Collin tak bisa membantah ucapan ayahnya. Dia mematikan sambungan telepon, ingin melempar ponsel, tapi berhasil menahan diri, lalu membuka kancing kemeja dengan gerakan kasar sambil masuk ke dalam.Nadine sudah kembali tidur meringkuk. Dua bantal besar dan tiga bantal sofa menjadi penyekat di tengah ranjang.“Ck! Ini semua gara-gara kau!”Pada akhirnya, Collin tidur di ranjang yang sama dengan Nadine, dengan posisi membelakanginya. Dia tak akan bisa tidur di sofa atau di lantai.‘Apa aku menyerahkan diri dan dipenjara saja?’ Collin gelisah sepanjang malam. Hidupnya berada dalam genggaman ayahnya. Hak merasakan kebebasan telah direnggut paksa.Namun, semua memang dimulai karena kesalahannya …Ketika Collin membuka mata pagi harinya, Nadine sudah tak ada di kamar. Sisi ranjang sebelahnya sudah dirapikan. Bantal pemisah pun sudah ditata di ujung atas ranjang.Collin berkedip-kedip sambil menyeka mata. Dia sedikit pusing karena tidur terbangun-bangun, memastikan Nadine tak mencuri kesemp
Tak seperti dugaan Collin. Vino hanya menyuruh Nadine memilihkan hadiah untuk ibunya. Dia memperlihatkan beberapa foto barang di galeri ponsel.Nadine dengan cepat memilih salah satu barang. Dia ingin segera keluar dari mobil agar masih bisa disaksikan Collin yang seharusnya melintas, untuk mengurangi kesalahpahaman.Dia bergegas ke halte bus, sementara Vino masuk ke hotel tempatnya menginap.Sampai rumah, Nadine langsung menyiapkan makan malam. Dia menunggu Collin cukup lama. Namun, Collin pun tak memberi kabar. Alhasil, dia hanya meninggalkan makan malam di meja ruang makan, lalu istirahat agar besok pagi tidak terlambat.Nadine juga kaget waktu melihat kamarnya. Dia mendapat pesan di aplikasi obrolan dari Asher setelahnya, lalu tidur di kamar Collin yang sekarang jadi kamarnya.Saat Nadine terlelap, tiba-tiba dia merasakan guncangan keras di ranjang.BUK!!Collin menendang tepi ranjang dengan kasar. “Bangun!!”Jantung Nadine berdebar cepat oleh bentakan Collin. Dia sontak bangun t
‘Murahan.’Nadine tahu alasan Collin mencacinya. Dia adalah wanita bersuami, tapi malah berkeliaran bersama pria lain.Dia segera berpaling ke depan. Badannya sedikit gemetar. Teringat kata yang sama diucapkan pengusaha yang menipu ayahnya.‘Kalau kau tidak bisa membayar hutangmu, lebih baik kau berikan anak murahanmu itu! Aku akan merawatnya dengan baik!’Ada juga teman-teman sekolahnya dulu yang mengatakan hal yang sama.‘Apa kau tahu kalau gadis murahan ini bekerja di tempat hiburan malam?’Waktu itu, Nadine bekerja paruh waktu sebagai petugas kebersihan di kelab malam. Meski ditawari gaji yang lebih banyak, Nadine tak mau mengambil pekerjaan yang mereka tawarkan—jelas akan berakhir seperti apa.Nadine selalu mendengar kata hinaan itu. Dia sakit hati oleh segala penilaian buruk orang-orang yang tak mengenal dirinya. Ucapan orang lain masih bisa dia tahan. Namun, Collin adalah suami sahnya, bagaimanapun perjanjian di antara mereka.Apakah Collin sebenci itu padanya? Apa sebenarnya
Collin jelas tak tertarik dengan pengumuman Asher. Pergi liburan hanya akan buang-buang waktu.Dia dulu jadi yang pertama bersemangat saat ada liburan panjang. Artinya, dia bisa pergi bersama Jolie, menghabiskan waktu sepanjang hari melihat tawa wanita itu.Setelah hubungan mereka berubah … Collin tak menginginkan apa pun lagi.“Liburan? Konyol sekali …”Collin melanjutkan pekerjaan. Seorang karyawan wanita mengetuk pintu ruangannya yang sedikit terbuka, lalu masuk ke dalam.“Tuan Collin, satu jam lagi ada pertemuan dengan Tuan Victor,” ucap karyawan itu mengingatkan.“Hm. Terima kasih,” balas Collin datar.Wanita itu sedikit memiringkan kepala selagi keluar. Akhir-akhir ini, dia dan karyawan lain hampir tak pernah melihat Collin tersenyum. Justru Claus yang selalu tertawa lebar di mana-mana.Kepribadian si kembar seperti tertukar dari sudut pandang orang lain.Collin bergegas menyelesaikan pekerjaan, lalu menuju lokasi pertemuan bersama Helen, sekretarisnya.Victor sudah menanti Col
“Dia benar-benar pergi …,” lirih Nadine, menatap nanar mobil Collin yang menjauh dengan cepat.Selama tinggal di negara asing ini, Nadine dan temannya selalu pergi diantar James atau anak buah Volker lainnya. Dia belum hafal jalanan di area ibu kota, apalagi jalan yang menuju gedung perusahaan Smith Group.Sambil menyusuri trotoar, dia mencari lokasi perusahaan Smith Group di internet. Kemudian menuju halte bus yang tak jauh dari lokasinya.Untungnya, Nadine menyimpan uang saku dari Billy. Asher memang mengambil alih semua biaya pengobatan ibu dan keluarganya, namun dia hanya diberikan fasilitas, dan Collin akan menjadi orang yang bertanggung jawab memberi uang bulanan padanya.Nadine akhirnya terlambat lima menit sampai di kantor. Sesampainya di lantai ruang kerjanya, waktu pun telah berjalan lebih dari sepuluh menit. Dia berjalan cepat menuju ruangannya, melewati Collin yang sedang bicara dengan karyawan di dekat pintu, dan tak menyapa. Lebih tepatnya, Nadine sengaja mengabaikan Co
Meski hanya pernikahan yang entah kapan dapat berakhir, Nadine tetap gugup menjalaninya. Hanna memandu Nadine ke arah Collin.Asher segera diam begitu melihat menantunya. “Apa kau sudah siap?”Nadine mengangguk. “Iya, Tuan.”Tidak! Dia tidak akan pernah siap!“Jangan memanggilku tuan kalau hanya ada kita. Kau sudah jadi menantuku sekarang. Panggil aku dan istriku dengan papa dan mama.”“Tsk! Jangan kebanyakan drama! Cepat selesaikan ini!” sergah Collin.Collin bahkan tak melirik pada Nadine. Sengaja tak mau memandangnya.Namun, setelah mereka melakukan ritual pernikahan sakral dan menandatangani dokumen pengesahan, Collin terpaksa menatap wanita itu.Collin sedikit terkejut. Nadine begitu mirip dengan Angela yang berdansa dengannya waktu itu!Apakah dari matanya? Bibirnya? Atau hanya karena riasan dan gaun pengantin yang dipakainya?Manik biru Collin naik turun memeriksa wajah cantik Nadine. Namun, setelah sadar, dia kini melihat jelas bahwa wanita di hadapannya bukan sosok wanita yan