Share

7. Benalu yang sebenarnya

Author: Strrose
last update Last Updated: 2025-10-12 12:34:54

Byur.

Air yang membasahi dirinya membuat Isla tersentak bangun. Tubuhnya menggigil, rambutnya menempel di wajah. Ia membuka mata dengan panik, hanya untuk mendapati Yuria—ibu tirinya—berdiri di samping ranjang kamar tamu, masih mengenakan daster satin hijau tosca. Wajah wanita itu menegang, matanya menyala dengan kemarahan yang ditahan.

“Jadi benar kata Pak Toni. Setelah tiga tahun kamu pergi, kamu pulang subuh-subuh, Isla?” suara Yuria terdengar tajam, penuh penilaian. Ember plastik kecil masih tergenggam di tangannya, meneteskan sisa air ke lantai.

Isla mengusap wajahnya yang basah, menahan diri agar tidak membalas. Tubuhnya masih lelah, matanya berat, tapi tidak ada ampun di tatapan Yuria.

“Kenapa kamu ada di sini?” lanjut Yuria, nada suaranya menusuk. “Bukannya kamu sudah menikah? Harusnya kamu ada di rumah keluarga Dhirendra, melayani suamimu, bukan tidur seenaknya di kamar tamu keluarga Radneswari ini.&rdquo

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   131. Semakin berani

    “Hallo, kita ketemu lagi”Isla menatap lelaki di depannya dengan ekspresi heran, alis terangkat tinggi.“…kita?” ulangnya pelan, masih mencoba menghubungkan wajah pemuda itu dengan memori yang tak kunjung muncul.Kai, lelaki muda yang masih tersenyum seakan ini skenario yang ia tunggu langsung mengangguk santai.“Tadi pagi. Kita hampir bikin drama kecelakaan” ujarnya sambil menunjuk ke arah luar kafe.Isla spontan melirik ke jendela kaca besar di samping mereka.Benar saja, mobilnya dan sebuah mobil sedan hitam Kai sama-sama terparkir di sana.“Oh…”Ia mendapati suaranya sendiri terdengar bodoh.“Pantas saja wajahmu agak familiar” gumam IslaKai tampak jelas menahan tawa melihat kepolosan kebingungannya.“Aku pikir kamu akan langsung ingat” sambung Kai. “ternyata kamu langsung lupa”Isla membuka mulut ingin menjawab, tapi berhenti saat merasakan hawa aneh menyelimuti tengkuknya.Seseorang… memperhatikannya.Insting Isla otomatis membuatnya menoleh dan jantungnya seakan berhenti.Di su

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   130. Modus orang asing

    Isla mengemudikan mobilnya dengan satu tangan di setir dan satu lagi menopang dagu, bibirnya terangkat menjadi senyum paling puas yang pernah ia tunjukkan dalam beberapa minggu terakhir.Jalanan pagi masih ramai, tapi Isla melaju santai, seolah dunia sedang memainkan musik latar khusus untuk kemenangannya.Ia menyalakan lagu, volume dibuat cukup keras sampai bass-nya bergetar ringan di jok mobil.Dan ketika lirik pertama mengalun…Isla tertawa kecil.“Aku akan membiarkan Kilan selalu ada untukmu…” Ia mengulang kata-katanya sendiri dari meja makan tadi dengan nada mengejek. “Tentu saja. Itu kalau dia berani.”Tangannya menepuk-nepuk kemudi mengikuti irama.Bagaimana tidak senang? Ferania benar-benar mengira Isla sedang menyerah.Padahal…“Kunci rantai ada di aku, bodoh” gumam Isla sambil tersenyum sinis.Ia bisa membayangkan wajah Ferania yang memerah karena malu, juga tatapan Kilan yang kosong seperti boneka rusak.Sempurna.Namun ada satu hal lain yang mengusik pikirannya sesaat.Tat

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   129. Kemenangan Isla

    Keesokan paginya, ruang sarapan keluarga Dhirendra agak berbeda dari hari biasanya.Semua itu karena kehadiran Ferania yang ceria.Ceria bukan dalam arti yang menyenangkan, tetapi berisik.Wanita yang kemarin sudah resmi menjadi istri kedua Kilan itu duduk di meja makan dengan santainya. Dia masih mengenakan gaun tidur sutra yang sedikit terlalu mencolok untuk suasana sarapan formal keluarga DhirendraFerania berusaha keras mengisi keheningan dengan cerita-cerita tentang dirinya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan berlebihan tentang sejarah keluarga, dan sesekali memanggil Kilan dengan sebutan 'Sayang' dengan volume yang tidak perlu.Sedang Kilan duduk di seberang meja, terlihat seperti mayat hidup. Dia menghindari kontak mata dengan siapa pun dan hanya menyeruput kopinya dengan cepat.Kehadiran Ferania, yang secara resmi adalah istrinya yang baru, di meja sarapan ini terasa seperti duri di tenggorokannya, apalagi setelah malamnya ia habiskan sendirian di sayap timur.Sarai sendiri terl

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   128. Yang tersembunyi

    “Ckkk... sialan!” Maki KilanKilan turun ke lantai bawah dengan langkah tergesa-gesa. Ia tidak jadi mengambil kunci mobilnya. Ia malah beranjak menuju kamar Isla.Sayangnya, begitu pintu kamar Isla terkunci saat dia mencoba membukanya. Saat Kilan mencoba untuk mengetuk pun tetap tak ada jawaban“Isla! Sudah tidur?” Panggil KilanSemenit tak ada respon, Kilan meraih ponselnya dari saku dan menekan nomor Isla, tetapi sang Istri juga tidak mengangkat.“Angkat, Isla! Sial!” gerutunya sambil berjalan mondar-mandir di depan kamar IslaSementara di dalam kamar, Isla tidak bisa bergerak karena pelukan Kavian yang sangat erat. Sejak tadi, sang kakak ipar membisikkan kata-kata mesra di telinganya“kak.. lepas dulu, Kilan ada di depan” ucap IslaKavian tak mengendurkan pelukannya sedikit pun. Bibirnya menyentuh pucuk telinga Isla, senyumnya terdengar dalam bisikan rendah yang menggetarkan punggung Isla.“Memangnya kenapa kalau ada Kilan?” Tanyanya santaiIsla terkekeh pelan “Nggak takut ketahuan

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   127. Bukan suami yang baik (21+)

    Kilan menatap nanar kamar baru yang ia tempati malam ini. Kamar itu memang mewah, tetapi ukurannya hanya seperempat dari kamar utama yang ditinggalkannya. Furnitur yang dingin, tanpa sentuhan pribadi, terasa seperti sel penjara yang mahal.Ferania, di sisi lain, tampak sibuk mondar-mandir, mencoba mengatur koper-koper miliknya.“Kak Kilan kenapa malah diam di sana? bantu aku rapikan pakaian dong!” ucap Ferania merengek.“Rapikan sendiri! Tugas istri itu melayani suami, jadi sudah kewajibanmu menyiapkan semuanya” Seru Kilan ketusFerania mengganga “Kakak kok tega sama aku? Aku lagi hamil loh!” rengeknyaKilan tidak bergerak. Dia membuka sebotol whisky dan menyesapnya langsung dari botol.“Kak!”“Berisik! Aku sudah memberimu anak dan status, Ferania,” jawab Kilan dingin. “Jangan menuntut lebih dari itu. Urusan koper bukan masalahku. Panggil saja pelayan buat rapikan baran

  • Gelora Hasrat Pewaris Takhta Dhirendra   126. Posisi yang sempurna

    Setelah kepergian mereka, kini ruang tamu itu hanya diisi oleh empat orang.Joseph, Sarai, Isla, dan Kavian.“Kamu yakin membiarkan Kilan memiliki istri lain?” Tanya Sarai, suaranya dipenuhi kekhawatiran dan ketidaksetujuan. Ia memeluk Isla, seolah meminta kepastian bahwa menantunya baik-baik saja. “Terlebih dia adik tirimu sendiri” sambung SaraiIsla melepaskan pelukan Sarai dengan lembut, pandangannya lurus ke depan, ke arah pintu yang baru saja dilewati Kilan dan Ferania.“Aku nggak punya pilihan, Mama,” jawab Isla, nadanya datar.“Jika Kilan menolak pernikahan, Papaku akan membawanya ke pengadilan dan media, membongkar aib Kilan dan Dhirendra. Kita nggak bisa membiarkan nama Dhirendra tercoreng di tengah merger besar yang sedang papa Joseph dan kak Kavian urus.”Isla menoleh ke Joseph lalu fokus pada Kavian“Solusi ini memang memalukan, tapi ini yang paling cepat dan paling sed

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status