Share

2. Wanita yang dikenal

"Tidak, kalau seperti itu lebih baik aku menolak tawaranmu ini, Nona," ujar Leon pada akhirnya.

Gila. Hanya itu yang dipikirkan Leon saat mendengar penuturan Venus di sana. Bagaimana mungkin dia harus menikah dengan tiba-tiba? Bodyguard mana yang harus terikat dengan pernikahan?

Tidak mungkin bukan kalau dia malah menikahi seorang gadis yang tidak dia kenali sama sekali hanya demi pekerjaan itu? Lebih baik Leon tetap bekerja di tempat itu daripada harus menikah begitu saja tanpa adanya cinta. Terlebih, saat dia juga masih memiliki seorang kekasih.

"Wow, tenang. Aku juga tidak memaksamu sama sekali. Aku memberikan penawaran untukmu dan tentu saja ada harga lain yang bisa aku berikan jika kau menyetujui untuk menikah denganku," ucap Venus.

Leon menggelengkan kepalanya. "Maaf, Nona. Tapi—"

"Cukup. Kau bisa bekerja mulai besok. Aku akan bicara pada Madam Ji jika kau akan mulai bekerja bersamaku dan berhenti dari tempat ini," ujar Venus begitu saja.

Lantas itu membuat Leon mengernyitkan keningnya. "Aku bilang aku tidak menyetujuinya."

"Kau sudah setuju sebelumnya. Jadi, sudah deal. Tenang saja, ini tidak termasuk dengan menikahiku. Tapi, jika kau berubah pikiran, kau bisa mempertimbangkannya. Aku akan memberimu waktu sampai satu minggu ke depan," ujar Venus yang sudah bersiap untuk pergi dari tempat itu.

Kini Leon hanya terdiam di tempatnya. Entah kenapa dia malah kehilangan kata saat Venus sudah berkata demikian tanpa membiarkan Leon membantah. Leon juga cukup kebingungan akan apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum pada akhirnya, Venus menatap Leon dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

"Ikut aku dulu. Aku akan menunjukan tempatku jadi kau bisa datang ke sana dan beberapa aturan yang harus aku beritahukan padamu," ucap Venus yang sudah mengajak Leon untuk pergi dari sana.

"Tapi aku masih bekerja."

"Madam Ji urusan gampang. Biar aku menghubunginya lagi nanti. Ayo," ajak Venus sekali lagi.

Mengingat bagaimana Madam Ji, Leon juga paham kalau wanita itu pasti akan mengizinkannya pergi begitu saja dengan Venus. Melihat Venus juga bukan gadis sembarangan. Bukan tidak mungkin kalau gadis itu akan melibatkan uang di antara mereka.

"Baiklah," ucap Leon pada akhirnya.

Membuat Venus tersenyum puas saat pria itu pada akhirnya menurut padanya.

Keduanya berjalan beriringan, atau lebih tepatnya Leon yang terpaksa berjalan di samping Venus karena gadis itu yang memintanya. Padahal, sebelumnya Leon berniat untuk berjalan di belakangnya.

"Kau yang menyetir," ujar Venus yang sudah tiba-tiba melemparkan kunci mobilnya begitu mereka telah berada di parkiran.

Beruntung Leon memiliki reflek yang bagus, sehingga dia bisa menangkap kunci tersebut tanpa membuatnya terjatuh. Karena Leon juga sadar, itu bukan sembarangan kunci mobil.

Itu adalah kunci mobil mewah. Mobil sport yang Leon tahu jika harganya bisa mencapai milyaran. Membuat Leon harus berhati-hati saat memasuki mobil tersebut mengusul Venus yang sudah duduk di kursi penumpang.

"Aku harus pergi kemana sekarang?" tanya Leon saat dia sudah menyalakan mesin mobilnya.

Tidak menjawab pertanyaan Leon, kini Venus lebih memilih untuk mengatur Gps pada mobilnya. Hingga Leon dapat melihat tujuan yang sudah diatur oleh Venus di sana.

Tanpa berbasa basi lagi, Leon melajukan mobil tersebut untuk menuju tujuan mereka malam ini.

Sampai membutuhkan waktu beberapa belas menit hingga mereka telah berhenti di depan sebuah gedung apartemen elit. Leon sudah memarkir mobilnya dan menatap Venus ketika mereka sudah benar-benar berhenti.

"Kau tinggal di apartemen?" tanya Leon kemudian.

Tapi, Venus menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Tidak."

"Lalu?"

"Apartemen orang lain!" Jawab Venus dengan begitu tenang.

Sementara Leon kini sudah menatapnya dengan tak percaya. Wanita itu membohonginya.

"Kenapa malah ke tempat seperti ini? Bukannya kau mengatakan untuk menuju tempatmu?" tanya Leon dengan cukup kesal.

"Jangan banyak bicara. Kau mau pekerjaan atau tidak?!" Tegas Venus pada Leon.

Hingga akhirnya, Leon tidak bisa mengatakan apa pun lagi pada Venus di sana. Dia benar-benar sudah terlalu malas berdebat dengan wanita angkuh seperti Venus. Orang-orang yang memiliki banyak uang terkadang memang menyeramkan.

"Ayo, ikut aku," ajak Venus begitu mereka berdua sudah keluar dari mobil tersebut.

Dimana pada akhirnya, Venus telah membawa Leon pada salah satu unit apartemen yang ada di sana. Dengan Venus yang kini sudah menekan belnya. Hingga beberapa saat kemudian, pintu apartemen itu lantas terbuka.

"Oh, hai!" Sapa Venus yang sudah melambaikan tangannya pada pria muda yang ada di depannya tersebut.

Bukannya membalas sapaan Venus, Leon dapat melihat kalau pria itu malah terkejut dan terlihat gelisah secara bersamaan saat menatap Venus. Bahkan, pria itu mencoba menutup pintu tersebut hingga Venus harus menahannya.

Sungguh, Leon sama sekali tidak paham dengan apa yang sebenarnya dia lihat sekarang ini. Dia seperti orang bodoh yang kehilangan akalnya saat itu juga. Saat dia sama sekali tidsk mengerti apa pun.

"Leon! Bantu aku!" Tegas Venus pada Leon di sana.

Mau tidak mau, Leon juga segera membantu Venus untuk menahan pintu tersebut. Dia mendorong pintunya hingga terbuka lebar, dimana pria yang sebelumnya membuka pintu tersebut tampak semakin ketakutan.

"Nona Venus? Kau tidak sedang mencoba menipuku bukan? Apa kau sebenarnya seorang pembobol rumah orang lain?!" tanya Leon yang semakin kebingungan di tempatnya.

Namun, Venus memilih mengabaikan pertanyaan Leon dan malah menunjukan raut wajah dinginnya. Kepalanya juga telah menggeleng dengan kedua tangan yang sudah terlipat di depan dada.

"Dimana Ibuku?" tanya Venus dengan dingin.

"Nona Venus, please. Jangan seperti ini. Aku hanya bekerja, aku tidak—"

Tidak mendengarkan hingga pria itu selesai bicara, sekarang Venus lebih memilih untuk menerobos masuk ke dalam melewati pria itu. Menuju sebuah kamar yang ada di dalam apartemen tersebut.

"Jaga pria itu, pastikan dia tidak kabur!" Perintah Venus sekali lagi pada Leon.

Sementara Leon lagi-lagi hanya bisa menurut dengan dia yang telah berdiri di depan pintu. Menghadang pria muda itu agar tidak melarikan diri seperti apa yang dikatakan oleh Venus padanya.

"IBU! APA IBU AKAN TERUS SEPERTI INI?!"

Teriakan Venus terdengar di telinga Leon. Dia dengan jelas mendengar Venus menyebutkan kata Ibu di sana. Membuat Leon menjadi penasaran tentang apa yang telah terjadi.

Perdebatan dua wanita itu terdengar kembali. Dengan Leon yang hanya bisa terdiam mendengarkannya. Sementara pria yang dia jaga itu telah terduduk sembari terus mengusap wajahnya dengan kasar. Terlihat sekali kalau dia tengah kalut.

Sampai pada akhirnya, Venus telah berjalan dengan langkah tegasnya dati kamar itu untuk kembali ke tempat dimana Leon berada. "Leon, Ayo pergi dari tempat menjijikan ini!" ujar Venus pada Leon.

Sekali lagi, Leon yang kebingungan hanya bisa menuruti perintah Nona barunya ini. Setidaknya, sampai suara wanita terdengar di belakang sana. Wanita yang baru saja keluar dari kamar yang sebelumnya Venus masuki.

"Venus, maafkan ibu. Ayo bicara dulu!" Seru wanita itu.

Leon terdiam di tempatnya. Dia menatap wanita itu dengan lekat.

Dia mengenalnya. Iya, dia hafal sekali wajah wanita yang menyebut dirinya Ibu pada Venus tersebut. Sampai keterdiaman Leon harus terhenti saat Venus sudah menarik tangannya dengan kasar dan melangkah dengan tergesa. Membuat Leon yang masih terkejut hanya bisa diam selama beberapa saat.

"Apa dia Ibumu?" tanya Leon saat Venus sudah kembali melepaskan tangannya.

Dengan raut wajah yang datar, Venus menganggukkan kepalanya.

Melihat jawaban itu, lantas Leon menghela nafasnya dalam. Dia tidak salah mengira Ibu Venus sebelumnya. Dia mengenalnya. Wanita itu, adalah wanita yang sempat hadir di keluarganya. Membuat Leon lantas mengeraskan rahangnya dengan tangan yang sudah mengepal.

"Aku menemukannya."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status