Share

Bab 6

Author: Ufuk Timur
last update Last Updated: 2025-09-21 13:17:24

Awalnya, Audrey melihat wajah tampan suaminya, namun begitu mendengar kata 'melayani', pandangannya pun langsung turun ke bawah.

Ya, di bawah sana. Matanya tertuju pada benda menyembul yang terletak di sela-sela kaki Earl.

Gadis itu menelan ludah dan pipinya bersemu merah. "Mati aku!"

Earl yang menangkap kelakuan nakal Audrey pun bertanya, "Apa yang kamu lihat?"

Malu, dia merubah cara duduknya. Kaki yang sempat mengangkang kini menutup rapat.

"Masih perlu aku menjawabnya?" tanya Audrey.

Kepala Earl seperti tertimpa batu. Dia pun berdiri, memijit keningnya yang pusing. "Apa kamu benar-benar masih seorang gadis?"

"Tentu saja," jawab Audrey dengan wajah polos tanpa dosa. "Mau mencoba?"

"Tidak. Terima kasih!" Earl menggelengkan kepala.

"Melayani bukan melulu soal ranjang. Sebenarnya apa yang ada di dalam otakmu itu?"

Sebuah pukulan ringan mendarat di dahi Audrey. Itu berasal dari jari telunjuk Earl Sanders.

"Sakitnya!" Gadis itu meringis, memegang jidatnya yang tertutup poni. "Kenapa kamu memukulku? Tidak takut aku melapor ke kantor polisi sebagai kasus kekerasan dalam rumah tangga?"

"Tentu saja tidak. Aku sedang mengajari istriku sopan santun, tidak ada hubungannya dengan KDRT!"

"Oh!" Audrey berpaling.

Sifat dan kelakuannya yang tak terduga membuat Earl kehilangan kata-kata dan ia merasa harus segera pergi dari kamar itu.

Tidak aman bersama gadis mesum seperti Audrey.

"Sudahlah, cepat bongkar barangmu dan periksa adakah yang tertinggal!"

Audrey yang ditinggal begitu saja pun kebingungan. Dia menoleh, Earl sudah tak terlihat. "Melayani apa? Setidaknya jelaskan padaku sebelum pergi?!"

***

Sesuai perintah, Audrey membongkar barangnya. Kemudian membersihkan tubuhnya dan makan malam.

Tidak ada cerita malam pertama atau mandi berdua karena mereka menikah bukan untuk itu.

Senggang, Audrey mengambil laptop. Masuk ke saluran di mana ia biasa melihat drama favoritnya. Karena seru, ia lupa waktu.

"Aku lapar!" Tiba-tiba Earl berkunjung ke kamar Audrey. Pria itu melewatkan makan malamnya tadi. "Tolong buatkan aku sesuatu!"

Audrey menoleh. "Aku tidak bisa masak."

"Yang sederhana saja. Telur dadar atau apapun itu." Terlalu malam untuk membangunkan koki dan dia tidak bisa memasak.

"Sudah besar begitu, tapi menggoreng telur pun tak bisa." Audrey mulai mengoceh, namun dia bangkit dari tempat duduknya. "Kasian sekali kamu kalau tidak menikah denganku hari ini."

Gadis itu pun turun ke bawah, berjalan ke dapur. Earl mengikutinya dari belakang sambil membawa laptop.

'Aku baru memukul jidatnya tadi, kenapa dia mau repot-repot memasak untukku?'

Merasa bersalah, Earl berjanji untuk tidak terlalu menyulitkan Audrey lagi di masa depan.

"Ngomong-ngomong, ke mana perginya Ayesha?"

Gadis itu membuka kulkas, mengambil telur. Selagi menunggu telurnya matang, Earl memilih duduk sambil melanjutkan pekerjaan yang hampir selesai.

"Dia?" Earl memperbaiki letak kacamatanya, melirik Audrey yang sedang memanaskan wajan. "Dia rindu ibunya."

Bohong. Sebenarnya Ayesha pulang ke rumah orang tuanya untuk memberi Earl kesempatan agar dia menghabiskan malam dengan Audrey.

"Barangmu bagaimana?" Pria itu sempat perhatian disela-sela memeriksa pekerjaan. "Ada yang tertinggal, nggak?"

"Harta karunku tertinggal," jawab Audrey tanpa menoleh. "Tapi nggak apa-apa, aku bisa mengambilnya besok."

Tangan Audrey sempat terhenti. Dia ragu. Setelah Earl memberi cukup perhatian, masihkah pantas ia memberikan telur yang jumlah garamnya sengaja ia gandakan?

"Lupakan!" Audrey mengurungkan niatnya.

Tidak baik mengerjai orang yang sedang lapar, bukan?

Telur goreng rasa lautan itu pun masuk ke perutnya dan ia mengganti menu yang lain. "Asin!" ucapnya saat menelan telur buatannya sendiri.

Earl yang melihat itu pun bertanya, “Aku memintamu membuatnya untukku kenapa kamu memakannya sendiri?”

Pria itu mendekat, mengambil suapan besar. Tapi Audrey menahannya. “Aku sarankan jangan makan ini!”

Dasar keras kepala, peringatan itu ia abaikan dan begitu telur itu masuk ke mulut, ledakan garam memenuhi rongga mulutnya.

Bukan jari telunjuk lagi yang ia gunakan untuk memukul dahi Audrey, namun gagang sendok yang ia pegang.

“Setiap kamu melakukan kesalahan, atau kamu berani mengerjaiku, aku akan memberimu hukuman!”

Tak ada lagi yang mereka bicarakan. Earl sibuk menyelesaikan pekerjaan sementara Audrey memotong sesuatu.

Tak lama kemudian, sup tahu pedas pun selesai dimasak.

Hari sudah larut, Audrey berpikir setidaknya biarkan Earl mengisi perutnya dengan sup yang hangat.

Rasanya? Tentu saja enak.

Bertahun-tahun hidup sendiri, Audrey terus memperbanyak keahlian demi bertahan hidup. Memasak adalah hal paling mudah untuknya.

"Makanlah!"

Semangkuk sup tahu tersaji di meja. Kuahnya berwarna kuning kemerahan. Ada tahu, sawi, zukini, daging dan bahan-bahan lain di dalamnya.

Taburan daun bawang di atasnya membangkitkan selera Earl untuk mencobanya.

"Bagaimana?" tanya Audrey.

"Lumayan." Earl mengangguk. Laptop yang sedari tadi menyala pun ia tinggalkan. Pertanda ia siap makan besar.

Pria itu menikmati sup buatan istri mudanya, sendoknya terus bergerak sampai dia menyadari ada yang salah dengan tubuhnya.

Sendok yang ia pegang jatuh dan ia mulai batuk-batuk. "Audrey, kamu?" Pria itu memegangi dadanya.

"Kenapa?" Kaget. Audrey berdiri. Memegangi pria itu sebelum dia jatuh.

Wajahnya merah padam dan ia kesulitan bernapas.

"Earl, jangan mati!" Audrey meletakkan kepala Earl ke pangkuannya, memeluknya. "Belum sehari menikah, apa kamu mau aku jadi janda secepat ini?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 90 Takutnya Direbut Orang

    Setelah mengantar Earl menemui ayahnya, Joshua pun undur diri. Praktis, tersisa Earl dan Hudson saja di ruangan besar itu. 'Pantas saja bisnis Joshua berkembang pesat dalam waktu singkat, ternyata dia memiliki bekingan sekuat Hudson.'Earl tahu, Joshua adalah pria yang hebat. Namun, memiliki kemampuan hebat saja tidaklah cukup.Uang, koneksi, dan dukungan penuh dari orang hebat seperti Hudson adalah hal yang tak kalah penting. Jujur, kenyataan ini membuat Earl insecure dalam beberapa aspek.Dia berbeda. Tak ada dukungan dari kakeknya meskipun dia lahir dikeluarga konglomerat. Bisnis kecil yang ia bangun pun kembang-kempis karena kurangnya modal yang ia punya.Itulah alasan ia masih bertahan sebagai Direktur Keuangan di perusahaan sang kakek. Dengan kondisinya yang seperti itu, jika Earl ingin menyamai pencapaian Joshua, takutnya ia membutuhkan waktu seumur hidup.Hanya memikirkannya saja sudah membuat Earl gugup. Lebih gugup lagi ketika Hudson ingin bertemu dengannya. Dia takut Hudson

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 89 Aku Nggak Selingkuh!

    Waaaa apa-apaan ini?' Audrey terkejut bukan main. Bisa-bisanya Joshua memeluknya di depan Earl. Kalau Earl marah dan menghukumnya bagaimana? "Sayangku, ini tidak seperti yang kamu lihat!" Panik, Audrey segera memberi Earl penjelasan. "Sumpah, aku nggak selingkuh. Aku nggak tahu kenapa Joshua memelukku!" Audrey tidak berbohong. Meskipun dia dan Joshua dekat, namun tidak ada benih-benih cinta yang tumbuh di hatinya. Namun, Earl malah diam membisu seperti patung. "Earl?" panggil Audrey lagi. 'Dia ini kenapa, sih?' Gadis itu mulai memaki dalam hati. 'Istrimu dipeluk orang. Serius kamu nggak marahin dia?' Saat ini, Earl memang tak bergerak. Namun, dahinya mengkerut dan matanya melotot tajam. "Katakan itu setelah kamu melepas pelukanmu!" ucapnya datar. "Ha?" Seperti orang bodoh, Audrey memiringkan kepalanya. "Apa maksudmu? Aku nggak ngerti!" "Maksudku, lepaskan Joshua dulu. Setelah itu kamu baru boleh mangatakan kalau kamu nggak selingkuh dengannya." Memang benar, Joshua lebih dul

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 88

    Matanya pun menyapu setiap sudut ruangan, tak ada yang aneh. Namun, mawar merah yang diletakkan di gelas-gelas kaca itu menarik perhatiannya. Dilihat dari bentuknya, Earl yakin bunga itu baru dipetik hari ini. Dia bahkan sampai membandingkan rumah Joshua dengan rumah kakeknya. 'Apa hanya perasaanku? Ku pikir rumah Joshua lebih besar dan lebih terang dari rumah kakek.' Sebenarnya, pria itu tertarik dengan rumah Joshua sejak ia memasuki halaman. Lampu-lampu menyala terang, padahal hari belum gelap. Meskipun Joshua berasal dari keluarga kaya, tetap saja, itu sedikit berlebihan. Selain itu, belasan pelayan yang menyambut kedatangan mereka juga tak kalah menarik perhatian. Penampilan mereka sangat rapi seperti baru mandi. Jumlah mereka pun sangat banyak. Buktinya, membutuhkan belasan pelayan hanya untuk menyambut kedatangan Audrey dan dirinya. Jika ini di rumah kakeknya, Earl yakin, sebagian besar pelayannya pasti sudah banyak yang beristirahat. Tak ada banyak pekerjaan yang bi

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 87

    "Oh, jadi Joshua yang memberikannya padamu?" Seulas senyum terukir di bibir Earl, namun senyum itu justru membuat Audrey semakin gugup."Y-ya." Audrey mengangguk lagi. Sekarang, menelan ludah pun rasanya sangat susah.Sementara itu, Earl yang cemburu berat pun teringat pada momen dimana ia meminta Audrey mencukur kumis dan jenggotnya. "Jangan-jangan, pria lain yang pernah kamu cukur itu, Joshua orangnya?"Earl berharap itu bukan, tapi itulah kenyataannya. Audrey menggaruk pipinya yang tidak gatal, kemudian menundukkan pandangannya. "I-itu memang dia, sih!"'Wah!' Rasanya Audrey nggak sanggup lagi duduk di mobil yang sama dengannya. Ingin sekali keluar dan pulang naik taksi, tapi Earl sepertinya tidak berencana melepaskan tangannya."Earl?!" panggil Audrey. Gadis itu memberanikan diri melirik Earl yang duduk di sampingnya. "Apa kamu ... marah?""Aku?" tanya Earl Sanders.Pria itu menghela nafas panjang. Pada tahap ini, dia sendiri pun bingung harus menjawab apa.Sebenarnya, dia tidak m

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 86

    Seluruh tubuh rasanya merinding mendengar kata sayang dari Joshua. Ponsel itu pun ia singkirkan dari telinganya. 'Sayang kepalamu!' umpatnya dalam hati. Dan begitu melihat Joanna melihat apa yajg dia lakukan, Audrey pun bertanya, "Apa kamu dengar apa yang dia katakan?" "Menurutmu?" Dahinya mengkerut sampai alisnya hampir menyatu. "Tentu saja tidak." 'Syukurlah!' gumam Audrey lagi. Bukan apa-apa, Audrey hanya takut Joanna salah paham. Takutnya dia mengira dirinya dan Joshua memiliki hubungan spesial. Audrey pun menjauh, volume suaranya juga ia kecilkan. "Berhenti memanggilku sayang. Aku bukan sayangmu!" Audrey bahkan terus mengoceh tanpa memberi Joshua kesempatan untuk bicara. "Shua, apa kamu masih ingat? Hari itu, kamu memohon padaku dan berjanji akan melakukan apa saja asal aku memaafkanmu?" Hari itu, maksudnya adalah saat Joshua mengurung Audrey di rumahnya selama tiga hari. Setelah kejadian itu, Audrey memblokir semua akses. Tidak hanya memblokir kontak Joshua, dia bahkan t

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 85

    Gadis itu mengenakan celana gombrong dan kaus tanktop yang ia balut dengan kemeja oversize. Meskipun beda motif dan warna, tapi gaya berpakaiannya sangat persis dengan Audrey. Bedanya, rambut Joanna diwarnai, sedangkan Audrey tidak. "Pengen aja," jawab Audrey. "Yakin?" Alis Joanna terangkat ke atas. Mereka memang sudah lama tidak bertemu, tapi Joanna tahu persis apa yang Audrey suka dan tidak suka. Gadis itu paling benci memakai masker karena itu membuatnya sulit bernafas. Joanna pun berdiri, menarik masker yang Audrey kenakan. Topi yang menutup kepalanya pun ia lepaskan juga. Setelah semuanya hilang, Joanna baru tahu alasan Audrey memakainya. Dahinya diperban, bibirnya terluka. Joanna nggak yakin, tapi penampilannya yang seperti ini mirip seperti korban bullying. "Bilang sama aku. Siapa yang berani mukul kamu sampai babak belur begini?" Marah? Jelas! Baginya, Audrey terlalu imut untuk disakiti. "Kalau aku memberitahumu, memangnya apa yang akan kamu lakukan?" Jus je

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status