Share

6. Calon suami

Berjalan dengan Leon yang berada di belakangnya, Venus berkali-kali tersenyum puas atas apa yang telah dia dapatkan. Jelas Leon juga sadar akan hal itu, sebab secara tak langsung gadis itu juga beberapa kali menolehkan kepala ke arahnya.

Keputusan Leon memang sudah bulat. Dia sudah memutuskan untuk menerima Venus dan menikah dengannya. Menjadi seseorang yang nyatanya menjadikan dirinya sebagai pria sewaan. Setidaknya, dia melakukan hal ini bukan hanya soal uang. Tapi, juga pembalasan dendamnya pada wanita yang ternyata merupakan ibu Venus.

"Venus! Dari mana saja?!"

Seseorang di depan mereka telah berkata demikian dengan suara yang cukup tegas. Pria berusia enam puluhan itu adalah kakek Venus. Ayah dari ayah Venus. Pria yang memiliki kekayaan berlimpah termasuk dengan Diamond grup.

"Kakek! Maaf, aku baru pulang sekarang," ucap Venus dengan nada yang sedikit mengayun manja.

Tidak hanya itu saja, Venus juga sudah berlari kecil menghampiri kakeknya di sana, dan memberikan sebuah pelukan yang cukup erat. Hingga kakeknya juga telah membalas pelukan tersebut. Setidaknya, sampai dia sadar bahwa ada pria asing yang sejak tadi mengekor di belakang Venus, cucunya.

"Siapa dia?" tanya sang kakek sambil melepas pelukan Venus. Dia menatap Leon dari ujung kepala hingga ujung kakinya, memperhatikan pria itu dengan seksama.

Venus tersenyum, dia menunjuk Leon dan mengisyaratkan pria itu untuk mendekat ke arahnya. "Kakek, kenalkan dia Leon. Dia akan menjadi bodyguard-ku sekarang. Aku memintanya untuk menjadi bodyguard-ku," jelas Venus pada sang kakek.

Ada helaan nafas lega yang bisa Leon ketahui dari kakek itu setelah Venus berkata demikian. Seolah kakek itu lega karena Venus hanya memperkenalkan Leon sebagai bodyguard, bukan hal lain. Tanpa dia tahu kalau Venus dan Leon memang bisa menjadi lebih dari Bodyguard dan boss-nya saja.

"Bodyguard? Kau yakin dia berkualitas? Kau tidak memilihnya dengan sembarangan kan?" tanya sang kakek kemudian.

Sekali lagi, Leon harus merasa terintimidasi saat kakek itu terus memperhatikannya dengan tajam dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Memperhatikan setiap hal yang ada dalam diri Leon.

Venus menggelengkan kepalanya. "Tentu saja aku tidak sembarangan. Aku memilihnya dengan baik, aku juga yakin kalau dia yang terbaik. Karena dia juga akan menjadi calon suamiku!" Tegas Venus dengan senyuman lebar yang sudah dia perlihatkan pada sang kakek.

Mata sang kakek berhasil membulat setelahnya. Dia terkejut dengan penuturan cucunya tersebut. Jelas ini bukanlah hal yang dia duga.

Tidak hanya sang kakek sebenarnya, karena Leon juga nampak terkejut di sana. Dia tidak menyangka kalau Venus benar-benar akan mengatakannya begitu saja pada kakeknya. Padahal, Leon kira setidaknya mereka akan membutuhkan waktu sampai benar-benar mempersiapkan semuanya dengan baik.

"Apa maksudmu? Kenapa calon suami?!" Tegas sang kakek kemudian.

Leon dapat melihat ketidaksetujuan yang ditunjukan kakek Venus. Bagaimana tidak? Cucu yang disayang, tiba-tiba saja membawa calon suami yang tidak jelas asal usulnya. Kalau Leon di posisi kakek itu juga, dia mungkin akan melakukan hal yang sama.

"Kita masuk dulu ke dalam. Kita tidak bisa bicara di sini, Kakek. Leon, ikut denganku ke dalam," ucap Venus kemudian.

Dia sudah menggandeng tangan sang kakek yang nampak gelisah. Dia juga mengisyaratkan Leon untuk mengikuti mereka berdua. Sampai pada akhirnya, Venus telah membawa mereka ke ruang tamu yang ada di rumah besar tersebut. Mempersilahkan sang kakek duduk di sana dengan dia yang duduk di sampingnya.

Sementara itu, Leon sekarang nampak kebingungan dan hanya berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Apa maksudmu calon suami? Kau masih kuliah, dan masih harus melanjutkannya. Selain itu, kakek juga sudah mengatakan padamu kalau kakek akan menjodohkan mu dengan seseorang bukan?" ucap sang kakek pada Venus.

Venus menghela nafasnya. Dia mengalihkan tatapannya dari sang kakek menuju Leon yang masih saja berdiri dengan kepala yang menunduk tanpa berani menatap mata kakeknya. "Leon, duduk dulu."

Leon menoleh pada Venus. Awalnya dia terlihat ragu, tapi sorot mata Venus yang cukup tajam membuat Leon juga hanya bisa menurut padanya. Dia duduk tepat di depan Venus dan kakeknya.

"Begini, aku tahu jelas kakek akan menjodohkanku, maka dari itu aku memperkenalkan Leon. Aku tidak perlu dijodohkan karena aku sudah memiliki Leon!" tukas Venus.

"Tapi kakek—"

"Kakek, please," potong Venus dengan cepat. "Memangnya kakek tidak sayang lagi denganku? Kakek mau menolak keinginanku? Katanya, kakek akan mengabulkan apa pun yang aku inginkan? Tapi kenapa kakek malah seperti ini?" tanya Venus dengan bibir yang sudah terlihat cemberut.

Gadis itu berusaha memanipulasi kakeknya agar dapat menyetujui apa yang memang ingin dia lakukan.

"Bukan begitu, sayang. Kakek melakukan ini juga karena kakek ingin kau bahagia. Kakek akan memilihkan pria yang cocok untukmu, pria yang menjamin masa depanmu. Tapi, bagaimana dengan dia? Kau saja mengatakan dia akan menjadi bodyguard mu kan? Kakek yakin sekali dia pasti tidak memiliki uang untuk menghidupi mu," ucap sang kakek.

Jelas perkataan itu mampu menusuk Leon. Rasanya dia tengah benar-benar direndahkan karena statusnya. Dia baru saja ditolak hanya karena materi. Hal yang memang sudah menjadi rahasia umum kalau berurusan dengan orang-orang seperti kakek Venus ini.

"Aku memang tidak memiliki uang, tapi aku yakin aku bisa menjadi suami yang baik untuk Venus," ucap Leon setelah sekian lama terdiam.

Perkataan kakek itu membuat Leon memberanikan dirinya untuk berkata demikian. Seolah dia ingin menunjukan kalau dia juga bisa bersanding dengan Venus meski tidak memiliki uang yang berlimpah sepertinya.

Namun, yang didapatkan Leon sekarang adalah tawa dari sang kakek. Pria tua itu menertawakan Leon di sana, seolah apa yang dikatakan Leon adalah hal terlucu yang dia dengarkan.

"Berani sekali kau berkata seperti itu padaku. Memangnya apa yang membuatmu yakin kalau Venus akan bahagia denganmu saat kau saja bekerja untuk Venus sebagai bodyguard-nya?" tanya sang kakek dengan nada yang meremehkan.

Leon sempat terdiam. Dia kebingungan dengan jawaban seperti apa yang harus dia katakan pada kakek itu. Sampai pada akhirnya, Venus yang telah menatap Leon dengan lekat.

"Kakek tidak bisa melarangku menikah dengan Leon. Karena aku sudah mengandung anak Leon!" Seru Venus asal.

Dan sialnya, Leon kini sudah mengutuk dalam hati. Jelas Venus akan membawanya ke dalam masalah yang besar.

"Venus!" Tegas sang kakek.

"Tidak, dia tidak—"

Belum selesai Leon bicara, suara gelas yang pecah terdengar hingga membuat ketiganya menoleh.

Dimana di sana, seorang wanita tengah berdiri dan menjatuhkan gelas yang sebelumnya berada di tangannya. Matanya membulat dan terkejut dengan apa yang di dengarnya.

"Venus, kau hamil?!" Tegasnya.

Sementara Venus memutar matanya dengan jengah. "Bukan urusan Ibu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status