"Kita akan kembali ke kota siang ini, Belinda," seru Luca saat Pak Yonan dan Grace sudah keluar dari ruangan klinik itu. Belinda yang sudah duduk di ranjangnya pun langsung membelalak mendengarnya. "Apa? Kembali ke kota? Pekerjaan kita di sini belum selesai, Luca. Kita saja baru tiba kemarin." "Tapi kau terluka, Belinda. Aku dan Pak Yonan sudah setuju menjadwal ulang waktu untuk melakukan survey lokasi, tapi saat ini, kesembuhanmu lebih penting."Belinda langsung menggeleng dan mendadak cemas. Kalau pekerjaannya tidak selesai, Daniel bisa mengamuk. Walaupun Daniel sudah fokus di politik, tapi bukan berarti Daniel melepas sama sekali perusahaan. Daniel hanya tidak terlibat aktif, tapi semua yang terjadi di perusahaan yang mendatangkan keuntungan besar baginya, tentu saja masih menjadi concern-nya. "Tidak, Luca! Aku baik-baik saja, aku masih bisa bekerja dan kita lanjutkan saja survey lokasinya. Lagipula ... akhh!" Belum sempat Belinda selesai berbicara, Belinda sudah kesakitan saat
Luca dan Belinda sontak menoleh bersamaan ke arah sumber suara dan mereka pun membelalak menatap sosok Daniel di sana. Ya, Daniel langsung pulang setelah ditelepon oleh Pak Yonan karena Pak Yonan merasa bersalah setelah melihat Belinda terluka. Tentu saja Daniel merasa marah pada istrinya itu, tapi demi citra baiknya di depan Pak Yonan yang merupakan orang penting itu, Daniel pun langsung pulang dengan penerbangan paling cepat yang bisa ia dapatkan. Dan di sinilah Daniel, merasa terkejut sendiri melihat Luca yang sedang membopong Belinda dengan begitu mesra. "D-Daniel?" lirih Belinda yang langsung kebingungan turun dari gendongan Luca. Luca sendiri menurunkannya, tapi tetap memegangi Belinda yang oleng dan masih belum bisa berdiri dengan sempurna itu. "Kami mengalami sedikit insiden yang tidak menyenangkan di resort. Kaki Belinda terkilir dan bengkak, karena itu, kami pulang lebih cepat, dan aku sedang membantunya masuk barusan," jelas Luca. "Tapi aku juga terkejut melihatmu pula
Jantung Belinda langsung berdebar tidak karuan menatap Luca berdiri di depan pintu toiletnya, apalagi mendengar pertanyaan pria itu. Entah bagaimana Luca bisa berada di rumah sakit dan bagaimana mereka bisa bertemu seperti ini. "Apa yang terjadi dengan wajahmu, Belinda?" ulang Luca sambil menatap lekat wajah Belinda. Namun, Belinda tidak mau memperpanjang masalah dan buru-buru memakai kembali maskernya. "Tidak ada. Aku tidak apa. Permisi!" seru Belinda yang ingin melarikan diri dari Luca. Namun seperti biasa, Luca tidak akan membiarkan wanita itu lepas darinya. "Tunggu, Belinda! Buka maskermu!" seru Luca sambil langsung mencengkeram lengan Belinda. "Akh, sakit, Luca, lepaskan aku!" "Buka maskermu, Belinda! Aku mau melihatnya!" "Melihat apa?" "Lebam di dagumu!" "Lebam apa? Kau salah lihat. Aku ke sini hanya untuk memeriksa kakiku." "Jangan berpura-pura di depanku, Belinda. Buka atau aku yang akan membukanya sendiri!" "Ck, lepaskan aku, Luca! Lepaskan!" Belinda menarik paksa
Tidak ada yang bicara lagi sepanjang perjalanan pulang selain Belinda yang terus melirik Luca. Hingga akhirnya mereka pun tiba di rumah dan sialnya, mobil Daniel sudah ada di sana. Belinda pun langsung membelalak dan menahan napasnya sejenak melihat mobil itu. "Daniel sudah pulang? Mengapa dia mendadak pulang?" seru Belinda dengan nada yang begitu cemas. Luca sampai mengernyit menatap Belinda. Entah mengapa setiap kali membahas Daniel, ekspresi Belinda selalu aneh, seperti tertekan, seperti malas, seperti takut, entah bagaimana menjelaskannya. Belinda sendiri langsung keluar dari mobil Luca dengan tetap terpincang-pincang dan saat Luca menyusul keluar mobil, tepat saat itu, Daniel pun keluar dari rumah bersama sopir Belinda. "Kalian pergi bersama lagi? Itu mengejutkan sekali, Luca. Kau tidak memberitahuku kalau kau akan ke rumah sakit, Belinda. Dan aku terkejut melihatmu menyusul istriku ke rumah sakit, Luca," seru Daniel sambil menatap Luca dan Belinda bergantian. Sungguh, suasa
"Pelaku? Aku? Pelaku apa maksudmu, Luca? Aku tidak mengerti. Mungkin alih-alih Belinda, kau yang butuh istirahat, Luca.""Kau jelas mengerti maksudku, Daniel. Bukan hanya satu kali aku melihatmu kasar pada Belinda. Jadi, ubah sikapmu, Belinda itu istrimu, bukan mainanmu atau bawahanmu!" geram Luca yang memang selalu terang-terangan itu. Daniel tetap mencoba tersenyum dan mengangguk. "Well, walaupun aku merasa kau berlebihan, tapi terima kasih atas perhatianmu, Luca! Dan aku akan membawa istriku ke kamar! Ayo, Sayang!" seru Daniel yang mencengkeram lengan Belinda makin erat. Luca sendiri akhirnya melepaskan lengan Belinda, tapi perasaan Luca masih tidak karuan sampai ia hanya menatap punggung Daniel dan Belinda. Dengan cepat, Daniel dan Belinda pun masuk ke kamar dan Daniel langsung mengempaskan tubuh Belinda ke lantai. "Akh!" pekik Belinda tertahan. Daniel sendiri langsung menghampiri Belinda dan berjongkok di depan wanita itu, lalu langsung mencengkeram rahang istrinya itu. "Apa
"Kau tahu kantor Daniel kan, Jedy? Selidiki ke sana dan selidiki juga tentang kedekatannya dengan Lorena!" titah Luca tidak lama setelah ia menutup telepon dari Nando. Jedy sampai mengernyit mendengar perintah yang tidak biasa itu. "Menyelidiki Pak Daniel dan Nona Lorena? Apa maksudnya, Bos?" "Kau tahu kalau selama ini mereka terlalu dekat kan, Jedy? Dan kata Nando, dia melihat Daniel dan Lorena tidur di satu kamar yang sama. Tentu saja itu tidak wajar bagiku." Luca tidak pernah berkomentar saat Hector dan Diana mengangkat Lorena sebagai anaknya. Sifat Lorena yang manja pun membuat Luca biasa saja melihat Lorena bermanja pada Hector, Diana, bahkan Daniel sekalipun. Kecuali dengan Luca, tentu saja, bertemu saja jarang dan Luca tidak pernah benar-benar menganggap Lorena adiknya. Terkadang manja di depan umum atau saat sedang kumpul keluarga, itu masih biasa di mata Luca, tapi tentu saja tidak dengan manja di kamar tidur, itu sama sekali tidak biasa. Jedy sendiri hanya bisa terdiam
"Kapan Ayah pulang? Kurasa ini sudah waktunya melakukan rencana yang Ayah sempat katakan padaku itu, Ayah!" seru Daniel pada Hector di teleponnya. Setelah mendapatkan peringatan dari Luca, emosi Daniel pun tidak bisa diredam lagi. Luca sudah melewati batas sampai Daniel ingin sekali menghajar pria itu, tapi sialnya, Daniel tidak bisa. Daniel ingin melampiaskan kemarahannya pada Belinda pun Daniel juga tidak bisa. Daniel tidak mungkin menambahkan bekas luka baru di tubuh Belinda dan malah membuat Luca makin menggila nantinya. Namun, amarah Daniel membuatnya tidak bisa diam saja hingga akhirnya Daniel memikirkan cara untuk membuat Luca menjauh dari istrinya, yaitu dengan memberikan seorang istri juga untuk Luca. "Ah, maksudmu tentang Pak Yonan dan Grace, Daniel?" tanya Hector di teleponnya. "Tentu saja, Ayah. Bukankah kerja sama yang memberikan untung besar harus segera dilakukan?" "Ya, kau benar, Daniel! Ayah akan pulang dua hari lagi dan Ayah akan langsung mengundang Pak Yonan
Belinda tidak bisa menahan ekspresinya saat mendengar Luca akan dijodohkan. Belinda membelalak kaget dan langsung menatap Luca dengan tatapan yang sulit diartikan. Begitu juga dengan Luca yang masih membelalak menatap Hector tidak percaya. "Apa ini, Ayah? Perjodohan apa?"Namun, Hector hanya tertawa mendengarnya. "Seperti yang kau dengar, Luca. Ayah dan Pak Yonan sudah sepakat untuk menjodohkan kau dan Grace. Kalian terlihat sangat cocok." "Tapi mengapa Ayah tidak pernah membicarakan ini dulu padaku? Ini ...." Luca marah. Nada bicara Luca pun mulai meninggi, tapi untungnya ia masih sadar bahwa keluarga Pak Yonan masih ada di sana. Tidak mungkin ia mengamuk seperti orang gila dan akan mempermalukan keluarganya sendiri. Karena itu, Luca pun menahan dirinya, tapi tatapan Luca tetap terarah tajam pada ayahnya itu. "Ayah, untuk hal seperti ini seharusnya Ayah bicara padaku dulu kan?" geram Luca menahan amarahnya. Diana, ibu Luca yang duduk di samping Hector pun tersenyum. "Bukankah k