Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 82. Solusi Jantan Laki-Laki

Share

82. Solusi Jantan Laki-Laki

Author: Neza Visna
last update Last Updated: 2025-04-30 23:37:09

Rinjani tidak ingin menjadi orang ketiga lagi di sana. Dia beranjak dari kursinya tanpa suara dan hendak berjalan ke luar.

"Rin..." Jagat akhirnya menoleh padanya, matanya penuh pertanyaan.

"Aku... ke kamar mandi dulu. Kalian lanjut bicara."

Dia berjalan menjauh dengan langkah goyah, meninggalkan Jagat dan Evie dalam keheningan yang lebih keras dari teriakan apa pun.

Bagaimana dia harus menyikapi ini? Rinjani sama sekali tidak tahu. Kepalanya terasa sangat pusing. Ini adalah masalah yang sangat berat.

Hanya saja, dia tidak bisa marah saat melihat Evie. Dia mengerti betul apa yang sedang dialami gadis itu. Dia bersimpati. Namun, di sisi lain, ayah dari anak itu adalah suaminya.

Apa yang harus dia lakukan?

Rinjani membilas wajahnya dengan air dari wastafel kemudian mengelapnya dengan tisu. Dia mencoba menjernihkan kembali pemikirannya sendiri agar bisa menghadapi semuanya dengan kepala dingin.

"Berikan aku waktu," Jagat bersuara, tangannya meraih tangan Evie yang dingin. "Aku akan t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gelora Cinta Pria Arogan   83. Jadi Janda?

    “Maksudku bertanya itu, bukan mau meragukan Evie, tapi untuk memastikan ke kamu, kalau kamu yakin itu adalah anakmu!”Jagat terdiam tidak mengerti, matanya menatap Rinjani dengan kening berkerut. Saat itu, Rinjani menyadari, sisi baik Jagat juga merupakan sisi yang menjadi kelemahannya kalau dihadapkan pada situasi yang berbeda.Jagat sangat bertanggung jawab dan berusaha mencari jalan tengah untuk semua masalah. Namun, di saat yang sama itu membuat dia terlihat kurang tegas kalau harus memilih di antara dua keputusan.Sikap Jagat yang tidak ingin mengecewakan siapapun itu membuat dia sulit bergerak bahkan ketika situasi sudah mendesaknya untuk memilh.“Aku nggak ngerti maksud kamu apa!”“Kalau kamu yakin itu anakmu, kalau memang kamu yakin Evie tidak akan mengkhianatimu selama kalian bersama, kenapa kamu masih ragu untuk bertanggung jawab?!”Jagat tertegun. “Karena sekarang Aku sudah menikah sama kamu! Aku nggak mungkin meninggalkanmu begitu saja! Sekarang kamu tanggung jawabku!”

    Last Updated : 2025-05-02
  • Gelora Cinta Pria Arogan   84. Insting Orangtua

    Rinjani tertegun mendengar ucapan Jagat itu. Namun, kemudian dia tersenyum kecil. Ini adalah salah satu bagian yang membuat dia lebih yakin menikahi Jagat.Pria itu selalu jujur dengan apa yang dia rasakan, dan tidak enggan menyampaikannya ke Rinjani. Semua kejujuran Jagat membuat Rinjani juga lebih mudah untuk merasa dekat dengan pria itu.“Haha, aku juga sama. Aku sudah berpikir bagaimana menghabiskan seumur hidup yang panjang sama kamu. Ternyata, semuanya Cuma angan-angan.” Matanya terasa panas. Rinjani tidak ingin menangis, tapi dia tidak bisa menahan diri. Perlahan bulir-bulir air mata itu berjatuhan dari sudut matanya.Dengan kasar, Rinjani menghapus air mata itu sebelum sempat jatuh ke pipinya. Jagat menyentuh tangan Rinjani dengan tatapan sendu. “Kamu adalah gadis yang baik. Sangat mudah untuk suka sama kamu, aku yakin kamu akan mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik daripada aku.”Rinjani tertawa di tengah tangisnya mendengar itu. “Hahaha, sudahlah. Sejak awal, aku

    Last Updated : 2025-05-03
  • Gelora Cinta Pria Arogan   85. Ditutup-tutupi

    “Beneran nggak ada apa-apa, Bu. Kangen sesekali kan biasa. Aku Cuma bosan saja, tapi aku sudah menyelesaikan tanggung jawab di rumah kok sebelum berangkat. Jagat juga sudah berangkat tadi.”Ibunya masih menatap Rinjani skeptis. "Kenapa, kesannya kamu tidak mau orang tahu kamu sudah menikah?""Malas menanggapi gosip tetangga," Rinjani mengangkat bahu. "Mereka pasti akan bertanya macam-macam. Sudah punya anak? Suaminya mana kok nggak kelihatan. Kerjaan suaminya apa?”Rinjani memperagakan kalimat itu dengan gaya berlebihan, membuat ibunya menggelengkan kepala.“Hush! Jangan bicara begitu! Pun, kalau mereka bilang gitu, itu Cuma bagian dari basa-basi saja. Nggak benar-benar ingin ikut campur urusan orang lain.”“Sama saja, Bu. Ayu nggak nyaman membicarakan itu dengan orang yang baru aku kenal.”Setelah melihat ekspresi Rinjani akhirnya ayah dan ibunya memutuskan untuk tidak lagi menanyai Rinjani.“Ibu dan Ayah lega kalau memang begitu, kalau ada masalah dengan Jagat, selalu bicarak

    Last Updated : 2025-05-04
  • Gelora Cinta Pria Arogan   86. Kepergok Selingkuh?

    Jagat menggelengkan kepalanya. “Orangtua Evie tinggal di Bandung, dan Evie bilang kami akan menemui mereka setelah dia melahirkan. Sekarang kondisi kandungannya masih belum stabil.”Rinjani terkejut mendengar itu, dari besar perut Evie dan waktu keduanya berpisah, dia tahu kalau kehamilan itu sudah lewat tiga bulan. Kenapa masih belum stabil?Tetapi, dia tidak bertanya lebih lanjut dengan ada ayah Jagat di sana.“Ya sudah, sekarang yang harus dipikirkan, bagaimana cara menyampaikan ini ke mama kamu.”“Memangnya, kenapa mama nggak setuju sama Evie, Pa?” tanya Rinjani hati-hati.Ayah Jagat menggelengkan kepalanya lelah. “Papa juga kurang mengerti kenapa mama kamu menolak sampai sebegitunya, tapi yang mama bilang, dia merasa penampilan Evie itu bukan penampilan perempuan baik-baik.”Mengingat penampilan Evie saat dia bertemu gadis itu pertama kali, Rinjani tidak mengerti bagian mana dia terlihat tidak baik-baik.Tetapi, saat dia melihat sosial media gadis itu dia bisa mengerti kena

    Last Updated : 2025-05-05
  • Gelora Cinta Pria Arogan   87. Interogasi Tanpa Ujung

    "Brama!" Kiara menyenggol lengannya keras. "Aku sudah tanya tiga kali, mau makan apa?"Brama mengedipkan mata, baru menyadari mereka sudah parkir di depan restoran. Sejak dia melihat Jagat tadi, dia jadi tidak fokus lagi. Dia bahkan sempat keluar saat ibunya sedang diperiksa tadi, hendak mencari pria itu.Tetapi, dia tidak lagi menemukan sosok Jagat. “Apa saja boleh.”“Kamu mikirin apa sih? Dari tadi nggak fokus kayanya.”Brama tersenyum tipis menenangkan ibunya. “Nggak ada. Mama pesan apa? Harus minum obat kan?” Ibu Brama juga tidak terus mendesak Brama, sudah biasa dengan sikap anaknya itu yang suka angin-anginan.Brama menuntun ibunya masuk ke dalam restoran itu dan memesan apa yang bisa dimakan ibunya.Dia tidak menyadari kalau ibunya dan Kiara menatap Brama dengan pandangan dalam.Ada senyum di bibir tipis perempuan paruh baya itu.“Sekarang, Brama sudah berubah banget ya, Tante. Dia jadi jauh lebih perhatian,” celetuk Kiara.“Ya, semenjak perceraian kami, dia jadi

    Last Updated : 2025-05-06
  • Gelora Cinta Pria Arogan   89. Perhatian Sia-Sia

    Alis Rinjani semakin berkerut mendengar pertanyaan itu. Apa pria ini tahu sesuatu?“Kok tanya gitu? Kamu mau bicara apa sebenarnya?”Brama menatap wajah Rinjani lama. Ucapan itu sudah sampai di ujung lidahnya. Namun, dia tidak sanggup untuk mengatakannya saat bertemu pandang dengan gadis itu.“Bukan apa-apa. Aku hanya bertanya saja, lupakan.”Rinjani memilih tidak memperpanjang masalah itu, tapi sekarang dia tidak tahu harus membicarakan apa lagi dengan Brama.Akhir hubungan mereka membuatnya seakan salah untuk menanyakan apapun. Kenapa dia berinisiatif mengajak mantan kekasihnya sendiri masuk ke dalam kantornya?Rinjani menyesali basa-basinya tadi, yang menyebabkan dia terjebak di sini sekarang Sibuk berpikir bagaimana cara mengsusir Brama agar dia cepat pulang."Kapan kamu menikah dengan Kiara?" Rinjani tiba-tiba bertanya, mengalihkan topik dengan kasar.Brama menyentak. "Aku... belum ada rencana."Matanya menyelidik, mencari reaksi apapun di wajah Rinjani. Tapi yang dia dapat han

    Last Updated : 2025-05-08
  • Gelora Cinta Pria Arogan   89. Kembali Ke Brama

    “Nggak papa. Kamu juga berniat baik ngasih tahu aku.” Seolah tidak menyadari kalau itu adalah kata-kata sarkastis dari Brama.Brama menghembuskan napas gusar. Bersama dengan Rinjani, dia seakan selalu bisa jadi jauh lebih sabar. “Kalau begitu aku pergi dulu.” “Hmm, hati-hati.”Brama masih ingin ada di sana berbicara dengan Rinjani, tapi di sisi lain dia juga tidak memiliki topik pembicaraan apapun lagi dengan gadis itu.Dengan langkah berat dia melangkah keluar dari tempat itu, Rinjani mengikuti di belakang Brama sebagai tuan rumah yang baik.“Kalau dia memperlakukanmu tidak baik, kamu bisa bilang ke aku, aku akan membalaskannya untukmu.”Mata Rinjani melebar, dia nyaris tidak percaya kalimat semacam itu bisa keluar dari mulut seorang Brama.“Tenang saja. Aku sudah cukup makan hati. Nggak lagi-lagi. Kalau Jagat memperlakukanku buruk, aku akan langsung meninggalkannya.”Rinjani merasa miris sendiri saat mengatakan hal itu. Di hubungannya dengan Jagat. Bagaimana bisa ada ba

    Last Updated : 2025-05-09
  • Gelora Cinta Pria Arogan   1. Hati yang Hancur

    Rinjani berdiri di depan pintu ruangan Brama, tangannya menggenggam erat setumpuk dokumen yang harus mereka bahas bersama. Nafasnya sedikit tersengal setelah berjalan cepat dari ruang kerjanya. Dia mengetuk pintu dua kali, dan suara rendah Brama mempersilakannya masuk.Ruangan itu terasa dingin, udara AC yang kencang membuat kulitnya merinding. Brama duduk di belakang mejanya, wajahnya terlihat serius, matanya tertuju pada layar laptop di depannya.“Aku sudah bawa laporan proyek terbaru,” ujar Rinjani, mencoba memecah kesunyian yang terasa berat. Brama hanya mengangguk, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. Rinjani duduk di kursi di seberangnya, meletakkan dokumen di atas meja. Dia memperhatikan Brama lebih cermat. Wajahnya terlihat lebih pucat, matanya berkantung, seolah dia tidak tidur semalaman.“Kamu baik-baik saja?” tanya Rinjani, suaranya lembut namun penuh kecemasan. Brama menghela nafas panjang, lalu menutup laptopnya. Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, terlihat l

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Gelora Cinta Pria Arogan   89. Kembali Ke Brama

    “Nggak papa. Kamu juga berniat baik ngasih tahu aku.” Seolah tidak menyadari kalau itu adalah kata-kata sarkastis dari Brama.Brama menghembuskan napas gusar. Bersama dengan Rinjani, dia seakan selalu bisa jadi jauh lebih sabar. “Kalau begitu aku pergi dulu.” “Hmm, hati-hati.”Brama masih ingin ada di sana berbicara dengan Rinjani, tapi di sisi lain dia juga tidak memiliki topik pembicaraan apapun lagi dengan gadis itu.Dengan langkah berat dia melangkah keluar dari tempat itu, Rinjani mengikuti di belakang Brama sebagai tuan rumah yang baik.“Kalau dia memperlakukanmu tidak baik, kamu bisa bilang ke aku, aku akan membalaskannya untukmu.”Mata Rinjani melebar, dia nyaris tidak percaya kalimat semacam itu bisa keluar dari mulut seorang Brama.“Tenang saja. Aku sudah cukup makan hati. Nggak lagi-lagi. Kalau Jagat memperlakukanku buruk, aku akan langsung meninggalkannya.”Rinjani merasa miris sendiri saat mengatakan hal itu. Di hubungannya dengan Jagat. Bagaimana bisa ada ba

  • Gelora Cinta Pria Arogan   89. Perhatian Sia-Sia

    Alis Rinjani semakin berkerut mendengar pertanyaan itu. Apa pria ini tahu sesuatu?“Kok tanya gitu? Kamu mau bicara apa sebenarnya?”Brama menatap wajah Rinjani lama. Ucapan itu sudah sampai di ujung lidahnya. Namun, dia tidak sanggup untuk mengatakannya saat bertemu pandang dengan gadis itu.“Bukan apa-apa. Aku hanya bertanya saja, lupakan.”Rinjani memilih tidak memperpanjang masalah itu, tapi sekarang dia tidak tahu harus membicarakan apa lagi dengan Brama.Akhir hubungan mereka membuatnya seakan salah untuk menanyakan apapun. Kenapa dia berinisiatif mengajak mantan kekasihnya sendiri masuk ke dalam kantornya?Rinjani menyesali basa-basinya tadi, yang menyebabkan dia terjebak di sini sekarang Sibuk berpikir bagaimana cara mengsusir Brama agar dia cepat pulang."Kapan kamu menikah dengan Kiara?" Rinjani tiba-tiba bertanya, mengalihkan topik dengan kasar.Brama menyentak. "Aku... belum ada rencana."Matanya menyelidik, mencari reaksi apapun di wajah Rinjani. Tapi yang dia dapat han

  • Gelora Cinta Pria Arogan   87. Interogasi Tanpa Ujung

    "Brama!" Kiara menyenggol lengannya keras. "Aku sudah tanya tiga kali, mau makan apa?"Brama mengedipkan mata, baru menyadari mereka sudah parkir di depan restoran. Sejak dia melihat Jagat tadi, dia jadi tidak fokus lagi. Dia bahkan sempat keluar saat ibunya sedang diperiksa tadi, hendak mencari pria itu.Tetapi, dia tidak lagi menemukan sosok Jagat. “Apa saja boleh.”“Kamu mikirin apa sih? Dari tadi nggak fokus kayanya.”Brama tersenyum tipis menenangkan ibunya. “Nggak ada. Mama pesan apa? Harus minum obat kan?” Ibu Brama juga tidak terus mendesak Brama, sudah biasa dengan sikap anaknya itu yang suka angin-anginan.Brama menuntun ibunya masuk ke dalam restoran itu dan memesan apa yang bisa dimakan ibunya.Dia tidak menyadari kalau ibunya dan Kiara menatap Brama dengan pandangan dalam.Ada senyum di bibir tipis perempuan paruh baya itu.“Sekarang, Brama sudah berubah banget ya, Tante. Dia jadi jauh lebih perhatian,” celetuk Kiara.“Ya, semenjak perceraian kami, dia jadi

  • Gelora Cinta Pria Arogan   86. Kepergok Selingkuh?

    Jagat menggelengkan kepalanya. “Orangtua Evie tinggal di Bandung, dan Evie bilang kami akan menemui mereka setelah dia melahirkan. Sekarang kondisi kandungannya masih belum stabil.”Rinjani terkejut mendengar itu, dari besar perut Evie dan waktu keduanya berpisah, dia tahu kalau kehamilan itu sudah lewat tiga bulan. Kenapa masih belum stabil?Tetapi, dia tidak bertanya lebih lanjut dengan ada ayah Jagat di sana.“Ya sudah, sekarang yang harus dipikirkan, bagaimana cara menyampaikan ini ke mama kamu.”“Memangnya, kenapa mama nggak setuju sama Evie, Pa?” tanya Rinjani hati-hati.Ayah Jagat menggelengkan kepalanya lelah. “Papa juga kurang mengerti kenapa mama kamu menolak sampai sebegitunya, tapi yang mama bilang, dia merasa penampilan Evie itu bukan penampilan perempuan baik-baik.”Mengingat penampilan Evie saat dia bertemu gadis itu pertama kali, Rinjani tidak mengerti bagian mana dia terlihat tidak baik-baik.Tetapi, saat dia melihat sosial media gadis itu dia bisa mengerti kena

  • Gelora Cinta Pria Arogan   85. Ditutup-tutupi

    “Beneran nggak ada apa-apa, Bu. Kangen sesekali kan biasa. Aku Cuma bosan saja, tapi aku sudah menyelesaikan tanggung jawab di rumah kok sebelum berangkat. Jagat juga sudah berangkat tadi.”Ibunya masih menatap Rinjani skeptis. "Kenapa, kesannya kamu tidak mau orang tahu kamu sudah menikah?""Malas menanggapi gosip tetangga," Rinjani mengangkat bahu. "Mereka pasti akan bertanya macam-macam. Sudah punya anak? Suaminya mana kok nggak kelihatan. Kerjaan suaminya apa?”Rinjani memperagakan kalimat itu dengan gaya berlebihan, membuat ibunya menggelengkan kepala.“Hush! Jangan bicara begitu! Pun, kalau mereka bilang gitu, itu Cuma bagian dari basa-basi saja. Nggak benar-benar ingin ikut campur urusan orang lain.”“Sama saja, Bu. Ayu nggak nyaman membicarakan itu dengan orang yang baru aku kenal.”Setelah melihat ekspresi Rinjani akhirnya ayah dan ibunya memutuskan untuk tidak lagi menanyai Rinjani.“Ibu dan Ayah lega kalau memang begitu, kalau ada masalah dengan Jagat, selalu bicarak

  • Gelora Cinta Pria Arogan   84. Insting Orangtua

    Rinjani tertegun mendengar ucapan Jagat itu. Namun, kemudian dia tersenyum kecil. Ini adalah salah satu bagian yang membuat dia lebih yakin menikahi Jagat.Pria itu selalu jujur dengan apa yang dia rasakan, dan tidak enggan menyampaikannya ke Rinjani. Semua kejujuran Jagat membuat Rinjani juga lebih mudah untuk merasa dekat dengan pria itu.“Haha, aku juga sama. Aku sudah berpikir bagaimana menghabiskan seumur hidup yang panjang sama kamu. Ternyata, semuanya Cuma angan-angan.” Matanya terasa panas. Rinjani tidak ingin menangis, tapi dia tidak bisa menahan diri. Perlahan bulir-bulir air mata itu berjatuhan dari sudut matanya.Dengan kasar, Rinjani menghapus air mata itu sebelum sempat jatuh ke pipinya. Jagat menyentuh tangan Rinjani dengan tatapan sendu. “Kamu adalah gadis yang baik. Sangat mudah untuk suka sama kamu, aku yakin kamu akan mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik daripada aku.”Rinjani tertawa di tengah tangisnya mendengar itu. “Hahaha, sudahlah. Sejak awal, aku

  • Gelora Cinta Pria Arogan   83. Jadi Janda?

    “Maksudku bertanya itu, bukan mau meragukan Evie, tapi untuk memastikan ke kamu, kalau kamu yakin itu adalah anakmu!”Jagat terdiam tidak mengerti, matanya menatap Rinjani dengan kening berkerut. Saat itu, Rinjani menyadari, sisi baik Jagat juga merupakan sisi yang menjadi kelemahannya kalau dihadapkan pada situasi yang berbeda.Jagat sangat bertanggung jawab dan berusaha mencari jalan tengah untuk semua masalah. Namun, di saat yang sama itu membuat dia terlihat kurang tegas kalau harus memilih di antara dua keputusan.Sikap Jagat yang tidak ingin mengecewakan siapapun itu membuat dia sulit bergerak bahkan ketika situasi sudah mendesaknya untuk memilh.“Aku nggak ngerti maksud kamu apa!”“Kalau kamu yakin itu anakmu, kalau memang kamu yakin Evie tidak akan mengkhianatimu selama kalian bersama, kenapa kamu masih ragu untuk bertanggung jawab?!”Jagat tertegun. “Karena sekarang Aku sudah menikah sama kamu! Aku nggak mungkin meninggalkanmu begitu saja! Sekarang kamu tanggung jawabku!”

  • Gelora Cinta Pria Arogan   82. Solusi Jantan Laki-Laki

    Rinjani tidak ingin menjadi orang ketiga lagi di sana. Dia beranjak dari kursinya tanpa suara dan hendak berjalan ke luar."Rin..." Jagat akhirnya menoleh padanya, matanya penuh pertanyaan."Aku... ke kamar mandi dulu. Kalian lanjut bicara."Dia berjalan menjauh dengan langkah goyah, meninggalkan Jagat dan Evie dalam keheningan yang lebih keras dari teriakan apa pun.Bagaimana dia harus menyikapi ini? Rinjani sama sekali tidak tahu. Kepalanya terasa sangat pusing. Ini adalah masalah yang sangat berat.Hanya saja, dia tidak bisa marah saat melihat Evie. Dia mengerti betul apa yang sedang dialami gadis itu. Dia bersimpati. Namun, di sisi lain, ayah dari anak itu adalah suaminya.Apa yang harus dia lakukan?Rinjani membilas wajahnya dengan air dari wastafel kemudian mengelapnya dengan tisu. Dia mencoba menjernihkan kembali pemikirannya sendiri agar bisa menghadapi semuanya dengan kepala dingin."Berikan aku waktu," Jagat bersuara, tangannya meraih tangan Evie yang dingin. "Aku akan t

  • Gelora Cinta Pria Arogan   81. Tanggung Jawab ke Siapa?

    Dari sudut matanya, Rinjani bisa melihat kalau Jagat sudah hendak menghampiri mereka, tapi Rinjani menggelengkan kepalanya.Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali ke Evie, agar gadis itu tidak curiga.“Kehamilan ini tidak akan mengubah hubungan kami, malah hanya menambah masalah yang nggak perlu.”Rinjani memilih untuk mengucapkan kalimatnya hati-hati. “Aku mungkin nggak tahu apa yang terjadi dengan hubungan kalian, tapi aku rasa, keputusan itu juga harus diambil oleh Jagat, kan? Kamu nggak bisa memutuskan hal sebesar ini sendirian.”“Kenapa nggak? Aku yang mengandung anak ini!” Evie sangat defensif dengan kandungannya. “Aku tidak akan menggugurkannya! Tidak akan pernah!”“Aku juga nggak memintamu melakukan hal keji itu. Apa kamu pernah bayangkan, bagaimana perasaan Jagat kalau sampai dia tahu ini jauh di masa depan saat anak kalian sudah besar?”Evie mengalihkan pandangannya ke arah lain, menolak menjawab pertanyaan itu.“Aku harap kamu bisa merahasiakan ini, aku n

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status