Share

Bab 20

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-12-22 00:48:59

***

Aran sedang fokus bekerja ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Oma tertera di layar.

“Halo, Oma,” jawabnya.

“Aran, Oma minta tolong. Tolong bawa Lala pulang, ya. Dari tadi malam dia nggak pulang. Oma takut terjadi apa-apa, soalnya sebelum pergi dari rumah dia sempat ribut dengan mamanya,” ucap Oma dengan suara bergetar menahan cemas.

Aran melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul sepuluh malam.

Dadanya terasa mengeras. Seketika, ingatannya melayang pada ucapan Lala pagi tadi.

“Adinda turun,” katanya ringan sambil membuka pintu. “Tapi jangan lupa jemput. Atau Adinda nggak akan pernah pulang ke rumah,” ancamnya—manis, nyaris seperti bercanda.

Aran mengusap wajahnya dengan perasaan kacau.

“Aran, kamu masih di sana?” tanya Oma memastikan.

“Mungkin Oma bisa langsung menghubunginya. Saya yakin Lala akan segera kembali,” jawab Aran. Padahal, jauh di dalam hatinya, ia sama sekali tak ingin terus berhadapan dengan Lala.

“Aran, Oma sudah menghubunginya berkali-ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 25

    Langit malam begitu indah, bulan menggantung tenang, sementara bintang-bintang bertaburan seperti rahasia yang disimpan langit. Namun hati Lala justru sunyi, sepi yang tak bersuara. Luka dan rasa sakit berdiam di dadanya, perlahan menjelma tusukan, membuat setiap tarikan napas terasa berat dan perih. Bagaimana bisa ia lahir sebagai seseorang yang dipenuhi luka. Ia bukan hanya tak beruntung dalam keluarga, tetapi juga dalam asmara. Tak ada yang benar-benar berpihak padanya, selain luka yang setia tinggal. Entah sampai kapan ia harus menahannya sendiri, bertahan hidup ketika hatinya sudah hampir sepenuhnya menyerah. Malam berlalu tanpa benar-benar pergi. Kesunyian masih menggantung ketika cahaya pertama menyelinap pelan dari balik jendela. Pagi datang begitu saja, tanpa permisi, seolah waktu terus berjalan meski Lala semalam tak pernah benar-benar beristirahat. Udara pagi terasa dingin di kulitnya. Langit tak lagi gelap, tapi hatinya masih sama—penuh sisa luka yang b

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 23

    Tok, tok, tok… Suara ketukan pintu itu menyadarkannya. Lala segera mengusap wajahnya kasar lalu bangkit. Ia harus menutupi semua lukanya. Jika sampai ada yang tahu, ia bisa merusak pernikahan orang lain dan dia tidak akan pernah melakukan hal itu. Namun ketika pintu terbuka, Aran berdiri di sana. Dada Lala kembali sesak. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan isak yang hampir pecah. Rasa malu membuatnya tak sanggup menatap wajah Aran. Ia menunduk cepat, menghindari pandangan itu. “Maaf, Kak,” ucapnya lirih dengan suara bergetar. “Kemarin aku memaksa kamu. Aku janji nggak akan mengulangi lagi. Aku juga nggak akan bersikap seperti kemarin… dan aku minta maaf karena udah salah mengartikan perasaan kamu ke aku. Tolong lupakan apa yang pernah terjadi diantara kita, anggap saja semua itu tidak pernah terjadi.” Sunyi. Tak ada jawaban. Hanya keheningan yang menggantung, menekan dada Lala semakin dalam.Jeritan luka hanya bisa ditahan seiring sakit yang menusuk menyesakkan dada.Dima

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 23

    “Iya, mereka berdua sudah menikah tiga bulan yang lalu. Rencananya, beberapa hari lagi akan mengadakan resepsi sekaligus berangkat bulan madu,” jelas Nining dengan wajah penuh kebahagiaan. “Bima sempat bercerita soal ini. Rencana mereka juga akan datang. .Ya sudahlah, yang penting mereka berdua bahagia,” sahut Oma. “Makasih doanya, Oma,” ucap Sarah sambil tersenyum malu. Sementara itu, jantung Lala berdetak semakin kencang. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Aran ternyata telah memiliki seorang istri. “Iya, nanti Oma kasih kado bulan madu saja. Terserah kalian mau ke mana,” kata Oma lagi dengan wajah bahagia. “Wah, benarkah, Oma?” sahut Sarah tak percaya. “Iya dong. Aran sudah seperti keluarga untuk kami,” kata Oma. “Terima kasih, Oma.” “Sama-sama, Nak. Selama Lala di sini, Oma titipkan dia padamu ya,” kata Oma penuh harap. “Tentu, Oma.” “Lala, kamu aman di sini. Oma sudah tidak akan khawatir lagi,” ucap Oma dengan perasaan lega. Lala mengangguk pelan. “Ayo, ak

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 22

    Pagi belum sepenuhnya bernama ketika Lala berangkat. Langit masih ragu memilih warna, dan dunia seperti menahan napas. Namun di dadanya, bahagia telah lebih dulu menemukan tempatnya—tenang, hangat, dan tak tergesa. Jalan menuju desa menjelma seperti sajak panjang yang dibacakan pelan oleh waktu. Setiap langkah adalah bait, setiap hembusan angin adalah jeda yang menyentuh perasaannya tanpa suara. Lala membiarkan dirinya hanyut, membiarkan harapan berjalan sejajar dengan langkah kakinya. Ada getar halus yang tak ingin ia sebutkan, takut jika kata-kata justru merusaknya. Bahagia itu rapuh, tapi indah—seperti cahaya pagi yang menempel di daun basah, cukup untuk membuat siapa pun percaya bahwa hidup masih ingin memberi. Lala tersenyum kecil. Ia tahu, di ujung perjalanan ini, takdir sedang menunggunya dalam diam. Jalan mulai menyempit ketika mobil melambat. Ban menyentuh tanah yang tak lagi sehalus kota, dan getarnya merambat pelan ke dalam dada Lala. Desa itu sudah dekat—belum terl

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 21

    Akhirnya mobil berhenti di halaman rumah besar milik Oma. Lala tidak langsung turun. Ia melirik Aran lebih dulu, menatapnya dengan sorot mata yang sulit ditebak. “Kak,” ucapnya pelan namun tajam, “Lala kasih waktu satu minggu buat Kakak menikahi Lala. Kalau nggak…” bibirnya melengkung membentuk senyum manis yang terasa seperti ancaman, “…Lala akan bicara ke Oma dan ke Kak Bima tentang apa yang sudah terjadi di antara kita.” “Apa kamu mengancamku?!” Aran menoleh tajam. “Iya,” jawab Lala tanpa ragu. Keduanya saling menatap. Aran dengan sorot mata dingin dan menahan amarah, sementara Lala tetap dengan senyum manja yang tak goyah. “Apa tidak ada laki-laki lain di dunia ini selain aku?” tanya Aran sinis. “Ada.” “Lalu?” “Aku cuma mau kamu.” Perdebatan itu terhenti ketika suara seseorang terdengar dari teras. “Lala, apa kamu pulang bersama Aran?” tanya Oma setelah melihat mobil Aran terparkir di halaman. Lala segera membuka pintu dan turun dari mobil. “Sayang, kamu

  • Godaan Dokter Cantik   Bab 20

    *** Aran sedang fokus bekerja ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Oma tertera di layar. “Halo, Oma,” jawabnya. “Aran, Oma minta tolong. Tolong bawa Lala pulang, ya. Dari tadi malam dia nggak pulang. Oma takut terjadi apa-apa, soalnya sebelum pergi dari rumah dia sempat ribut dengan mamanya,” ucap Oma dengan suara bergetar menahan cemas. Aran melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul sepuluh malam. Dadanya terasa mengeras. Seketika, ingatannya melayang pada ucapan Lala pagi tadi. “Adinda turun,” katanya ringan sambil membuka pintu. “Tapi jangan lupa jemput. Atau Adinda nggak akan pernah pulang ke rumah,” ancamnya—manis, nyaris seperti bercanda. Aran mengusap wajahnya dengan perasaan kacau. “Aran, kamu masih di sana?” tanya Oma memastikan. “Mungkin Oma bisa langsung menghubunginya. Saya yakin Lala akan segera kembali,” jawab Aran. Padahal, jauh di dalam hatinya, ia sama sekali tak ingin terus berhadapan dengan Lala. “Aran, Oma sudah menghubunginya berkali-ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status