Lamaran langka
“Jadi begitu.” Claus menurunkan nada suaranya. “Kau belum pernah menjenguk Travis, ‘kan? Lihat saja kondisinya sekarang. Apa kau masih menganggap tindakanmu dapat dibenarkan?”Claus tak mau meneruskan perdebatan. Dia berlalu meninggalkan kamar Collin.Ada satu hal yang jelas terlihat dari saudara kembarnya. Claus dapat memastikan bahwa Collin sedang ketakutan sehingga terus menyangkal jika perbuatan yang dia lakukan salah.Dan tebakan Claus benar. Setelah menutup pintu kamar, Collin merosot bersandar di pintu dengan pikiran rumit.“Aku sudah melihat kondisinya dengan kedua mataku sendiri …,” gumam Collin.Collin pun terkejut setelah mendengar jika Travis hampir kehilangan kakinya. Dia terus memantau kondisi Travis melalui bawahannya.Collin memang merasa ketakutan atas tindakannya.…‘Aku tidak menyuruhmu membunuhnya!’ Collin menyalahkan orang suruhannya waktu itu.‘Anda mengatakan untuk memperingatkan orang itu agar tidak bisa kembali ke Smith Group. Karena Anda memberi bayaran besar
Claus merasa jantungnya seperti makhluk hidup yang sedang menari-nari di dalam dadanya. Wajahnya sontak merah padam, lalu berpaling ke arah lain karena malu.“Ha ha! Aku memang tampan sejak masih dalam kandungan mama!” Claus tertawa kikuk.Pria itu selalu percaya diri dalam situasi apa pun, bahkan sampai menyugesti Angela jika hanya dia pria yang terbaik untuknya. Namun, setelah mendengar pujian langsung itu, Claus jadi salah tingkah, senang bukan kepalang.Dia tak pernah menyangka jika Angela bisa bersikap manis seperti ini. Padahal, Angela dulu selalu marah-marah padanya.“Kau imut sekali,” lirih Claus tanpa sadar, tapi Angela mendengarnya.Angela menyandarkan kepala di pundak Claus. Dia sepertinya melupakan mantan calon suami yang terbaring sekarat di depannya.“Kau dengar, ‘kan?! Aku lebih tampan darimu! Ha ha! Cepat bangun! Kau harus mendengar langsung dari mulut istriku!” Claus menunjuk-nunjuk Travis yang mungkin akan mendengar suaranya.“Jangan bicara terlalu keras, Claus. Kita
Setelah mengantar orang tua mereka kembali ke kediaman, Angela dan Claus meluncur ke rumah sakit. Entah mengapa Angela menjadi sangat gugup saat mobil yang mereka kendarai semakin dekat dengan tempat Travis dirawat.Claus menggenggam tangan Angela. Tampaknya dia tahu apa yang membuat Angela gelisah.“Kau tidak perlu menemuinya kalau belum siap,” ujar Claus.Angela menggeleng pelan. “Aku hanya gugup. Tapi, sungguh, aku tidak punya perasaan istimewa lagi padanya.”Cinta Angela pada Travis tak lagi tersisa di hatinya. Dengan sakit hati yang begitu besar dan langsung bertemu dengan sosok yang selalu mengganggu pikirannya, Angela tak kesulitan untuk melupakan pria yang sudah lama menjalin hubungan dengannya itu.Angela kini percaya. Salah satu cara melupakan orang yang pernah dicintai adalah dengan mengganti dengan sosok lain, meskipun tidak terdengar dapat dibenarkan.“Aku tiba-tiba berpikir kalau aku sudah memanfaatkanmu untuk melupakan Travis. Tapi, perasaanku padamu benar-benar nyata da
Baru beberapa menit lalu setelah Angela menyodorkan masakannya untuk Claus. Pria itu tersenyum sambil menelan makanan, lalu berbisik, “Enak sekali, Sayang. Terima kasih atas masakan yang dibuat dengan cinta ini.”Angela mengusap air mata sembari memicingkan mata ke arah punggung Claus. Perasaan haru menghilang. Dia bingung harus senang atau sedih mendengar ucapan Claus barusan. Claus memuji dan menghinanya sekaligus.“Sungguh? Kau tidak marah padaku, ‘kan?” Laura mundur, menatap Claus penuh selidik.“Aku tidak akan pernah marah pada Mama. Mama selalu memberiku yang terbaik, termasuk istri yang bisa segalanya. Tidak ada wanita seterampil Angela. Ha ha!”Tampaknya, Claus sudah menyadari kesalahannya. Dia merasa punggungnya berlubang oleh tatapan Angela dari belakang.“Papa pasti sedang sibuk mengurus banyak hal. Mama makan lagi, ya? Aku tidak suka melihat Mama menyisakan banyak makanan seperti ini.”Claus menyingkirkan pelan mangkuk yang berisi masakan Angela. Hanya dia yang boleh makan
Pasangan itu pergi ke ruang makan sambil bergandengan tangan dengan senyuman lebar. Namun, mereka segera berwajah datar setelah sampai di ruang makan.“Apa Tuan Rangga tidak makan bersama kita?” bisik Angela. “Paman sudah pindah ke hotel pagi tadi.”Hanya ada Asher dan Collin di ruangan itu. Sementara orang tua Angela bepergian sejak dini hari ke tempat sanak saudara terdekat untuk memberikan undangan pernikahan putri mereka sendiri.“Jangan berdiri di depan pintu, Claus,” tegur Laura lirih dan serak.Angela dan Claus sontak memutar badan. Angela menatap ibu mertua dan suaminya bergantian dengan raut wajah murung.Baru beberapa saat lalu Claus terlihat sangat bahagia. Namun, ketika melihat wajah cantik ibunya tampak sayu, bibir Claus melengkung ke bawah.Sudah jelas bahwa Laura menangis semalaman. Riasan tipis itu tidak bisa menutupinya.Angela tak kuasa melihat kesedihan suaminya. Dia sudah berkali-kali mendengar jika Laura adalah sosok yang sangat disayangi Claus. Bahkan, Claus tida
Angela bangun pagi-pagi buta. Sebelum-sebelumnya, dia termasuk wanita pemalas yang tak mau tergesa-gesa melakukan aktivitas.Pikiran Angela tercerahkan setelah melihat tindakan Claus semalam. Dia berjanji pada diri sendiri akan melayani suaminya yang memiliki hati suci bagaikan malaikat itu dengan sangat baik.Selesai mandi, dia membereskan kamar, tak seperti dirinya yang biasanya. Dia menata baju-baju kotor suaminya yang berserakan di walk-in closet.“Apa sebaiknya aku mencuci baju Claus sendiri?”Angela mengangguk penuh keyakinan. Dia membawa pakaian kotor itu ke kamar mandi, menuangkan sabun mandi cair ke ember untuk mencuci pakaian. Dengan begitu, dia sudah selangkah menjadi istri yang berbakti pada suaminya.“Kalau dipikir-pikir, selama ini pelayan mencucikan baju suamiku. Secara tidak langsung, para pelayan itu juga menyentuh kesucian tubuh suamiku.”Sebagai catatan, Angela tidak pernah sekali pun mencuci pakaian. Saat ini, dia hanya memutar-mutar pakaian kotor di dalam ember be