Share

Bab 7

Author: Ufuk Timur
last update Last Updated: 2025-10-04 05:41:53

"Bagaimana, Dokter?" tanya Audrey ketika Dokter keluar dari ruang perawatan.

"Sudah diberi obat, Earl boleh pulang setelah baikan."

Dokter pun pergi dan Audrey menemui Earl yang belum siuman. Ada Edgar dan Murphy juga di sana. Berdiri di sebelah ranjang untuk melihat kondisi Earl.

Diantara mereka, hanya Edgar yang penampilannya 'agak' pantas dilihat.

Pria itu berbadan tinggi. Tubuhnya berotot juga, tapi tidak sebesar Murphy. Dia memakai piyama polos berwarna biru dongker, masih tampan meskipun rambutnya acak-acakan.

Sedangkan Murphy memakai piyama berwarna cokelat. Sebenarnya cocok saja dengan warna kulitnya, tapi agak memalukan karena bermotif polkadot.

Sangat tidak sesuai dengan bentuk tubuhnya yang super besar dan kekar.

Sementara Audrey memakai piyama warna hitam bermotif kotak-kotak. Dialah yang paling mencemaskan Earl.

Sendalnya? Audrey lupa di mana ia meletakkannya. Dia telanjang kaki sekarang.

"Earl alergi jamur, kamu tidak tahu itu?" Si perfeksionis Edgar menegur Audrey.

Untung saja mereka cepat membawa Earl ke rumah sakit, kalau tidak, bisa-bisa Earl harus opname selama beberapa hari.

Sama seperti satu tahun yang lalu. Earl pernah tak sengaja memakan jamur. Dan hari-hari berikutnya ia habiskan di rumah sakit. Dia bahkan harus dirawat selama tiga hari penuh.

"Aku tidak tahu!" Penyesalan menghinggapi Audrey.

Audrey memang menambahkan beberapa jamur tadi, ukurannya yang kecil dan jumlahnya yang sedikit membuat Earl tak menyadari ada bahan itu di dalam sup.

"Lain kali aku akan berhati-hati!"

Matanya mulai menggenang, dia hampir membunuh orang lagi. Kalau itu terjadi, neraka pun sepertinya enggan menerimanya.

Kalau saja waktu bisa diputar, Audrey akan menurut. Dia akan membuat telur seperti yang Earl katakan. Atau, dia akan bertanya padanya, apa yang boleh dan tak boleh dia makan.

"Cepatlah bangun! Aku lebih suka kamu bangun lalu membuliku daripada terbaring seperti ini."

Tak berselang lama, Earl pun siuman. Ada beberapa ruam di kulitnya dan itu terasa panas dan gatal. Saat dia menggaruknya, Audrey berkata, "Jangan digaruk!"

"Lalu aku harus bagaimana?" tanyanya setengah putus asa.

"Aku akan mengoleskan salep untukmu!" Gadis itu pun mengoleskan salep yang dokter berikan.

Karena sakit, Earl tak banyak menuntut. Dia menurut saja saat Audrey mengoleskan salep ke tubuhnya.

"Ini salahmu!" Disela-sela mengobatinya, Audrey mengoceh. "Seharusnya kamu memberitahuku kalau kamu alergi jamur!"

Earl baru siuman. Kesadarannya juga masih remang-remang. Omelan itu membuatnya pusing. "Cerewet! Diamlah dan biarkan aku istirahat!"

Audrey, langsung menunduk. Hatinya sakit saat pria itu membentaknya. Dia melarang Earl menggaruk kulitnya agar tidak meninggalkan bekas luka. Selain itu, dia juga ingin pria itu cepat sembuh.

Beberapa saat kemudian, efek obat pemberian dokter membuat Earl tertidur. Dia bahkan tak ingat bagaimana caranya pulang ke rumah.

Namun saat membuka mata keesokan harinya, ia sadar ia tak tidur di kamarnya.

"Di mana ini?"

Silau. Gorden kamar itu terbuka lebar, sinar matahari bebas menembus kaca sesuka hati. Anehnya, Audrey tak terganggu dengan itu.

Gadis itu tidur di kursi. Kepalanya ia sandarkan ke ranjang di mana Earl tidur di atasnya.

"Mimpi apa dia?"

Gadis itu tersenyum. Giginya putih dan ia memiliki satu gigi gingsul. Ini adalah senyum Audrey yang Earl lihat untuk pertama kali. Agak aneh, tapi saat dia tersenyum, rasanya tidak buruk juga.

"Sudah bangun?" Edgar masuk tanpa mengetuk pintu.

Earl batuk pelan, memalingkan pandangannya dari Audrey. "Ya," katanya.

Mendengar suara ribut, Audrey terbangun. Gadis itu melihat Earl sedang berbincang dengan Edgar.

"Kamu?" kata Edgar tiba-tiba.

Pria itu menunjuk Audrey. "Pergi cuci mukamu sana!"

"Ya." Audrey mengangguk. Gadis itu bahkan tidak bertanya apa Earl sudah baikan.

***

"Apa?" Gadis itu duduk di samping ranjang. Tak tahu alasan Earl memanggilnya. Pria itu sedang mengulurkan tangannya sekarang.

"Berikan kartumu!"

"Tapi kenapa?" Memberikan kartu, itu artinya Earl meminta kembali satu juta dollar yang telah ia berikan.

Audrey sangat terkejut, dia bahkan belum sempat menggunakan uang di dalamnya dan Earl sudah merampasnya.

"Kamu pikun, ya?" Earl pun mengingatkan apa yang sudah Audrey lakukan kemarin. "Kamu lupa kamu sudah menyentuhku?"

"T-tapi ... ?!" Audrey mendadak gagap.

'Menyentuh' yang ia sebut dalam perjanjian adalah berhubungan layaknya suami istri, bukannya menyentuh untuk mengoles obat. "Aku hanya mengoleskan obat?!"

"Tetap saja namanya menyentuh. Ayo, cepat berikan! Lagipula kamu harus mengganti biaya rumah sakit semalam. Aku sakit karena kamu!"

"Begitu bangun, kamu langsung membuliku?" protes Audrey.

"Memangnya kenapa?" Earl menatap Audrey tanpa rasa bersalah.

Pria itu mendengar apa yang Audrey katakan semalam. Karena gadis itu sepertinya sangat suka di buli, Earl tak keberatan mewujudkan keinginannya.

"Bukankah itu yang kamu inginkan?"

"Kamu?" Audrey menghentakkan kakinya ke lantai. Kemudian pergi mengambil kartunya.

Rasa bersalah membuatnya menuruti kemauan pria itu.

Earl pun mengambil kartu dari tangan Audrey dan menyimpannya. "Sekarang ambil pulpen dan kertas!"

"Pulpen, kertas? Untuk apa?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 12

    Melihat Audrey pingsan, Ayesha langsung memanggil dokter ke rumah. "Bagaimana, Dokter?" "Dia hanya kelelahan," jawab Dokter. "Biarkan dia istirahat. Dia akan sembuh satu atau dua hari." "Baiklah. Terima kasih, Dokter!" kata Ayesha. Sebelum pergi, dokter itu meninggalkan beberapa obat untuk Audrey. Ayesha yang tak memiliki waktu untuk menjaganya pun menyerahkan tugas itu kepada Rina. "Aku ada urusan di luar, baru pulang nanti malam. Kamu urus dan jaga dia!" "Baik, Nyonya!" jawab Rina. Kebetulan, Murphy masih ada di kamar itu. Dia membantu Rina mengangkat kepala Audrey agar Rina bisa memberi obat. "Coba periksa, badannya panas sekali, kan?" kata Murphy. Rina pun memeriksa kening Audrey, lalu mengambil baskom berisi air hangat. "Murphy, kamu boleh keluar. Aku akan mengompresnya sekarang." "Panggil aku kalau kamu butuh bantuanku!" Murphy pun meninggalkan kamar Audrey, sementara Rina mulai mengompresnya. Rina bahkan mengganti pakaian Audrey dengan baju tidur agar gadi

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 11

    "Tidak mau!" Audrey beringsut mundur. "Aku tidak menginginkannya." "Benarkah?" Senyum tipis menghiasi bibir Earl. "Tapi kemarin kamu menginginkannya lagi dan lagi. Baru sehari, kamu sudah lupa?" Audrey tak tahu omong kosong yang sedang Earl katakan. Mereka tidak pernah melakukan apa-apa, tapi Audrey tidak memiliki waktu untuk bertanya. Earl sudah naik ke ranjangnya sekarang, mencegah pria itu menodainya adalah hal penting yang harus dia lakukan. "Jangan, Earl! Kumohon jangan mendekat!" Sayangnya Earl mengabaikan larangan itu. Tak hanya menindih, Earl bahkan menyusuri leher gadis itu dengan buas. Adegan seperti ini, Audrey baru pertama kali melakukannya. Itu membuatnya malu dan tak nyaman. "Earl, sadarlah!" Gadis itu mendorong tubuh suaminya. Bukannya menjauh, jaraknya malah semakin dekat karena perbedaan kekuatan yang terlalu besar. Audrey bahkan merasakan Earl mulai menghisap dan menggigit lehernya seperti vampir. "Earl, aku bilang henti,-" Teriakan Audrey terputus. Earl mem

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 10

    "Ingat, kamu tak boleh ke mana-mana!" begitulah pesan yang Earl tinggalkan sebelum ia pergi. "Aku tahu!" kata Audrey. Karena Earl bekerja, Audrey tak perlu memasak. Dia pun berinisiatif membantu pelayan. Kebetulan mereka sedang mengganti bunga hidup yang mulai layu. "Nona Audrey, jangan!" Rina, kepala pelayan berusia 40-an melarang Audrey melakukan pekerjaan itu. "Kenapa?" Terbiasa bekerja, lalu tidak melakukan apa-apa membuat Audrey bosan. Makanya dia ingin membantu. Hanya merapikan bunga saja, Audrey bisa melakukan itu karena dia pernah bekerja part time di toko bunga saat kuliah. "Nanti Tuan Earl marah!" jawab Rina. "Dia?" Alisnya mengkerut. "Kenapa dia marah?" "Tuan sudah berpesan, tugas Nona hanya melayani Tuan Earl, Nona dilarang melakukan pekerjaan yang lain." "T-tapi?!" Ah, sudahlah. Pria arogan itu tak henti-hentinya membuat Audrey terkejut. Padahal, dia sudah membunuh putrinya, sudah mengirimnya ke rumah sakit, tapi kenapa dia masih begitu baik? Bahkan

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 9

    "Aku sudah membuka bajuku, dan kamu masih bertanya nafkah apa yang kubicarakan. Kamu itu polos atau bagaimana?" Atasan piyama itu terlepas dari tubuh atletisnya dan Audrey melihat perutnya yang kotak-kotak. Pemandangan seperti ini, Audrey sudah sering melihatnya, namun rasanya berbeda saat Earl melakukannya. Ada perasaan ingin menyentuh, tapi tak berani. Ingin berpaling, tapi sayang jika dilewatkan. Kapan lagi ia bisa melihat pemandangan indah yang memanjakan mata seperti ini? "Cepatlah!" kata Earl. Akhirnya kata itu menyadarkan Audrey dari lamunan. Gadis itu mengambil piyama Earl dan melemparkannya ke pangkuan. "Kamu salah paham. Aku minta uang, bukan hal menjijikkan itu!" "Jadi kamu mau atau tidak?" "Tentu saja tidak!" Audrey berpaling, lalu melipat tangan. "Karena kamu sudah sehat, sebaiknya kamu pindah ke kamarmu. Aku juga ingin tidur di kasur!" "Aku masih sakit." Tanpa memakai piyamanya, Earl langsung merebakan dirinya ke ranjang. Menepuk-nepuk bantal di sebelahnya dan be

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 8

    "Mencatat apa yang boleh dan tidak boleh kumakan." Audrey menurut. Gadis itu mengambil kertas dan pulpen, siap menulis. "Pertama, aku alergi jamur. Catat itu agar kamu tak lupa!" Audrey mulai menulis, namun dahinya mengkerut. 'Hanya alergi jamur saja apa perlu di catat? Aku bisa mengingatnya seumur hidup'. "Kedua, aku tidak makan kacang-kacangan yang di goreng. Aku hanya makan kacang yang proses masaknya direbus." "Apa bedanya?" Audrey mulai memprotes. Entah itu direbus, disangrai, atau digoreng, semuanya tetap kacang. "Kamu alergi juga?" Earl menggelengkan kepalanya. "Nggak. Cuma ngga suka aja!" "Lalu kenapa aku harus menulis ini?" Earl suka atau tidak, itu bukan urusan Audrey. Seharusnya pria itu cukup memberitahunya apa yang membuatnya alergi dan tidak boleh dimakan. Mereka tidak sedang melakukan pendekatan. 'Dia pikir siapa dirinya sampai aku harus mengingat makanan favoritnya?' Seolah tahu apa yang sedang Audrey pikirkan, Earl pun berkata, "Mulai hari ini tugasmu memasa

  • Gelora Cinta Tuan Muda Kepada Istri Muda   Bab 7

    "Bagaimana, Dokter?" tanya Audrey ketika Dokter keluar dari ruang perawatan. "Sudah diberi obat, Earl boleh pulang setelah baikan." Dokter pun pergi dan Audrey menemui Earl yang belum siuman. Ada Edgar dan Murphy juga di sana. Berdiri di sebelah ranjang untuk melihat kondisi Earl. Diantara mereka, hanya Edgar yang penampilannya 'agak' pantas dilihat. Pria itu berbadan tinggi. Tubuhnya berotot juga, tapi tidak sebesar Murphy. Dia memakai piyama polos berwarna biru dongker, masih tampan meskipun rambutnya acak-acakan. Sedangkan Murphy memakai piyama berwarna cokelat. Sebenarnya cocok saja dengan warna kulitnya, tapi agak memalukan karena bermotif polkadot. Sangat tidak sesuai dengan bentuk tubuhnya yang super besar dan kekar. Sementara Audrey memakai piyama warna hitam bermotif kotak-kotak. Dialah yang paling mencemaskan Earl. Sendalnya? Audrey lupa di mana ia meletakkannya. Dia telanjang kaki sekarang. "Earl alergi jamur, kamu tidak tahu itu?" Si perfeksionis Edgar menegur Aud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status