Share

3. Lepaskan pakaianku

"Kau tidak minum?!" ujar Venus yang sudah menyodorkan botol minuman yang masih berada di tangannya.

Leon menatap pada gadis di depannya yang kini telah kembali menenggak minuman beralkohol itu langsung dari botolnya. Kepalanya menggeleng, saat dia juga sudah melihat dengan jelas kalau gadis itu sudah mulai mabuk dengan pipi dan mata yang mulai terlihat kemerahan.

Namun, Leon sendiri tidak bisa menghalanginya. Rasanya dia juga tidak harus terlalu perduli ada gadis itu. Dia merasa kalau dia tidak perlu berurusan dengannya. Walaupun dia sendiri juga cukup penasaran akan sesuatu. Tentu ini menyangkut dengan seorang wanita yang sebelumnya dia temui bersama Venus beberapa menit yang lalu. Sebelum akhirnya Venus tiba-tiba saja mengajaknya ke tempat seperti ini.

Leon menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih," jawabannya mencoba bersikap sopan.

"Kenapa?" tanya Venus dengan raut wajah yang menunjukan kekecewaan pada Leon di sana.

Sekali lagi, Leon malah menggelengkan kepalanya. Helaan nafasnya juga sudah terdengar cukup kasar. "Aku harus pulang. Sudah malam. Bukankah sebaiknya kau juga pulang?"

"Aku tidak mau pulang! Aku kesal, aku marah! Aku tidak mau bertemu dengan Ibuku!" Venus nyaris berteriak. Menunjukan kalau gadis itu memang tengah benar-benar kesal sekarang.

"Kalau begitu biar aku saja yang pergi dan pulang. Terserah kalau Nona masih mau berada di sini dan—"

Belum selesai Leon mengatakan apa yang hendak dia katakan pada Venus di sana, tangannya sudah ditarik saat dia baru saja bangkit dari duduknya. Dengan Venus yang sudah mendongak sembari menahan tangannya. "Tidak, jangan pergi!" ujar Venus dengan mata yang terlihat membulat.

Oke, Leon akui wanita itu memang terlihat cantik dan menggemaskan secara bersamaan. Dia tidak dapat memungkiri kalau gadis yang menjadi Nona-nya itu memiliki tubuh yang seksi dengan pinggang yang begitu ramping, tapi ayolah Leon tidak mungkin berpaling dari kekasihnya hanya karena hal seperti ini.

Meskipun tawaran Venus beberapa kali terbayang di benaknya. Tentang menikahinya sekaligus menjadi bodyguard-nya. Dengan alasan lain, Leon yang ingin melakukan sesuatu terhadap wanita yang Venus sebut Ibu sebelumnya.

"Ya sudah, ayo aku antarkan kau pulang," ajak Leon.

Dia juga tidak tega kalau harus meninggalkan gadis itu sendiri di tempat seperti ini. Apalagi, saat dia juga telah menjadi bodyguard gadis itu yang berarti keselamatan Venus sudah menjadi tanggung jawabnya.

Beruntungnya, Venus nampak menganggukkan kepalanya menurut pada Leon. "Tapi tidak mau ke rumah!"

Helaan nafas kembali terdengar, saat Leon juga telah berjalan sembari memapah Venus yang sempoyongan. "Lalu mau kemana?"

"Ke tempatmu saja bagaimana?!" ujar Venus tanpa merasa keberatan sama sekali.

Sebab yang keberatan sekarang adalah Leon. Gila saja kalau dia membawa wanita lain ke tempatnya. Nanti yang ada akan menjadi bahan gosip para tetangganya. Akan menjadi masalah juga kalau akhirnya gosip itu sampai pada telinga sang kekasih.

"Tidak. Katakan tempat lain, jangan ke tempatku," ucap Leon dengan penolakannya.

Terlihat Venus sudah mengerucutkan bibirnya. Seolah gadis itu memang tengah merajuk pada Leon. "Maunya ke tempatmu. Tidak mau pulang. Tidak mau bertemu Ibu. Dia jahat!"

Mendengar hal itu, Leon benar-benar tidak dapat membawa Venus pulang sepertinya. Belum lagi fakta bahwa dia memang tidak mengetahui dimana Venus tinggal. Hingga membuatnya yang kini sudah berada di dalam mobil Venus lagi lantas melajukan mobil tersebut ke salah satu hotel terdekat.

Mungkin, membawanya ke hotel lebih baik daripada harus membawanya ke huniannya dan membuat semuanya jadi berantakan.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Leon sampai akhirnya sampai di salah satu kamar hotel yang dia pesan saat diperjalanan. Dia juga telah membaringkan Venus yang sudah benar-benar mabuk dan nyaris kehilangan kesadarannya.

"Tolong buka sepatuku," ucap Venus yang sudah kembali membuka matanya yang sebelumnya dia pejamkan.

Leon yang hendak pergi dari sana lantas kembali menoleh, dia mengira Venus sudah tertidur tapi ternyata belum dan malah menyuruhnya melepaskan sepatu yang wanita itu kenakan.

Pun begitu, Leon menurutinya. Dia melepaskan satu persatu sepatu yang dikenakan oleh gadis itu. Dengan Leon yang sadar kalau Venus tengah memperhatikannya dengan seksama.

"Sudah selesai? Kalau begitu aku akan pulang da—"

"Tolong lepaskan juga ini," ucap Venus memotong pembicaraan Leon dengan dirinya yang sudah mengangkat salah satu tangannya. Dia menunjukan jam tangan yang melingkar di tangannya.

"Apa kau tidak bisa melepaskannya sendiri?" tanya Leon dengan setengah jengkel.

Nyatanya dia ingin segera pulang saat merasakan seluruh tubuhnya sudah lelah. Tapi gadis yang sudah menjadi Bos-nya ini malah terus memerintahkan ini dan itu. Apalagi, dengan Venus yang sudah menggelengkan kepalanya atas pertanyaan Leon.

"Bantu aku," ucap Venus.

Sekali lagi, Leon terpaksa melakukannya. Memenuhi perintah bos barunya tersebut.

"Sudah selesai. Sekarang aku bisa pulang, bukan?" ujar Leon yang sudah meletakan jam tangan milik Venus ke atas nakas.

Namun, Venus malah menggelengkan kepalanya. Dia yang tengah berbaring terlentang telah menatap Leon dengan sorot mata yang sayu. Terlihat jelas jika alkohol masih menguasainya. "Belum. Masih ada yang harus kau lakukan," ucap Venus.

Membuat Leon mengernyitkan keningnya tak mengerti terhadap Venus di hadapannya. "Apa lagi yang kau inginkan? Lebih baik kau tidur saja, kau sudah sangat mabuk sekali sebelumnya."

Venus kembali menggelengkan kepalanya atas apa yang dikatakan oleh Leon. "Bantu aku."

"Bantu apa, Nona Venus?!" Leon kembali bertanya dengan cukup kesal. Dia bahkan sudah mendecak dan berjalan mendekat pada Venus dengan malas.

Bukannya segera menjawab, sekarang Venus malah melambaikan tangannya pada Leon, meminta pria itu untuk mendekat ke arahnya. "Kemari."

Dengan malas, Leon benar-benar mendekat ke arahnya. Dia juga sedikit mencondongkan tubuhnya pada Venus saat melihat gadis itu mengisyaratkan jika dia akan berbisik pada Leon. Sampai pada akhirnya, Venus mendekat pada telinga Leon di sana, dia berbisik tepat pada telinga pria tersebut.

"Bantu aku melepaskan pakaianku juga, Leon," bisik Venus dengan suara yang benar-benar terdengar begitu lirih.

Sementara Leon kini hanya mematung di tempatnya. Jika ditanya masalah terbesar apa yang dialami Leon saat menjalin hubungan dengan kekasihnya, Leon akan menjawab masalah ini! Masalah yang terjadi saat ini juga.

Daripada saat dia digoda oleh para wanita di club, apa yang dikatakan Venus barusan terasa seperti godaan yang paling besar. Apalagi, saat melihat wajah Venus yanv sudah memerah dengan bibir basah yang sedikit terbuka.

"Bagaimana, Leon? Apa kau bisa membantu untuk melepaskan pakaianku? Aku benar-benar membutuhkan bantuanmu. Aku tidak bisa melepaskannya sendiri," ucap Venus yang sudah berhadapan dengan wajah Leon di sana.

Tidak hanya itu saja, Venus sudah melingkarkan tangannya pada leher pria itu dengan sorot mata sayu dan juga nafasnya yang mulai memburu.

Batin Leon bimbang, 'Haruskah, aku menurutinya?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status