Share

Bab 145 : Gangguan

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-28 20:29:23

“Kau tidak mau bulan madu?”

Bian mengejutkanku dengan memeluk dari belakang saat aku sibuk merapikan lemari.

“Ya ampun, Mas. Kapan datangnya? Bikin jantungan saja,” ujarku.

Dia bilang tadi ada urusan sebentar setelah keluarga dari Magetan pulang semua. Tak tahunya tiba-tiba datang saja.

“Enggak jadi urusannya. Aku sudah kangen istriku,” bisiknya sembari menciumi pipi dan leherku.

“Ayo bulan madu.” Lagi katanya.

Kulirik Bian dengan protes. Kita ini bukan pengantin baru. Hanya administrasinya saja yang baru. Pada hakikatnya kami sudah menikah hampir 8 bulan yang lalu. Apalagi sekarang, perutrku sudah mulai terlihat membesar.

“Masih mau bulan madu saja, setiap malam kita juga bulan madu, kan?” tukasku.

“Serius kamu enggak kepengen jalan-jalan? Ke bali atau ke Luar Negri?” tanya Bian lagi membalikan tubuhku agar kami bisa saling menatap.

“Apa boleh perjalanan jauh? Aku sedang hamil, lho?” kuingatkan pria ini dengan keadaanku. Apa dia lupa ada bayi mungil di rahimku?

“Oh, emang tidak bol
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 148 : Tak Rela

    Yang kuharapkan adalah Bian memelukku lalu meminta maaf karena sudah menyakiti hatiku, dan setidaknya—biarpun hanya kata-kata—kuingin dia mengatakan : Kalau kau berubah pikiran, aku tidak akan menikahi Melati besok.Tidak!Dia sama sekali tidak ada keinginan sekedar menghibur hatiku yang galau karena suamiku besok akan resmi menjadi suami wanita lain juga.Bian justru memintaku berlibur ke luar negri.Brengsek bukan!Apa dia pikir dengan berlibur ke luar negri bisa menggantikan sakit hatiku membayangkannya menikah dengan wanita lain?Apalagi mendapat kiriman foto-foto itu dari Tante Aini, muak sekali aku dengan mereka. Bian dan keluarganya memang sama saja.Jadi, jangan harap kehidupannya dengan wanita sialan itu akan bahagia.Selama napasku masih berhembus, kupastikan kehidupan mereka berantakan.Lihat saja. Pelan-pelan akan kugerogoti kebahagiaan itu.Mauku, wanita sialan itu harus juga merasakan bagaimana ada di posisiku saat ini. Panggilan dari Bian membuatku harus kembali menj

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 148 : Dibalik Kerelaan

    ~ POV Miranda ~[Bian dan Melati sudah menikah, terima kasih ya atas kebesaran hatimu.]Pesan itu kuterima dari Tante Aini lengkap dengan foto-foto keluarga yang bahagia itu.Aku tersenyum menatapnya, lalu ku balas. [Subhanallah, tabarakallah, Tante. Mudah-mudahan setelah ini semua akan berjalan lebih baik. Aku juga sudah tak sabar ingin menjadi ibu dari anak yang dikandung Melati][Tentu, Mir. Kau tak hanya akan menjadi ibu dari anak Melati. Kau bahkan pantas mendapatkan surga. wanita yang rela suaminya menikah lagi untuk urusan kebaikan, pasti menjadi penghuni surga. Kau akan kubanggakan di majlis taklimku sebagai wanita yang patut diteladani][Ah, Tante. Jangan berlebihan. Terima kasih atas bimbingan dan semuanya.]Tepat saat mengahiri berbalas pesan itu, aku tak bisa lagi menyembunyikan gemuruh di dadaku.Kulempar ponsel itu hingga hancur. Dan aku kesal sekali.Surga katanya?Ambil saja surga itu. Aku tak butuh!…Aku pulang lebih cepat dari rencanaku, namun tak kuberitahu Bian ak

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 147 : Memilih Rumah

    Tidak ada dalam rencana mereka menginap di rumah, tapi tak mungkin juga kami menolak keinginan dua gadis kecil yang sudah mengatur schedule mereka.Keduanya sudah tampak akrab layaknya seorang saudara. Aku dan Bian mencandai Tom dan Elis agar mereka juga menikah saja.“Ya kalau memang ada jodoh, kenapa tidak?” ucap Tom seolah sebuah penandasan bahwa dia tak menolak kalau saja Elis mau bersamanya.Hanya saja temanku itu bukan wanita yang gampang memutuskan sesuatu. Jadi tak berani menanggapi candaan kami.“Sudah malam, kalian ngomong apa sih?” tukasnya.Lalu karena tak mau dibilang terlalu mengintervensi kami pun tak melanjutkan candaan itu.“Anak-anak akan tidur bersamaku, saja.” Elis mengajak dua anak itu bersamanya.Kutunjukan kamar untuknya. Kebetulan di apartemen ada 3 kamar. Jadi kamar yang satunya bisa dipakai Tom Lee.“Maaf El, sedikit berantakan. Kemarin keluarga Magetan sebagian menginap di sini, ujarku sembari mengambilkan selimut bersih untuk Elis dan anak-anak.“Jangan begi

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 146 : Kedatangan Tom Lee dan Elis

    “Sialan, lagi ngapain sih, lu? Dibel dari tadi enggak dibuka!”Umpatan langsung terdengar ketika Bian membuka pintu apartemen kami.Aku yang kebetulan tak jauh dari Bian mendengar itu.Bukankah Itu suara Tom Lee? Apa dia datang hanya sendiri? “Papa Bian, Mama Melati mana?” suara menggemaskan itu kudengar. Menghapus rasa penasaranku yang barusan terlintas di benakku.“Flowra?” panggilku.Segera bocah kecil itu muncul dari balik pintu dan langsung berlari ke arahku.“Ma, aku kangen mama!” Flowra langsung bergelanyut di kakiku.“Iya, mama juga kangen Flowra. Maaf ya, mama sementara harus tinggal di Surabaya,” ujarku mengelus kepala bocah itu.Tiba-tiba bocah lain pun menghampiri. “Tante Melati tidak kengen Laila?”“Lho, Laila juga ikut?” tukasku terkejut.Seketika kucari-cari sosok mama dari bocah ini. Dan kutemukan di samping Tom Lee yang sudah berdiri menatap kami.“Elis?” sapaku setengah terpekik. Aku senang sekali melihat temanku itu datang mengunjungiku.Senangku bukan hanya karen

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 145 : Gangguan

    “Kau tidak mau bulan madu?”Bian mengejutkanku dengan memeluk dari belakang saat aku sibuk merapikan lemari.“Ya ampun, Mas. Kapan datangnya? Bikin jantungan saja,” ujarku.Dia bilang tadi ada urusan sebentar setelah keluarga dari Magetan pulang semua. Tak tahunya tiba-tiba datang saja.“Enggak jadi urusannya. Aku sudah kangen istriku,” bisiknya sembari menciumi pipi dan leherku.“Ayo bulan madu.” Lagi katanya.Kulirik Bian dengan protes. Kita ini bukan pengantin baru. Hanya administrasinya saja yang baru. Pada hakikatnya kami sudah menikah hampir 8 bulan yang lalu. Apalagi sekarang, perutrku sudah mulai terlihat membesar.“Masih mau bulan madu saja, setiap malam kita juga bulan madu, kan?” tukasku.“Serius kamu enggak kepengen jalan-jalan? Ke bali atau ke Luar Negri?” tanya Bian lagi membalikan tubuhku agar kami bisa saling menatap.“Apa boleh perjalanan jauh? Aku sedang hamil, lho?” kuingatkan pria ini dengan keadaanku. Apa dia lupa ada bayi mungil di rahimku?“Oh, emang tidak bol

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 144 : Bicara Dengan Miranda(2)

    “Aku sudah banyak berdosa pada Bian, Mel. Aku hanya ingin menebus dosa-dosaku. Dia begitu legowo memaafkanku atas kekhilafanku berselingkuh bersama teman baikku. Dan selama ini, Bian sudah begitu direpotkan oleh ulah kakak dan mamaku. Mereka sudah keterlaluan sekali.”Miranda menangis. Tampak sangat menyesali semua kebodohannya selama ini. Aku juga tahu semua dosa-dosa Miranda itu. Ternyata Miranda benar-benar menyadarinya.Miranda melanjutkan ucapannya, “Jadi seharusnya aku juga menerima semua keputusan Bian. Aku juga harus legowo karena sikapku yang buruk selama ini membuatnya kemudian jatuh hati padamu. Aku tentu saja iklas apapun keinginannya. Asal dia bahagia, Mel.”Aku terkesan dengan sikap besar hatinya.Setelah memahami semuanya, kini aku malah bisa merasakan kesedihannya.Bagaiamana seandainya aku ada di posisi Miranda?Apakah aku bisa seiklas itu mengizinkan suamiku menikah lagi?Oh…“Tidak apa, ya, besok aku tidak bisa datang mengantarmu dan Bian menikah di KUA. Bian bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status