Maklum Claus masih ngantuk. Nyawanya belum penuh.
Setelah mengantar orang tua mereka kembali ke kediaman, Angela dan Claus meluncur ke rumah sakit. Entah mengapa Angela menjadi sangat gugup saat mobil yang mereka kendarai semakin dekat dengan tempat Travis dirawat.Claus menggenggam tangan Angela. Tampaknya dia tahu apa yang membuat Angela gelisah.“Kau tidak perlu menemuinya kalau belum siap,” ujar Claus.Angela menggeleng pelan. “Aku hanya gugup. Tapi, sungguh, aku tidak punya perasaan istimewa lagi padanya.”Cinta Angela pada Travis tak lagi tersisa di hatinya. Dengan sakit hati yang begitu besar dan langsung bertemu dengan sosok yang selalu mengganggu pikirannya, Angela tak kesulitan untuk melupakan pria yang sudah lama menjalin hubungan dengannya itu.Angela kini percaya. Salah satu cara melupakan orang yang pernah dicintai adalah dengan mengganti dengan sosok lain, meskipun tidak terdengar dapat dibenarkan.“Aku tiba-tiba berpikir kalau aku sudah memanfaatkanmu untuk melupakan Travis. Tapi, perasaanku padamu benar-benar nyata d
Baru beberapa menit lalu setelah Angela menyodorkan masakannya untuk Claus. Pria itu tersenyum sambil menelan makanan, lalu berbisik, “Enak sekali, Sayang. Terima kasih atas masakan yang dibuat dengan cinta ini.”Angela mengusap air mata sembari memicingkan mata ke arah punggung Claus. Perasaan haru menghilang. Dia bingung harus senang atau sedih mendengar ucapan Claus barusan. Claus memuji dan menghinanya sekaligus.“Sungguh? Kau tidak marah padaku, ‘kan?” Laura mundur, menatap Claus penuh selidik.“Aku tidak akan pernah marah pada Mama. Mama selalu memberiku yang terbaik, termasuk istri yang bisa segalanya. Tidak ada wanita seterampil Angela. Ha ha!”Tampaknya, Claus sudah menyadari kesalahannya. Dia merasa punggungnya berlubang oleh tatapan Angela dari belakang.“Papa pasti sedang sibuk mengurus banyak hal. Mama makan lagi, ya? Aku tidak suka melihat Mama menyisakan banyak makanan seperti ini.”Claus menyingkirkan pelan mangkuk yang berisi masakan Angela. Hanya dia yang boleh makan
Pasangan itu pergi ke ruang makan sambil bergandengan tangan dengan senyuman lebar. Namun, mereka segera berwajah datar setelah sampai di ruang makan.“Apa Tuan Rangga tidak makan bersama kita?” bisik Angela. “Paman sudah pindah ke hotel pagi tadi.”Hanya ada Asher dan Collin di ruangan itu. Sementara orang tua Angela bepergian sejak dini hari ke tempat sanak saudara terdekat untuk memberikan undangan pernikahan putri mereka sendiri.“Jangan berdiri di depan pintu, Claus,” tegur Laura lirih dan serak.Angela dan Claus sontak memutar badan. Angela menatap ibu mertua dan suaminya bergantian dengan raut wajah murung.Baru beberapa saat lalu Claus terlihat sangat bahagia. Namun, ketika melihat wajah cantik ibunya tampak sayu, bibir Claus melengkung ke bawah.Sudah jelas bahwa Laura menangis semalaman. Riasan tipis itu tidak bisa menutupinya.Angela tak kuasa melihat kesedihan suaminya. Dia sudah berkali-kali mendengar jika Laura adalah sosok yang sangat disayangi Claus. Bahkan, Claus tid
Angela bangun pagi-pagi buta. Sebelum-sebelumnya, dia termasuk wanita pemalas yang tak mau tergesa-gesa melakukan aktivitas.Pikiran Angela tercerahkan setelah melihat tindakan Claus semalam. Dia berjanji pada diri sendiri akan melayani suaminya yang memiliki hati suci bagaikan malaikat itu dengan sangat baik.Selesai mandi, dia membereskan kamar, tak seperti dirinya yang biasanya. Dia menata baju-baju kotor suaminya yang berserakan di walk-in closet.“Apa sebaiknya aku mencuci baju Claus sendiri?”Angela mengangguk penuh keyakinan. Dia membawa pakaian kotor itu ke kamar mandi, menuangkan sabun mandi cair ke ember untuk mencuci pakaian. Dengan begitu, dia sudah selangkah menjadi istri yang berbakti pada suaminya.“Kalau dipikir-pikir, selama ini pelayan mencucikan baju suamiku. Secara tidak langsung, para pelayan itu juga menyentuh kesucian tubuh suamiku.”Sebagai catatan, Angela tidak pernah sekali pun mencuci pakaian. Saat ini, dia hanya memutar-mutar pakaian kotor di dalam ember be
John tampak tak senang. Mulutnya terbuka akan menolak keputusan Adam, tapi ayah Asher Smith itu malah mengalihkan pembicaraan.“Bagaimana kabar Aurora? Aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Apa dia masih cantik dan dingin seperti dulu?” tanya Adam kepada Billy.Billy memicingkan mata, mencoba menerka apa yang diinginkan Adam dengan membahas ibunya. Namun, dia gagal membaca ekspresi Adam yang tenang, seolah-olah tak memikirkan apa pun.“Biasa saja. Tidak ada hal yang baru darinya, kecuali temperamennya yang semakin berlebihan.”Adam terkekeh. “Sudah sewajarnya orang yang semakin tua memiliki emosi yang lebih meluap-luap. Sama juga denganku. Aku pun akan marah besar kalau sampai salah satu cucu kesayanganku dipenjara, walaupun aku sudah tidak pernah marah lagi.”Billy menyeringai. Adam sedang mengancamnya!Semua orang yang ada di sana tahu perangai Adam Smith di masa lalu. Pria berhati dingin yang akan melakukan apa pun demi mendapatkan tujuannya. Hanya setelah menikah, sosok Adam ber
Di lantai atas kediaman Smith masih terjadi keributan antara Asher dan salah satu si kembar. Sementara Billy menunggu di ruang kerja Asher.Pria itu berjalan pelan mengelilingi ruangan, mengangkat satu persatu benda-benda yang menarik perhatiannya. Tampaknya, amarah Billy telah mereda setelah melihat kemarahan Asher.Namun, kali ini Billy tak begitu senang setelah melihat Asher marah. Jika dirinya di posisi Asher, dia pun harus berpikir keras dengan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi putra angkat kesayangannya.“Tuan, apa tidak sebaiknya kita kembali saja? Di sini adalah sarang musuh.” James terlihat waspada, sesekali melihat ke arah luar, di mana banyak pengawal Asher menjaga koridor.“Tidak. Masalah ini harus segera diselesaikan. Aku tidak bisa menahan Jolie lebih lama di apartemenku. Dia sangat berisik dan mengganggu. Duke juga akan khawatir kalau membiarkan Jolie kembali ke rumah ini. Kalaupun pulang ke rumah John … ah … kenapa aku jadi ikut pusing?!”Billy mengambil buku d