Share

4. Memabukkan

"Tidak, kau bisa melakukannya sendiri. Aku harus pulang," ucap Leon dengan terburu-buru.

Leon dengan cepat mendorong tubuh Venus saat itu juga. Dia berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Kepalanya menggeleng dengan cepat saat nama Cathala teringat di kepalanya. Nama sang kekasih.

Secantik apa pun Venus, Leon tetap tidak ingin membuat pengkhianatan pada hubungannya dengan sang kekasih. Dia tidak mau kalau akhirnya dia malah membuat wanitanya kecewa saat dia sendiri saja tidak pernah menyentuh kekasihnya.

Sekarang, Leon sudah melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sudah meraih ponselnya saat berjalan menuju pintu kamar hotel tersebut. Sebab satu pesan baru saja masuk pada ponselnya. Itu pesan dari wanita yang ada di pikirannya.

Cathala, kekasihnya.

"Ah, kau menyelematkan aku, Thala!" Seru Leon dengan senyuman yang terlukis di bibirnya.

Setidaknya, sampai senyuman itu memudar dengan langkah yang sudah terhenti saat membaca pesan yang dikirim oleh kekasihnya.

[Leon? Apa kau sudah tidur? Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi aku tidak bisa mengatakannya lewat telfon apalagi harus bertemu langsung.

Ini tentang apa yang terjadi beberapa hari lalu. Tentang kita yang nyaris melakukannya. Saat aku menghindar dan malah melarikan diri dari situasi itu.

Aku ingin meminta maaf, karena aku menyembunyikan sesuatu darimu selama ini. Leon, sebenarnya aku sudah tidak perawan lagi. Aku sudah pernah melakukannya, bersama temanku beberapa minggu yang lalu saat aku mabuk dengannya. Alasanku menghindar darimu malam itu karena aku semakin merasa bersalah.

Leon, lebih baik kita akhiri hubungan ini. Maaf telah membuatmu kecewa. Aku tahu kau akan membenciku sekarang. Terima kasih untuk waktu yang kau habiskan bersamaku selama ini. With love, your Cathala.]

Leon mematung. Dia diam seribu bahasa. Jantungnya berdegup kencang dengan rasa sesak yang dia rasakan pada dadanya.

"Sialan!" Teriak Leon dengan ponselnya yang telah dia lemparkan dengan sembarangan.

Dapat dipastikan kalau benda itu mungkin mengalami kehancuran. Sama hancurnya dengan hati Leon saat ini juga.

Sempat terdiam kembali dengan tangan yang sudah mengusap wajahnya kasar, lantas Leon kembali berbalik. Dia melangkah dengan segala perasaan kacau yang saat ini dia rasakan.

Dia, Leon Gauvriel, telah kembali menuju dimana Venus berada. Seorang gadis yang tengah duduk bersandar sembari meneguk botol whisky yang ada di tangannya.

Mata Venus berbinar saat dia kembali mendapati pria itu di hadapannya, senyuman lebarnya juga terlukis di tengah mabuknya dia saat ini. "Oh? Leon, kau kembali?"

Mengabaikan apa yang gadis itu katakan, Leon kini lebih memilih untuk merebut botol whisky di tangan Venus. Sebelum dia meneguknya sekaligus, menghabiskan sisa alkohol itu di dalam sana dan melemparkan botol tersebut secara sembarangan tanpa perduli apakah botol itu pecah berserakan atau semacamnya.

Sementara Venus malah menekuk bibirnya di sana, menatap Leon dengan kesedihan yang dia tunjukan. "Huh, kau menghabiskan minumanku. Padahal aku masih mau minum!" keluhnya bagai anak kecil yang baru saja kehilangan mainannya.

Ya, Venus masih dikuasai oleh alkohol.

"Apa tawaranmu masih berlaku?" tanya Leon setelah dia kembali menatap Venus yang sekarang ada di hadapannya.

Venus tersenyum lebar dan mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. Leon dapat melihat kalau Venus menjawab pertanyaannya dengan antusias di tengah mabuknya. Dengan Leon yang juga sudah merasakan kepalanya yang pening setelah membiarkan cairan alkohol itu turun dari tenggorokannya.

Sebelum pada akhirnya, Leon menatap Venus dengan lekat. Bersamaan dengan dia yang kembali meyakinkan dirinya.

"Aku bantu untuk melepaskan pakaianmu!" ujar Leon yang sekarang sudah mendekat ke arah Venus.

Venus tidak dapat mengatakan apa pun, sebab pria di hadapannya itu kini telah membungkamnya dengan sebuah pagutan. Pagutan yang mampu membuat matanya terpejam saat itu juga.

Leon tahu kalau apa yang dilakukannya sekarang memang terlihat gila. Dia malah tiba-tiba saja berubah pikiran hanya karena sebuah pesan yang menyesakkan. Tapi mau bagaimana lagi? Saat Leon juga membutuhkan pelampiasan saat ini. Terdengar jahat, tapi Leon tidak dapat berpikir dengan jernih saat ini.

Apalagi saat dia sudah merasakan bagaimana manisnya bibir kecil milik Venus. Sehingga bukan hanya alkohol yang mulai memabukkan untuk Leon, tapi juga gadis yang saat ini telah saling melumat dengan dirinya.

"Eumhh-" Lenguhan kecil terdengar dari bibir Venus.

Itu disebabkan oleh tangan Leon yang sudah mengusap lehernya. Bersamaan dengan Leon yang sudah mendorong tubuh Venus pelan hingga gadis itu telah berbaring di atas ranjang tersebut, dengan Leon yang mulai menindihnya.

"Apa kamu juga memperbolehkan aku menyentuhmu, Nona?" tanya Leon saat pagutan itu telah dia lepaskan.

Dia kini telah menatap Venus yang masih memejamkan matanya dengan bibir yang sudah basah dan pipi yang bersemu merah. Gadis itu benar-benar terlihat sangat mabuk sekarang, saat dia juga dengan yakinnya menganggukkan kepala sebagai sebuah jawaban.

"Sentuh aku, Leon. Kau bisa menyentuhku dimana pun. Aku ingin tahu kenapa Ibuku selalu menyukai sentuhan dari para pria!" Seru Venus. Matanya masih terpejam, tapi mulutnya itu terus meracau.

Membuat Leon kini telah kembali mengecup bibir Venus, kembali membungkamnya dengan pagutan yang semakin dalam.

Satu persatu pakaian Venus berhasil dilepaskan oleh Leon, pria yamg juga sudah berada di dalam pengaruh alkohol itu menikmati segala yang dia lakukan. Memeta tubuh seorang gadis yang baru beberapa jam ini dia temui. Gadis yang telah menjadi Nona-nya.

"Tubuhmu indah sekali, kau benar-benar cantik," ucap Leon sembari mengecupi setiap inchi tubuh Venus.

Tidak hanya itu, Leon juga sudah memberikan beberapa tanda pada collarbone milik gadis itu. Sampai pada akhirnya, keduanya sudah siap memasuki inti permainan panas yang saat ini tengah mereka lakukan. Permainan yang dipenuhi oleh hasrat yang membawa.

Setidaknya, sampai Leon menyadari sesuatu saat dia berusaha mencoba memasukan miliknya pada pusat tubuh gadis tersebut. Sesuatu yang membuat Leon menghentikan apa yang saat ini tengah dia lakukan.

"Venus, apa kau masih—? " tanya Leon dengan terbata.

Kenyataannya, Leon memang dibuat terkejut dengan hal itu. Dia bisa merasakan sesuatu menghalang di dalam sana. Dimana dia yakin itu adalah selaput dara milik gadis itu. Sesuatu yang menandakan jika Venus memang masih virgin

Keyakinan itu ditambah dengan Venus yang sudah menganggukkan kepalanya secara perlahan. Dimana gadis itu juga telah menatap Leon dengan sorot mata sayu dan tangan yang mencengkeram lengan Leon.

"H-hentikan …" ucap Venus dengan suara yang lirih.

Sedangkan Leon kini hanya terdiam menatap lekat pada Venus di bawah kungkungannya. Dia menatap gadis itu dengan rasa bimbang di dalam hatinya. Di tengah hasrat yang saat itu begitu besar di dalam dirinya. Hasrat menikmati setiap inchi tubuh Venus.

"Ini sudah terlalu jauh, apa aku harus tetap melanjutkannya?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status