共有

6. Kepedulian yang masih ada

作者: Strrose
last update 最終更新日: 2025-10-11 12:18:54

“Jika suamimu tak berguna, ganti dia.”

Isla menatap kepergian mobil Kavian dengan pikiran kosong. Suara mesin yang menjauh terasa masih bergema di telinganya, seakan kata-kata itu diputar ulang tanpa henti, mengisi rongga kepalanya yang sudah penuh dengan keresahan.

“Apa maksudnya?” gumamnya lirih, nyaris seperti gerutu pada diri sendiri.

Isla memeluk dirinya sendiri erat-erat, berdiri terpaku di depan pagar rumah orang tuanya. Hatinya diliputi kekacauan. Marah, malu, takut, tapi juga sesuatu yang tak bisa ia definisikan. Bagaimana mungkin? Setelah tiga tahun loss contact dengan keluarganya, ia kini berada di depan rumahnya dengan kondisi terlantar.

Pandangan matanya beralih ke pos kecil di dekat pintu gerbang, cahaya redup dari lampu neon yang kedip-kedip memberi sedikit penerangan. Isla menarik napas dalam-dalam, melangkah pelan, lalu mengetuk kaca jendela pos satpam.

“Pak Toni…” suaranya pelan, hampir berbisik.

Tak ada jawaban. Ia kembali mengetuk, kali ini lebih keras. “Pak Toni,
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   131. Semakin berani

    “Hallo, kita ketemu lagi”Isla menatap lelaki di depannya dengan ekspresi heran, alis terangkat tinggi.“…kita?” ulangnya pelan, masih mencoba menghubungkan wajah pemuda itu dengan memori yang tak kunjung muncul.Kai, lelaki muda yang masih tersenyum seakan ini skenario yang ia tunggu langsung mengangguk santai.“Tadi pagi. Kita hampir bikin drama kecelakaan” ujarnya sambil menunjuk ke arah luar kafe.Isla spontan melirik ke jendela kaca besar di samping mereka.Benar saja, mobilnya dan sebuah mobil sedan hitam Kai sama-sama terparkir di sana.“Oh…”Ia mendapati suaranya sendiri terdengar bodoh.“Pantas saja wajahmu agak familiar” gumam IslaKai tampak jelas menahan tawa melihat kepolosan kebingungannya.“Aku pikir kamu akan langsung ingat” sambung Kai. “ternyata kamu langsung lupa”Isla membuka mulut ingin menjawab, tapi berhenti saat merasakan hawa aneh menyelimuti tengkuknya.Seseorang… memperhatikannya.Insting Isla otomatis membuatnya menoleh dan jantungnya seakan berhenti.Di su

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   130. Modus orang asing

    Isla mengemudikan mobilnya dengan satu tangan di setir dan satu lagi menopang dagu, bibirnya terangkat menjadi senyum paling puas yang pernah ia tunjukkan dalam beberapa minggu terakhir.Jalanan pagi masih ramai, tapi Isla melaju santai, seolah dunia sedang memainkan musik latar khusus untuk kemenangannya.Ia menyalakan lagu, volume dibuat cukup keras sampai bass-nya bergetar ringan di jok mobil.Dan ketika lirik pertama mengalun…Isla tertawa kecil.“Aku akan membiarkan Kilan selalu ada untukmu…” Ia mengulang kata-katanya sendiri dari meja makan tadi dengan nada mengejek. “Tentu saja. Itu kalau dia berani.”Tangannya menepuk-nepuk kemudi mengikuti irama.Bagaimana tidak senang? Ferania benar-benar mengira Isla sedang menyerah.Padahal…“Kunci rantai ada di aku, bodoh” gumam Isla sambil tersenyum sinis.Ia bisa membayangkan wajah Ferania yang memerah karena malu, juga tatapan Kilan yang kosong seperti boneka rusak.Sempurna.Namun ada satu hal lain yang mengusik pikirannya sesaat.Tat

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   129. Kemenangan Isla

    Keesokan paginya, ruang sarapan keluarga Dhirendra agak berbeda dari hari biasanya.Semua itu karena kehadiran Ferania yang ceria.Ceria bukan dalam arti yang menyenangkan, tetapi berisik.Wanita yang kemarin sudah resmi menjadi istri kedua Kilan itu duduk di meja makan dengan santainya. Dia masih mengenakan gaun tidur sutra yang sedikit terlalu mencolok untuk suasana sarapan formal keluarga DhirendraFerania berusaha keras mengisi keheningan dengan cerita-cerita tentang dirinya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan berlebihan tentang sejarah keluarga, dan sesekali memanggil Kilan dengan sebutan 'Sayang' dengan volume yang tidak perlu.Sedang Kilan duduk di seberang meja, terlihat seperti mayat hidup. Dia menghindari kontak mata dengan siapa pun dan hanya menyeruput kopinya dengan cepat.Kehadiran Ferania, yang secara resmi adalah istrinya yang baru, di meja sarapan ini terasa seperti duri di tenggorokannya, apalagi setelah malamnya ia habiskan sendirian di sayap timur.Sarai sendiri terl

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   128. Yang tersembunyi

    “Ckkk... sialan!” Maki KilanKilan turun ke lantai bawah dengan langkah tergesa-gesa. Ia tidak jadi mengambil kunci mobilnya. Ia malah beranjak menuju kamar Isla.Sayangnya, begitu pintu kamar Isla terkunci saat dia mencoba membukanya. Saat Kilan mencoba untuk mengetuk pun tetap tak ada jawaban“Isla! Sudah tidur?” Panggil KilanSemenit tak ada respon, Kilan meraih ponselnya dari saku dan menekan nomor Isla, tetapi sang Istri juga tidak mengangkat.“Angkat, Isla! Sial!” gerutunya sambil berjalan mondar-mandir di depan kamar IslaSementara di dalam kamar, Isla tidak bisa bergerak karena pelukan Kavian yang sangat erat. Sejak tadi, sang kakak ipar membisikkan kata-kata mesra di telinganya“kak.. lepas dulu, Kilan ada di depan” ucap IslaKavian tak mengendurkan pelukannya sedikit pun. Bibirnya menyentuh pucuk telinga Isla, senyumnya terdengar dalam bisikan rendah yang menggetarkan punggung Isla.“Memangnya kenapa kalau ada Kilan?” Tanyanya santaiIsla terkekeh pelan “Nggak takut ketahuan

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   127. Bukan suami yang baik (21+)

    Kilan menatap nanar kamar baru yang ia tempati malam ini. Kamar itu memang mewah, tetapi ukurannya hanya seperempat dari kamar utama yang ditinggalkannya. Furnitur yang dingin, tanpa sentuhan pribadi, terasa seperti sel penjara yang mahal.Ferania, di sisi lain, tampak sibuk mondar-mandir, mencoba mengatur koper-koper miliknya.“Kak Kilan kenapa malah diam di sana? bantu aku rapikan pakaian dong!” ucap Ferania merengek.“Rapikan sendiri! Tugas istri itu melayani suami, jadi sudah kewajibanmu menyiapkan semuanya” Seru Kilan ketusFerania mengganga “Kakak kok tega sama aku? Aku lagi hamil loh!” rengeknyaKilan tidak bergerak. Dia membuka sebotol whisky dan menyesapnya langsung dari botol.“Kak!”“Berisik! Aku sudah memberimu anak dan status, Ferania,” jawab Kilan dingin. “Jangan menuntut lebih dari itu. Urusan koper bukan masalahku. Panggil saja pelayan buat rapikan baran

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   126. Posisi yang sempurna

    Setelah kepergian mereka, kini ruang tamu itu hanya diisi oleh empat orang.Joseph, Sarai, Isla, dan Kavian.“Kamu yakin membiarkan Kilan memiliki istri lain?” Tanya Sarai, suaranya dipenuhi kekhawatiran dan ketidaksetujuan. Ia memeluk Isla, seolah meminta kepastian bahwa menantunya baik-baik saja. “Terlebih dia adik tirimu sendiri” sambung SaraiIsla melepaskan pelukan Sarai dengan lembut, pandangannya lurus ke depan, ke arah pintu yang baru saja dilewati Kilan dan Ferania.“Aku nggak punya pilihan, Mama,” jawab Isla, nadanya datar.“Jika Kilan menolak pernikahan, Papaku akan membawanya ke pengadilan dan media, membongkar aib Kilan dan Dhirendra. Kita nggak bisa membiarkan nama Dhirendra tercoreng di tengah merger besar yang sedang papa Joseph dan kak Kavian urus.”Isla menoleh ke Joseph lalu fokus pada Kavian“Solusi ini memang memalukan, tapi ini yang paling cepat dan paling sed

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status