Share

9. Kram Usus

Author: Miafily
last update Last Updated: 2021-01-24 13:36:12

Viola memuntahkan semua makanan yang sudah ia makanan yang sudah ia makan. Meskipun Viola tahu jika makan adalah cara untuk bertahan hidup, tetapi perut Viola sama sekali tidak bisa diajak bekerjasama. Denga mudahnya, perut Viola bergejolak dan memaksanya untuk memuntahkan semua makanan yang sudah ia santap. Viola mengerang saat berusaha untuk menguras isi perutnya. Ia dengan susah payah bangkit dan melangkah ke luar dari kamar mandi. Viola pun berbaring di atas ranjang dan memilih untuk memejamkan matanya, ia berpikir jika tidur bisa sedikit mengurangi rasa tidak nyaman yang menyerang sekujur tubuhnya ini. Viola meringkuk mencari posisi paling nyaman untuk tidur dan memulihkan dirinya. Tidak memerlukan waktu terlalu lama, Viola pun terlelap.

Namun, tidur Viola sama sekali tidak terlalu nyenyak. Viola sudah terlanjur begitu takut pada Gerald yang sungguh mengerikan di matanya. Hal itu membuat alam bawah sadar Viola menciptakan mimpi mengerikan yang membuat Viola berkeringat banyak, dan menggigil karena rasa takut. Hanya saja, Viola masih memejamkan matanya dengan erat, seolah-olah tubuh Viola berpikir jika dirinya bangun, ia hanya akan melihat hal yang lebih mengerikan. Viola terlelap tetapi tubuhnya malah terasa lebih lelah, begitu pula dengan mentalnya yang benar-benar hancur karena kejadian yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Saat Viola masih terlelap, Gerald datang. Suara pintu yang terbuka rupanya tidak berhasil membangunkan Viola yang tampak basah kuyup karena keringat dingin.

Gerald yang mendekat pada Viola tentu saja bisa melihat apa yang terjadi pada gadis satu itu. Gerald menyentuh kening Viola, tetapi tidak merasakan suhu tubuh Viola meninggi. Hanya saja, Viola berkeringat dingin dan tampak menahan sakit, hal itu terlihat dari keningnya yang mengernyit dalam. Saat Gerald akan membangunkan Viola, Gerald mendengar Viola yang merintih pelan. Melihat hal itu, Gerald pun sudah bisa menyimpulkan jika ada hal yang salah pada Viola. Gerald menghubungi Bram menggunakan ponselnya. “Panggilkan dokter secepatnya,” ucap Gerald. Sebelum mendengar jawaban Bram, Gerald pun mematikan sambungan telepon begitu saja.

Gerald duduk di tepi ranjang dan menyeka keringat yang membasahi kening Viola. Dengan telaten, Gerald menyingkirkan helaian rambut Viola yang menempel pada kening dan pipinya karena keringat dingin yang membasahinya. Gerald mengamati wajah Viola yang memang lebih pucat dari biasanya. Sesekali, Viola merintih dalam tidurnya dan membuat Gerald semakin tertarik untuk memperhatikan perempuan satu itu. Gerald menyentuh pipi Viola dengan sentuhan selembut beledu. Dengan netra tajamnya yang setajam mata predator, Gerald menelisik wajah cantik Viola. Lalu beberapa detik kemudian, Gerald berkata, “Saat sakit seperti ini pun, kau terlihat menarik, Viola. Lalu apa kau pikir aku akan melepaskan barang menarik sepertimu dengan mudah? Itu mustahil.”

***

“Kram usus?” tanya Gerald tidak percaya pada dokter yang sudah memeriksa Viola.

Dokter tersebut terlihat cantik, walaupun sorot matanya tajam seperti milik Gerald. “Iya. Apa kau bodoh? Kenapa terus saja memintaku mengulang pernyataan itu?” tanya dokter cantik itu tanpa merasa takut.

Gerald yang mendengar hal itu mengetatkan rahangnya. “Jaga bicara Evelin!” seru Gerald.

“Kenapa? Kau tidak mau aku sebut bodoh? Padahal tingkahmu memang mirip seperti orang bodoh. Mau sampai kapan kau mengurung para wanita ini, terlebih gadis muda ini? Aku rasa, ini bukan tempatnya, dia bukan wanita panggilan,” ucap Evelin tajam.

“Itu bukan urusanmu. Sekarang hal yang perlu kau lakukan adalah merawatnya dan membuatnya kembali normal,” ucap Gerald ketus membuat Evelin benar-benar ingin memukul wajah sahabatnya itu.

Evelin memang sudah mengenal sosok Gerald sejak kecil. Kurang lebih, Evelin sebenarnya tahu apa yang membuat Gerald memiliki kebiasaan ganjil dengan mengurung para wanita di ruang sempit seperti ini. Jelas, ini adalah kebiasaan yang perlu untuk segera mendapatkan pengobatan secara medis. Gerald jelas memiliki masalah pada psikisnya, tetapi Evelin sama sekali tidak bisa membujuk Gerald untuk mendapatkan penanganan. Gerald merasa jika dirinya tidak melakukan kesalahan. Menurut Gerald, ia memiliki harta dan kekuasaan yang bisa membuatnya berlaku sesuka hati, termasuk mengurung para wanita ini serta berkuasa sepenuhnya atas mereka.

“Kalau begitu, pindahkan dia ke tempat yang lebih bersih. Ruangan ini bisa menjadi salah satu penyebab dirinya stress berat dan mengakibatkan kram usus. Setelah itu, perintahkan para pelayanmu untuk membersihkan tubuhnya dan memakaikan pakaian yang lebih layak daripada sepasang pakaian dalam seperti ini,” ucap Evelin memberikan perintah pada Gerald. Jika biasanya Gerald tidak akan tunduk atau menuruti perintah siapa pun, maka kali ini berbeda. Gerald pun mengangkat tubuh Viola yang dibalut selimut dan melangkah pergi. Saat itulah, Evelin menyimpulkan sesuatu. Viola adalah kunci baginya untuk membuat kondisi psikis Gerald jauh lebih baik. Evelin akan memanfaatkan kesempataan ini dengan sangat baik.

Evelin mengikuti langkah Gerald, ia pun melihat Bram yang mengikuti Gerald dengan patuh. Sebenarnya, Evelin agak jengkel pada Bram yang terlalu patuh pada Gerald. Kepatuhannya bahkan tidak bisa membuatnya berkomentar terhadap tingkah Gerald yang sering di luar batas wajar. Namun, untuk saat ini Evelin akan menahan diri untuk tidak mengatakan apa pun pada Bram dan mengikuti langkah Gerald yang membawa Viola ke dalam kamar luas yang tampak mewah. “Baik, sekarang aku akan bekerja,” ucap Evelin sembari mengeluarkan cairan infus dan beberapa peralatan saat para pelayan mulai bekerja untuk membersihkan Viola.

Tentu saja Gerald ada di sana mengamati apa yang dilakukan oleh para bawahannya, sementara Bram diperintahkan menuggu di luar pintu. Setelah Viola dilap menggunakan handuk hangat, dan menggunakan gaun tidur yang lembut, Evelin pun menyuntikkan obat dan mengifus Viola. Setelah itu, Evelin juga memastikan kondisi Viola dengan memeriksanya sekali lagi. Setelah itu, barulah Evelin beranjak untuk duduk di seberang Gerald. “Pertama, berikan dia makanan yang lebbih bergizi dan pastikan jika makanan itu lebih mudah untuk dicerna. Kedua, jangan berikan tekanan berlebih yang bisa membuat dirinya stress. Ketiga, pastikan untuk mengurangi kegiatan seks,” ucap Evelin.

“Memangnya apa yang kau ketahui mengenai kegiatan seks kami?” tanya Gerald sengit, terlihat kesal.

“Aku bisa melihatnya dari semua jejak yang kau tinggalkan pada tubuh gadis itu,” ucap Evelin tak kalah sengit.

Gerald terdiam beberapa saat sebelum berkata, “Dia sudah bukan gadis lagi. Dia sudah menjadi wanita.”

Evelin memutar bola matanya kesal dengan tingkah Gerald yang terlalu keras kepala. Namun, Evelin jelas tidak bisa memaksa Gerald, atau Gerald akan membuat benteng yang membuat Evelin tidak bisa mendekatinya. Hal itu akan cukup berbahaya karena kemungkinan Gerald akan bertindak lebih gila daripada sebelumnya. “Terserah apa katamu. Hanya saja pastikan untuk tidak berlebihan. Pasien kram usus sepertinya sangat rentan mengalami kambuh, jadi perhatikan kondisinya baik-baik,” ucap Evelin.

Gerald tidak menjawab apa pun dan meminta Evelin untuk segera pulang saja. Evelin tidak bisa membantah, ia pun bangkit dan beranjak pergi setelah sekali lagi memeriksa kondisi Viola. Setelah sepeninggal Evelin, kini Gerald hanya berdua dengan Viola yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Gerald pun bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ranjang. Ia hanya mengamati Viola tanpa menyentuh atau melakukan apa pun.

Kening Gerald mengernyit dalam sebelum bertanya, “Kenapa aku menolongmu? Jika tadi aku membiarkanmu begitu saja, bukankah kau akan mati? Aku memang tidak mau melepaskanmu, tetapi itu tidak berarti aku tidak mau melihatmu mati. Karena jika kau mati, tidak akan ada yang bisa memilikimu.”

Pertanyaan itu tentu saja hanya menggantung di udara tanpa ada jawaban satu pun. Di tengah kekesalannya itu, tiba-tiba Gerald teringat pada Evelin yang memintanya untuk mengurangi kegiatan seks dengan Viola. Jelas Gerald tidak mau menuruti Evelin. Hanya saja, jika Gerald tidak menurutinya, hal itu mungkin akan membuat Gerald lebih repot jika kondisi Viola semakin memburuk. Gerald merasa semakin tidak senang karena acara bersenang-senangnya terganggu. Namun, sedetik kemudian Gerald mendapatkan ide yang cemerlang. Ia menyeringai dan menatap Viola dengan berkata, “Aku bisa bersenang-senang dengan berbagai cara. Istirahatlah dengan baik. Karena setelah kau sembuh, aku akan mengajarkan sesuatu yang menarik padamu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gerald's Obsession   45. Sempurna (END)

    "Ibu, Malvin ingin piknik," ucap Malvin yang sudah berusia lima tahun sembari bermanja di atas pangkuan sang ibu.Viola yang mendengar hal itu tersenyum dan mengangguk. "Kita akan piknik. Tapi, Malvin mau berjanji sesuatu pada Ibu terlebih dahulu?" tanya Viola.Malvin lalu duduk dengan tenang di atas pangkuan Viola yang tengah duduk sembari bersandar di ruang bersantai. "Janji apa, Ibu?" tanya Malvin."Malvin mau janji untuk bersikap lebih baik pada teman-teman Malvin di kelompok bermain?" tanya Viola sembari tersenyum dan mengusap kening putranya yang tumbuh tampan serta cerdas.Malvin yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. Ia jelas tidak mau berjanji, karena ia sama sekali tidak menyukai teman-temannya yang berada di kelompok bermain. Tentu saja, hal itu bisa terbaca dengan mudah oleh Viola. Namun, Viola sama sekali tidak berkata apa pun. Ia mengamati putranya dalam diam, membiarkannya untuk mempertimbangkan jawaban seperti apa yang akan ia berikan padanya. Malvin ini meman

  • Gerald's Obsession   44. Kehidupan Baru

    "Apa kepalamu sudah tidak apa-apa?" tanya Viola pada Evelin yang saat ini tengah menatap gemas pada Malvin.Kini keduanya tengah berada di taman kediaman Dalton yang indah. Viola memang sengaja membawa Malvin ke luar ruangan untuk menikmati waktu berjemur. Malvin malah terlihat bergaya dengan kacamata hitam yang ia kenakan. Bayi itu tampak tertidur lelap dalam pelukan Viola, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Hal itulah yang membuat Evelin yang melihat Malvin merasa begitu gemas padanya. Namun, Evelin tahu jika dirinya tidak boleh mengganggu tidur si bayi tampan. Evelin menatap Viola dan mengangguk. "Lukanya sudah benar-benar sembuh. Tapi aku masih dianjurkan untuk istirahat. Aku tidak bisa mengoperasi sebelum lolos evaluasi yang memastikan jika semua sarafku baik-baik saja," ucap Evelin.Tentu saja Viola yang mendengarnya merasa sangat bersyukur, tetapi di sisi lain juga merasa sangat bersalah. Karena Evelin tidak akan mendapatkan luka seperti itu jika ti

  • Gerald's Obsession   43. Permintaan Viola

    "Apa kau tengah memikirkan pria bodoh itu?" tanya Gerald saat menarik pinggang Viola lebih mendekat padanya. Saat ini, keduanya tengah berada di atas ranjang, setelah memburu kenikmatan duniawi. Dokter memang sudah memberikan izin pada Gerald untuk menyentuh Viola, mengingat Viola sudah benar-benar pulih setelah persalinannya. Tentu saja, Gerald sama sekali tidak membuang waktu dan segera meminta jatah dari istrinya itu. Setelah sekian lama berpuasa, Gerald agaknya lupa diri dan menahan Viola semalaman di atas ranjang. Untungnya, Malvin sama sekali tidak terbangun sepanjang malam. Seakan-akan Malvin tahu jika sang ayah perlu mendapatkan jatah untuk dimanjakan oleh sang ibu. Viola yang mendengar pertanyaan itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Tanpa berbalik, Viola yang masih dipeluk oleh Gerald segera bertanya, "Apa maksudmu?"Mendengar pertanyaan Viola, Gerald pun kesal. Ia menari Viola untuk berbaring terlentang dan menangkangi Viola sembari menatapnya tajam. "Jadi, benar? Kau me

  • Gerald's Obsession   42. Perpisahan

    Viola selesai menyusui Malvin. Ia menciumi Malvin yang sudah kembali tidur dengan begitu gemas, sebelum menyerahkan Malvin pada perawat yang bertugas untuk membawa Malvin kembali ke ruang observasi. Malvin memang sudah tidak lagi harus berada di dalam incubator. Namun, kondisinya masih belum memungkinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Dokter harus mengawasi dan memerika kondisinya, setidaknya untuk tiga hari ke depan. Begitu para perawat pergi dengan membawa Malvin, Viola sudah menatap Gerald dan Bram yang sejak tadi hanya saling berbisik, tanda jika pembicaraan mereka tidak boleh diketahui oleh Viola. Bram memang memasuki ruang rawatnya tepat Viola selesai menyusui Malvin.Baru saja Viola akan mengeluh, seseorang yang tak terduga datang ke ruangan tersebut. Orang tersebut tak lain adalah Dafa yang duduk di kursi roda, dan Dani yang mendorong kursi tersebut. Viola terlihat sangat terkejut dengan kondisi Dafa yang memang belum sehat sepenuhnya. Gips bahkan masih membalut tangannya. Ge

  • Gerald's Obsession   41. Malvin Lamuel Dalton

    Dafa membuka matanya dan disambut dengan pemandangan di mana ibunya menangis dan ayahnya yang berusaha untuk menenangkan istrinya. Dafa pun mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan di mana dirinya berada, dan yakin jika kini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sedetik kemudian, Dafa pun meringis merasakan sakit pada tubuhnya. Lalu Dafa pun mengingat kejadian menegangkan saat dirinya membantu upaya penyelamatan Viola. Ia sengaja menghentikan mobilnya tepat di tengah jalan yang akan dilalui oleh Farrah dan Ezra. Karena itu adalah satu-satunya cara menghentikan mereka. Dafa tidak peduli walaupun dirinya harus mengorbankan dirinya. Hal yang ia pikirkan adalah keselamatan Viola."Sayang, kau sudah sadar? Astaga, Dani panggilkan dokter," ucap Gina panik meminta suaminya untuk segera memanggilkan dokter.Saat ini, kondisi Dafa memang sangat memprihatikannya. Karena kecelakaan itu, separuh tubuhnya terhimpit oleh badan mobil yang ringsek. Tulang rusuk dan tangannya patas, dan salah satu k

  • Gerald's Obsession   40. Bram Menggila

    “Dapat!” seru seseorang yang sebelumnya berkutat dengan komputernya dengan penuh konsentrasi.Gerald yang mendengar hal itu segera meminta orangnya untuk mengirimkan apa yang ia dapat pada ponselnya. Bram segera berlari menyiapkan mobil dan pasukan, sementara Dafa masih merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Ia tidak menyangka jika Gerald benar-benar sangat jauh dari jangkauannya. Selain kaya raya dan memiliki kekuasaan yang terbantah, ternyata Gerald juga memiliki basis pertahanan internet yang sangat kuat.Gerald memiliki puluhan ahli dalam bidang data dan internet yang pantas saja dahulu Dafa kesulitan untuk menemukan keberadaan Viola. Bahkan, Alex yang dimintai bantuan oleh Dafa hingga saat ini tidak pernah terlihat lagi setelah memberikan peringatan pada untuk tidak mengusik orang yang berada di balik semua kejadian yang menyulitkan itu.Dafa pun mengikuti langkah orang-orang yang mulai berpacu dengan waktu. Persembunyian Farrah sudah ditemukan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status