Setelah berteriak, ponsel Bram baru berdenting. Benar-benar berdenting keras. Oh tidak, Caca menoleh kepadanya dan sumber suara. Yah secara naluri manusia memang akan melihat sumber suara yang dia dengar. Ini tidak boleh terbongkar sekarang, Bram masih harus melanjutkan misinya.CitttttttttTtttTt!! Tiba-tiba Bram mengerem mobilnya secara mendadak. Caca yang belum siap terhuyung ke depan. Syukurlah dia memakai seat belt dengan benar. Jika tidak, dia pasti sudah celaka."Kenapa? Apa kamu sakit?" Bram memandang Caca dan mengatakan hal yang paling memalukan baginya: "Perutku tiba-tiba sakit. Aku harus pergi ke kamar mandi."Setelah mengatakan itu, Bram dengan cepat menyambar ponselnya dan keluar dari mobil dengan kecepatan kilat.Caca memperhatikan saat dia dengan cepat menghilang dari penglihatannya."Aneh, sakit perut bawa ponsel," Caca menggelengkan kepalanya, jantung kecilnya sendiri masih berdebar karena terkejut. Sepertinya Dia harus lebih berhati-hati kalau mau naik mobil ini, b
Caca bingung, mengapa akhir akhir ini sangat banyak orang yang tidak tahu malu. Setelah berbohong padanya, Lina bahkan meminta imbalan atas apa yang sama sekali tidak pernah dia lakukan. Caca membatalkan bonus untuk Lina."Kamu sudah berjanji waktu itu akan memberiku bonus, karena aku merawatmu dengan baik." Caca memutar matanya jengah. Apa semua kebohongan itu tetap akan dilanjutkan, andai Caca tidak tahu kebenarannya? Pasti dia akan terus merasa berhutang Budi pada Lina."Tidak jadi." Lina mendengus kesal."Apa? Kamu mengingkari janjimu?" Lina berkata marah dengan menaruh kedua tangannya pada pinggangnya. Seolah olah dia adalah nyonya besar rumah ini, yang sedang memarahi pembantunya. "Ya. Aku tidak akan memberimu sepeserpun. Paham?" Caca berkata acuh tak acuh dengan menyisir rambutnya pelan."Baiklah, aku akan memberitahukan perlakuanmu pada tuan." Ancam lina."Yah, silahkan, katakan apapun yang Kamu mau. KALAU BISA!" perkataan Caca dengan di akhiri senyum miring. "Kamu!" Lina
Itu adalah malam yang ditakdirkan untuk menjadi menawan dan indah bagi mereka.Bram belum pernah mengalami malam yang benar-benar memuaskan, sejak pertama kali dia melakukan dengan Caca sebagai suaminya.Jadi, dia ingin malam ini menjadi malam yang luar biasa.Lagi dan lagi dan lagi.Tubuh kecil Caca sangat pas untuk dia kukung dalam gairahnya. "Aku harus melaksanakan sidang skripsi besok, jam sembilan, jadi aku tidak boleh terlambat, segera mulai dan akhiri dengan cepat!" Gumaman Caca, dengan engahan nafas hangatnya, membuat Bram benar-benar tidak bisa menahan diri lagi. Bram segera melepas baju tidur Caca dan dia juga melepas kemejanya. Dibaringkannya tubuh Caca, dan mulai menyapukan bibir serta lidahnya pada tubuh Caca, mulai dari kening, hidung, bibir, tulang selangka Caca yang nampak menonjol, hingga tepat berada di dada kecil padat Caca. Bram menyapukan lidahnya pada ujung dada Caca yang sudah menonjol. Caca yang merasakan sapuan lidah Bram mengangkat dadanya naik. Jari-jari
Semua orang di jalanan melihat ke arah Caca. Bagaimana tidak, pakaian formal dengan tas di bahu kirinya. Namun, rambutnya yang acak-acakan serta wajahnya yang pucat, serta sepatu heels berwarna hitam yang ia tenteng di tangan sebelah kanan, membuatnya terlihat seperti orang depresi karena tadi ia harus berlari dari rumah hingga halte depan komplek.Setelah dia sampai, Caca segera keluar dari komplek Rainbow City dan menunggu taksi lewat.Tidak boleh terlambat.Dia tidak boleh terlambat.Tapi dia sudah terlambat sekarang.Semua pikiran buruk ada di kepalanya.Kampusnya sangat mementingkan nilai akhir yang sempurna. Tidak seperti perguruan tinggi seni lainnya, begitu terkenal dan dikontrak oleh perusahaan, maka bisa lulus dengan mudah.Namun, Kampus Caca, yang selama ini dikenal ketat, tidak akan pernah mentolerir hal-hal seperti itu.Pernah ada seorang bintang yang sudah menjadi hits saat kelulusan, dia tidak bisa menyelesaikan skripsinya dan tidak muncul untuk sidang akhir kelulusann
Bram yang mendapat tatapan tajam dari Caca mendengus."Apa lagi? Itu memang seharusnya aku berikan pada klienku. Tapi dia berhalangan hadir, karena dia harus pulang ke negaranya, jadi daripada terbuang sia-sia lebih baik kamu pakai." Caca masih terus menatap tajam Bram."Kenapa Kamu terus melihatku seperti itu, apakah aku terlalu tampan untuk Kamu lewatkan?" Tanya Bram dengan tingkat kepedean setinggi planet mars."Benarkah ini sebuah kebetulan. Bukan karena Kamu sengaja membelikan ku untuk percobaan penyuapan." Caca tidak terlalu percaya dengan sebuah kebetulan."Dih. Untuk apa? " Jawab Bram mendengus geli: "Lagipula, gaun itu tidak terlalu berharga, dan harganya pun juga tidak mahal. Karena gaun itu barang tiruan. Tapi tenang, itu barang tiruan yang kualitasnya juga bagus kok, jadi aman!" Hati Caca masih merasa hangat, setelah kejadian tadi siang. Kenapa pria ini, sangat baik padanya. Ingin dia mengucapkan terimakasih atas apa yang telah dia lakukan padanya. Tapi, karena Caca ju
Saat bulan purnama mulai terbenam, dan matahari merangkak naik menyinari dunia, hari baru telah datang. Cahaya matahari masuk dari celah jendela balkon pria itu, disertai angin sepoi sepoi dari luar. Mata yang biasanya berwarna coklat pekat yang mampu membuat semua orang terdiam hanya dengan melihat matanya itu, kini berubah menjadi coklat kekuningan. Bram nampak lelah, dengan rambut yang acak-acakan serta ekspresi lelahnya. Tetapi kekacauan itu tidak dapat mempengaruhi ketampanan pria itu.Terdengar suara kunci di buka, tak lama, pak Opik masuk, membawa minum untuk tuannya. “Tuan Muda, apa Anda merasa lebih baik? “ Pak Opik berjalan ke sisi Bram. "Ya." Bram menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. "Minumlah, itu akan membuat Anda merasa lebih baik."Bram mengambil cangkir itu dari tangan Pak Opik. Cairan hangat yang masuk ke tubuhnya membuat ia merasa lebih baik. Dalam sekejap secangkir minuman itu habis, Bram melemparkan cangkir itu tepat pada tempat sampah sudut ruangan.
Sementara itu, Bram mendengar suara lembut datang."Bram." Kemudian, seorang wanita anggun perlahan mendekat."Bu," Bram terkejut.Wanita itu tampak berusia 60 an, dengan kulit yang terawat, temperamen yang sangat baik, dan sosok yang ramping, tetapi dia tidak terlihat lemah.Mata coklat jernih itu memikat jiwa.Maria.“Nyonya dan Tuan Muda sudah lama tidak bertemu anda, silahkan masuk, dan berbincang-bincanglah di dalam. Jika butuh apa-apa panggil saja saya” Setelah Pak Opik mengatakan itu, dia pergi begitu saja, dan menutup pintu untuk mereka“Bram, bagaimana kabarmu? Apa kamu makan dengan baik dan tidur nyenyak?”Maria mengulurkan tangan dan dengan lembut membelai rambut Bram."Bu, aku bukan anak kecil lagi." Bram memperingatkan.Mula-mula Maria tercengang, lalu tersenyum lembut, "Oh iya, anakku sudah besar, dan aku sudah akan berusia enam puluh tahun sebentar lagi.Matanya berkilat anggun.Dulu, Maria secara tidak sengaja mengandung Bram, seorang manusia yang bercampur keturunan
Kata-kata Meisya membuat Queen merasa dipermalukan. Queen memandang Caca penuh jijik."Oh, jadi dia pakai barang tiruan? Bagus juga." Ucap Queen dengan angkuh dan meremehkan. "Memalukan." Cemooh Queen dengan sarkas.Meisya, yang cukup tahu tentang fashion dan brand pakaian, terus menatap gaun Caca."Mei, sudah tidak perlu dilihat, mau berapa kalipun kamu melihat, gaun itu tetap akan jadi barang tiruan." Queen mengingatkan Meisya untuk tidak terus-terusan memandangi gaun Caca. Meisya menggelengkan kepalanya, "Tapi gaun itu, tidak seperti barang tiruan, pakaian yang Angel buat, bukanlah sesuatu yang bisa ditiru oleh sembarang orang." Semua gadis-gadis itu tahu, Bahwa perusahaan keluarga meisya bergerak di bidang fashion. Ibunya adalah seorang desainer terkenal. Dan Meisya telah mendatangi acara-acara fashion sejak dia masih kecil, jadi dia tahu betul tentang hal-hal seperti itu. Bagaimana dia bisa salah?“Semua pakaian Angel memiliki fitur tersembunyi, yang juga dianggap sebagai ta