Share

Jebakan Queen

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2024-04-21 18:33:04

Flash back off...

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu, membuat sosok lelaki yang tengah berada di dalam kamar mandi itu terkesiap. Menyudahi lamunannya akan sosok gadis yang nekad memberinya ciuman pertama di lima tahun yang lalu.

"Sayang ... Kamu gak kenapa-napa 'kan?" tanya seorang perempuan yang berada di balik pintu kamar mandi. Nada bicaranya terdengar khawatir.

Samudra menghela berat seraya mengusap wajah. Suara Jannet—perempuan yang baru saja resmi menjadi istrinya menyadarkannya—jika saat ini dia sudah menjadi seorang suami.

"Ya, Sayang. Aku baik-baik aja, kok," sahut Samudra, sambil menatap pantulan dirinya yang masih bertelanjang dada di depan cermin wastafel. Dia baru saja selesai mandi dan baru sadar jika sudah terlalu lama berada di dalam sini.

"Oh, oke. Aku pikir kamu pingsan di dalem," kata Jannet.

"Enggak, Sayang."

"Jangan kelamaan. Aku keburu ngantuk."

"Iya."

Dari dalam kamar mandi mewah itu terdengar suara langkah kaki yang menjauh, pertanda jika Jannet sudah pergi dari tempatnya berada.

"Inget, Sam. Kamu udah nikah. Untuk apa kamu masih mikirin Queen. Dia pasti baik-baik aja. Dia gadis yang kuat."

Kekhawatirannya terhadap Queen rupanya sangat mempengaruhi suasana hati Samudra saat ini. Lelaki itu terus memikirkan keadaan Queen—gadis yang sejak lama menyukainya. Lima tahun sudah berlalu sejak dia diberikan amanah oleh Alex—daddy-nya Queen untuk menjaga putrinya saat kuliah di Singapur.

Dan saat setelah mereka kembali ke Indonesia, Samudra memutuskan untuk menikahi sang kekasih—Jannet. Keputusan tersebut disambut baik oleh keluarga besarnya, terutama orang tua angkatnya.

"Maafin aku, Queen. Demi membuktikan ke Om Alex kalo aku gak pernah punya perasaan sama kamu, aku terpaksa lakuin ini. Aku memang pengecut. Aku gak mau hubungan antara kita sebagai kakak adik rusak karena perasaan gak masuk akal ini. Selama lima tahun terakhir aku mati-matian berusaha menekan perasaan ini, supaya keluarga kita tetap seperti dulu."

Tak pernah sedikit pun Samudra melupakan perkataan Alex pada malam itu. Samudra juga tidak pernah melupakan pesan dari maminya—Niken. Sang mami secara terang-terangan tidak mengizinkannya memiliki hubungan dengan Queen. Entah karena alasan apa, Samudra tidak berani bertanya.

"Aku sekarang udah jadi suami. Aku juga cinta sama Jannet." Samudra terus meyakinkan dirinya jika keputusannya itu sudah tepat, meski di sudut hatinya terselip rasa bersalah.

Fokus Samudra saat ini hanya Jannet—istrinya.

"Tapi, kira-kira Queen ke mana? Kenapa dia gak dateng?"

Terakhir kali Samudra melihat Queen dua hari yang lalu, itu pun tanpa ada komunikasi seperti biasa. Samudra merasa ada yang berbeda dengan sikap Queen.

"Ke mana anak itu?"

****

Di suatu tempat yang terlihat remang-remang dan bising, seorang gadis cantik tengah menikmati patah hatinya seorang diri di meja diskotek. Sosok gadis yang dua hari ini membuat orang khawatir lantaran tak ada kabar.

"Bang Sam jahat! Bang Sam tega!" Bibirnya yang dipoles lipstik warna merah tak berhenti mengutuk nama seseorang yang sangat dicintainya. "Aku benci Bang Sam!"

Queen—merasa dunianya hancur. Kisah cinta pertamanya harus berakhir tragis tanpa dia bisa memulainya lebih dulu. Dia tak berhasil mengambil hati Samudra. Dia sudah gagal memperjuangkan perasaannya.

"Yang nikah sama kamu itu harusnya aku, bukan si Jammet!"

Pernikahan Samudra dengan Jannet benar-benar tak pernah disangka-sangka oleh Queen. Dia mengira selama ini Samudra menyukainya. Namun, pada kenyataannya, lelaki itu tak sedikit pun membalas perasaan Queen.

"Lima tahun aku ngejar, tapi gak ngaruh apa-apa ke dia. Sialan! Ini gara-gara Jamet!" umpat Queen sambil menuangkan minuman ke gelasnya yang sudah kosong. Minuman berkadar alkohol rendah dan baru pertama kali dia cicipi.

Dalam sekali teguk Queen menenggak minuman agak asam tersebut. Rasa pahit bercampur sensasi dingin menggelitik kerongkongannya.

"Pasti malam ini dia lagi ngerayain pesta pernikahan sama istrinya. Ck, sialan! Dia di sana seneng-seneng. Sementara aku di sini kaya orang bego meratapi kekalahan. Gak! Gak bisa! Aku gak bisa kaya gini! Aku gak boleh kalah sama si Jammet itu. Gak boleh!"

Tiba-tiba muncul sebuah ide gila di otak gadis berambut ikal itu. Sebuah ide yang tak seorang pun akan mengira.

"Aku harus dapetin Bang Sam gimana pun caranya. Ya, aku pasti bisa. Aku harus gagalin malam pertamanya dia sama Jammet. Maafin aku Bang, kalo kali ini aku bertindak di luar batas!"

Queen bergegas beranjak dari tempat bising itu. Tujuannya saat ini adalah apotek. Dia akan membeli sesuatu yang untuk pertama kalinya dia akan gunakan.

~~~

Setelah membeli apa yang dibutuhkan, Queen kembali ke apartemen yang dia beli menggunakan uangnya sendiri. Gadis itu memilih tinggal sendiri sebab dia ingin belajar hidup mandiri. Meski sang bunda sempat tidak setuju dengan keputusan Queen pada saat itu.

Berbeda dengan profesi sang ibu yang memiliki butik ternama di Bali, dan sang ayah yang merupakan pebisnis ternama di negara Singapur. Queen memilih pekerjaan yang tidak banyak orang ketahui terutama keluarga besarnya. Ilmu yang dia dapat selama kuliah di Singapur pun tidak disia-siakan begitu saja.

"Aku udah dapetin ini. Kira-kira bakal beneran berpengaruh gak ya, ke Bang Sam?" Manik Queen menyipit, membolak-balik kemasan plastik klip transparan berisikan beberapa tablet kecil warna putih cerah di jemari lentiknya.

"Pertama yang mesti aku lakuin adalah ngaktifin hape. Udah dua hari aku gak aktifin hape. Pasti banyak panggilan dari Bunda sama Daddy. Kalo Bang Sam khawatir gak, ya?"

Ponsel yang sudah dua hari diabaikan oleh sang pemilik, dan hanya tergeletak di dalam laci nakas, pada akhirnya kembali diaktifkan. Dugaan Queen pun tak meleset. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari orang-orang terdekatnya tak terkecuali dari Samudra.

Puluhan chat pun masuk satu persatu. Beberapa chat tersebut paling banyak dari Suci.

[Maafin Queen, Nda. Queen lagi pengen sendiri. Queen lagi ada kerjaan di luar kota. Bunda gak usah khawatir.]

Pesan balasan pun terpaksa dikirim ke nomor sang Bunda agar perempuan yang melahirkannya itu tak merasa khawatir lagi. Selanjutnya, Queen juga membalas pesan dari Alex—daddy-nya. Lalu, Evan—papanya.

Queen sadar apa yang dia lakukan tidaklah benar. Membuat khawatir semua orang. Namun, dia pun tak mempunyai hati yang besar untuk menerima kenyataan pahit ini.

"Sekarang kita liat, apa Bang Sam beneran gak peduli sama aku? Kalo dia peduli, dia bakal ninggalin istrinya buat nyusul ke sini. Oke. Aku akan coba tes dia kali ini."

Hal pertama yang dilakukan Queen adalah mengambil botol kaca warna gelap, yang berisi beberapa pil penenang dari kresek apotek. Dia membelinya bersamaan dengan obat lain, yang nantinya akan digunakan kepada Samudra.

Kemudian Queen memotretnya. "Aku akan kirim foto ini ke Bang Sam. Kita liat gimana reaksinya."

Queen pun mengirimkan gambar yang dia ambil barusan ke nomor Samudra. Selanjutnya, dia menambahkan beberapa kalimat untuk mengetes lelaki itu.

[Bang Sam gak usah peduliin aku lagi. Peduliin aja si Jammet. Selamat atas pernikahannya. Setelah ini aku gak akan ganggu Bang Sam lagi. Aku akan pergi selama-lamanya dari dunia ini. Selamat tinggal. Berbahagialah dengan cintamu.]

Pesan balasan terkirim, tetapi masih centang abu-abu. Dengan dada berdebar kencang Queen menunggu centang dua tersebut berubah warna.

"Apa dia udah tidur?" duga Queen sambil memastikan lagi angka yang menunjukkan masih pukul sepuluh malam. "Apa jangan-jangan?"

Namun, dugaan gadis itu terjawab setelah menunggu beberapa menit kemudian. Garis centang dua telah berubah menjadi biru, dan itu tandanya Samudra sudah membaca pesannya.

"Belum tidur rupanya." Sudut bibir kiri Queen naik. Beberapa detik kemudian berubah menjadi seringai saat Samudra membalas chat-nya.

[Jangan gila kamu, Queen! Kamu sekarang ada di mana? Kita bisa selesaikan ini baik-baik. Kamu ada di apartemen 'kan? Tunggu aku! Aku akan ke sana secepatnya!]

Queen tertawa puas membaca sederet kalimat dari Samudra. "Aku pikir kamu gak peduli. Ternyata kamu setakut itu, Bang. Baiklah. Kita akan mulai permainan ini. Pasti akan seru."

Queen memilih tak membalas chat dari Samudra, dia melempar ponsel ke sembarang tempat.

"Mending aku siap-siap. Sekitar sepuluh menit Bang Sam dateng ke sini." Queen bergegas mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Samudra ke apartemennya.

~~~

bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Susi Atun
makin seru ceritanya lanjuuuuuttt........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Ending...

    "Maafin aku, Sam. Selama ini aku udah banyak bohong sama kamu," ucap Jannet, menyadari kesalahan yang sudah dia buat di belakang Samudra—pria baik yang sempat singgah di hatinya. Keserakahannya membuat hubungannya dengan Samudra berantakan. "Ya. Aku udah maafin kamu." Samudra mengusap lengan Jannet sebentar. Maniknya menatap pada perut mantan istrinya itu. "Gimana kondisi janinnya? Sehat 'kan?" Jannet mengangguk. "Dia sehat." "Justin mau tanggungjawab 'kan?" Samudra berharap kehidupan Jannet bisa lebih baik lagi setelah ini. "Mau. Minggu depan kami menikah secara siri." "Syukurlah." "Kalau kehamilan Queen, gimana?" Jannet tiba-tiba menanyakan perihal kehamilan Queen, yang sama sekali tidak diketahui oleh siapa pun kecuali orang terdekat. Tentunya Samudra terheran sekaligus terkejut. "Darimana kamu tau kalau ..." Jannet tersenyum, tak ada lagi kebencian di matanya ketika membahas Queen. "Aku sempat lihat dia di rumah sakit. Dan kebetulan, dokter yang menangani kami sama." Samu

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Bab-35

    Hari yang dinanti-nanti oleh Samudra pun akhirnya tiba. Hari ini merupakan hari di mana dia akan benar-benar berpisah dengan mantan istrinya, Jannet. Setelah ini lelaki yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah itu sudah memiliki banyak sekali rencana. "Kamu yakin gak mau aku temenin?" Queen mencoba memastikan sekali lagi, meski dia akan mendapat jawaban yang sama dari sang suami, yang sudah siap berangkat pagi ini. Samudra mengangguk, sambil mencolek dagu sang istri. "Iya, Sayang. Kamu gak perlu ikut ke pengadilan. Capek. Lagipula ini adalah urusanku." Bibir bawah Queen mencebik, "Iya, deh. Aku juga males kalo ketemu mantan istrimu. Ngeri." Selanjutnya dia terkikik, sambil menggamit lengan Samudra. "Ayo sarapan dulu. Tadi aku udah siapin sarapan spesial buat suamiku yang ganteng ini." "Wah ... Wah ... Si kriwil udah pinter masak sekarang. Jadi gak sabar aku." "Enak aja kriwil! Ngomong-ngomong aku udah gak kriwil, ya!" sungut Queen, pura-pura kesal, padahal dalam hat

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Akhir

    Dua pekan berlalu, semenjak kehamilan Queen diketahui oleh keluarganya, situasi perempuan itu semakin rumit. Kebebasannya seolah direnggut paksa oleh orang-orang yang menurutnya terlalu berlebihan dalam menjaganya. Dengan alibi—ingin melindunginya dan bayinya. Tak hanya itu, dia pun tak lagi bisa bebas bertemu dengan Samudra sebelum lelaki itu resmi bercerai dari istrinya. Lantas, bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Samudra? Alex selaku ayah yang mengadopsi Queen mempunyai caranya sendiri. Sama halnya seperti yang lelaki itu lakukan pada Suci dahulu kala. Alex menyarankan agar Queen dan Samudra menikah secara agama terlebih dahulu, sampai bayi yang ada di dalam kandungan lahir. Sambil menunggu status Samudra benar-benar jelas. "Kita ini udah nikah, tapi, kenapa Daddy ngelarang kita tinggal bersama? Apa menurut Bang Sam ini gak terlalu berlebihan, ya? Gak enak banget gak bisa ketemu kamu." Queen terus mengeluh sejak di tiga puluh menit pertama dia dan Samudra melakukan pan

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Jalan keluar

    Bagi Suci, hal paling terburuk dalam hidupnya ialah gagal menjadi orang tua. Dia merasa gagal sebab kini masa lalu kelamnya seperti terulang kembali. Ya, entah Suci akan menganggapnya sebagai apa. Yang jelas, hatinya saat ini hancur lebur. 'Queen hamil ...' Dua kalimat tersebut tak berhenti berdengung di telinga Suci. Mengakibatkan air matanya kian deras mengalir membasahi pipi. "Bunda ...." Panggilan dari sang anak yang menjadi penyebab kesedihannya menyadarkan Suci. "Queen?" Suara Suci nyaris tak terdengar, karena cekat di tenggorokan yang kian menghimpit. Sesak di dadanya makin terasa. Pandangannya sedikit mengabur. Kedua bola matanya menatap nyalang sang anak yang berdiri berdampingan dengan Samudra. Alex yang sedari tadi kebingungan serta bertanya-tanya berinisiatif menghapus jejak basah di pipi Suci. "Sayang ...." Suara khas Alex mampu mengalihkan perhatian Suci. Kini, dia bisa melihat dan merasakan—kekecewaan dari sorot manik bulat itu. "Mas ...." Kelopak m

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Kebetulan tak terduga

    Beberapa menit sebelumnya.... Suci menghempas punggungnya ke sandaran kursi sambil menghela panjang. "Akhirnya selesai juga. Tinggal cari bahan sama pesen payet," gumamnya, setelah berhasil menyelesaikan sketsa gaun pengantin pelanggannya. Seharian ini Suci lumayan sibuk sebab dia akan mempersiapkan koleksi-koleksi terbarunya di tahun ini. Masih banyak yang belum sempat dia selesaikan. Ditambah dengan pesanan gaun yang tak pernah berhenti. Suci cukup kewalahan. "Si Niken berangkat gak, sih hari ini? Kenapa seharian aku gak liat dia?" Saking sibuknya, Suci sampai tidak beranjak sedetik pun dari ruangannya. Sampai-sampai dia baru menyadari jika dia belum melihat Niken seharian ini. "Apa dia gak berangkat, ya?" pikir Suci, mengira jika sang sahabat tidak masuk kerja. "Coba aku cek aja, deh." Daripada penasaran, lebih baik dia memastikannya saja langsung. Tanpa menunggu lagi, Suci bergegas beranjak dari tempatnya, lalu keluar ruangan, dan menuju ruangan Niken. Ketika di

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Terungkap

    Sore-sore begini, tidak biasanya Queen baru bangun tidur. Dia bahkan terbilang jarang sekali betah berada di rumah jika sedang tidak ada pekerjaan. Biasanya, Queen akan menghabiskan waktu di berbagai tempat—mencari inspirasi untuk konten-kontennya. Ah, mengenai konten. Queen sudah lama tidak mengunggah postingan di laman private-nya. Akun rahasia yang tidak ada satu orang pun yang tahu. Termasuk Samudra. Queen sangat berhati-hati untuk hal yang satu itu. "Jam berapa sekarang?" Queen bergumam sambil beranjak dari kasur ternyaman, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia berencana mandi, sebab dari sejak pagi rasanya sangat malas sekali untuk sekadar mencuci muka. "Astaga mukaku!" Ketika bercermin, Queen nampak syok dengan kondisi wajahnya yang sangat kucel. Rambutnya pun sangat lepek. Apalagi di beberapa bagian tubuh seperti ada yang berubah. "Kayaknya aku tambah gemuk, deh? Payudaraku kayak tambah gede," cicit Queen, meraba-raba bagian dada yang dia rasa berubah bentuk. "

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status