Madam Ji lagi-lagi akan melakukan hal ini. Menahannya dan membujuknya untuk tetap berada di sana.

"Ada apa, Madam?" tanya Leon berpura-pura tak paham di sana.

Namun, bukannya berbicara, wanita itu justru malah bangkit dari duduknya. Di mana dia telah menepukkan tangannya pada bahu Leon dengan pelan. "Bicarakan langsung dengan Nona Venus saja, dan aku harap kau mempertimbangkannya dengan baik. Dia akan memberikan pekerjaan yang bagus untukmu dan gaji yang setimpal. Demi biaya kehidupanmu, Leon."

Begitu kata Madam Ji yang pada akhrinya telah berlalu pergi dari sana. Meninggalkan Leon berdua dengan wanita muda yang tengah meneguk koktail yang sebelumnya Leon bawakan. Dengan pintu yang sudah tertutup rapat hingga ruangan itu kembali terlihat temaram.

"Siapa namamu?" tanya wanita itu pada Leon dengan dingin.

"Leon, Nyonya."

"Aku tahu. Maksudku nama lengkapmu!" Tegas Venus yang terdengar cukup kesal.

"Leon Gauvriel," jawab Leon lagi. Dia masih mencoba bersikap sopan.

Kali ini, Venus telah kembali menatap Leon. "Kau sehat secara fisik? Tidak memiliki penyakit serius atau semacamnya? Hiv-Aids? Penyakit menular lainnya?"

Pertanyaan yang diberikan Venus mampu membuat Leon menghela nafasnya. Jika saja dia sudah tidak membutuhkan uang, dia pasti akan pergi saja langsung dari sana tanpa harus bersikap sopan untuk menolak apapun yang akan ditawarkan padanya. Sayangnya, Leon harus tetap bertahan pada pekerjaannya ini demi beberapa pembayaran yang sudah menunggak.

"Aku sehat dalam hal apa pun, Nyonya. Akan tetapi, maaf jika aku terlalu lancang. Aku akan menolak tawaranmu terlebih dahulu. Aku tidak bisa menerima tawaranmu untuk memuaskanmu. Karena aku bukan seorang pria panggilan di sini. Aku hanya seorang bartender.

Jadi, sebaiknya kau cari pria lain yang bisa memuaskan hasratmu. Aku bisa merekomendasikan temanku dalam hal itu. Dan kau bisa—"

"Ya. Kurasa kau teramat lancang sekali! Karena bukan hal seperti itu yang akan aku tawarkan padamu," potong Venus dengan cepat.

Dia kini telah menunjukan tatapan tajamnya pada Leon dan tersenyum miring saat menatap pria itu. Berbeda dengan Leon yang kini sudah menatapnya dengan heran.

"Ya?" tanya Leon mencoba memperjelas.

Dimana selanjutnya, Venus sudah meraih sebuah remote dan menyalakan lampu agar terlihat lebih terang lagi. Sebelum akhirnya kembali menatap Leon yang sempat membuatnya terkejut untuk beberapa saat.

"Jadi, maksudmu? Kau tidak akan menawariku untuk menjadi pemuas nafsumu malam ini?" tanya Leon tanpa bisa berpikir lebih jernih lagi.

Sebenarnya, dia malah jadi malu sendiri saat mendengar hal itu. Dia juga merasa tak enak karena telah menuduh Venus seperti itu.

Venus mencoba bersikap tenang. Dimana dia kini telah tersenyum saat menatap Leon. "Aku ingin menjadikanmu sebagai bodyguard-ku."

Leon membulatkan matanya. "Bodyguard? Kenapa?"

Sekali lagi, Venus telah menunjukan senyuman tipisnya pada Leon. Dengan kedua tangan yang sudah dia silangkan di depan dada. Mencoba terlihat angkuh. "Ya, bodyguard. Apa ada yang salah? Kalau kau bertanya kenapa, karena aku sedikitnya mendengar dari Madam Ji kalau kau pernah menjadi seorang atlet bela diri dan dulu pernah memiliki hobi menembak. Jadi, kurasa kau akan cocok menjadi bodyguard pribadiku!"

Selama ini, Leon selalu berusaha menyembunyikan masa lalunya. Sebuah masa lalu yang sudah hancur dan hanya tersisa sebagai memori usang. Dia tidak menyangka jika Madam mengetahui tentang hal ini dan malah mengatakannya pada seorang wanita yang tidak dikenal.

"Aku—"

"Jangan khawatir soal bayaran. Aku juga hanya akan menyewamu sebagai bodyguard sementara saja. Sampai aku telah sah menjadi pemimpin di perusahaan kakekku," potong Venus sekali lagi.

Dan hal itu, memang sempat membuat Leon tertarik. Daripada menjadi seorang bartender yang sama sekali tidak berkaitan dengan masa lalunya, menjadi bodyguard mungkin akan lebih cocok untuknya. Dengan beberapa keahlian yang dia miliki. Mungkin, Leon juga bisa mengenang masa lalunya dengan pekerjaan itu.

"Berapa gaji yang bisa kau berikan padaku?" tanya Leon kemudian.

Sudah dikatakan, dia cukup tertarik dengan hal ini.

"Terserah, aku bisa memenuhi berapa pun yang kau inginkan. Kau tinggal sebut nominalnya saja," ucap Venus dengan nada yang menyombong.

Ya, Leon jelas sadar hal itu.

"Sepuluh juta selama sebulan!" Seru Leon kemudian.

Dimana Venus tetap memperlihatkan sikap tenangnya setelah mendengar permintaan Leon. "Deal!"

Leon nyaris membulatkan matanya sempurna saat wanita itu menyetujuinya dengan begitu cepat. Saat dia justru malah mengatakan nominal itu secara asal karena dia masih ragu dengan hal ini. "T—tapi, aku minta sepuluh juta itu di awal. Sebelum resmi bekerja!"

Sekali lagi, Leon berusaha membuat alasan lain yang tak masuk akal bagi dirinya.

Membuat Venus telah mengernyitkan dahinya menatap Leon. Membuat pria itu tersenyum dan bersorak di dalam hatinya karena merasa dia telah berhasil.

"Terdengar tak masuk akal meminta sebesar itu sebelum bekerja. Tapi akan aku penuhi. Kirimkan nomor rekeningmu dan akan aku kirim uangnya sekarang juga," ujar Venus yang sudah mengeluarkan ponselnya.

Seolah dia siap mencatat nomor rekening Leon dan mentransfer uang yang disebutkan oleh Leon. Dan itu, telah membuat Leon kembali terkejut dibuatnya.

"Kau serius?"

"Apa aku terlihat main-main?"

Leon lantas menggelengkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menerima tawaranmu. Aku akan bekerja sebagai bodyguard sewaanmu!" Seru Leon berantusias. Dengan tangan yang sudah terulur pada wanita itu.

Jelas tawaran seperti ini tak bisa dia tolak begitu saja. Sampai pada akhirnya Venus juga telah meraih uluran tangannya dan saling berjabatan tangan sembari tersenyum.

Setidaknya, Leon bisa tersenyum lebar sebelum Venus menarik tangan Leon untuk lebih mendekat padanya dan berkata. "Tapi, asal kau tahu. Kau benar-benar akan menjadi bodyguard 'pribadi' ku."

Leon mengangguk. "Iya, aku paham. Kau tak—"

Leon sukses membulatkan matanya terkejut. Berbeda dengan Venus yang sudah tersenyum penuh kemenangan,

"Dan kau, harus menikah denganku!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status