แชร์

3. Pria Tampan Itu ....

ผู้เขียน: Nhaya_Khania
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-13 13:02:44

Waktu sudah menunjuk angka delapan lewat lima belas.

Joanna mengerang pelan merasakan tubuhnya yang sangat sakit dan pegal-pegal. Kepalanya terasa berat, seolah ada palu yang menghantamnya berulang kali.

Dia lalu membuka mata perlahan dan mencoba memahami di mana dia berada. Pandangannya berkeliling, asing, jauh berbeda dari apartemen studio mungilnya.

Lalu tubuhnya menegang. Dia sadar kini tengah telanjang, hanya tertutup selimut tipis.

“Tidak!” bisiknya dengan napas yang tercekat.

Ingatannya berkelebat—bar, alkohol, sosok pria dengan tatapan tajam, bibir yang terlalu dalam mencumbu, dan sentuhan panas di seluruh tubuh.

Joanna mendadak duduk lalu memeluk selimut dengan erat-erat. Dadanya naik turun dengan cepat.

“Tuhan ... jangan bilang itu nyata.”

Ia menoleh ke sisi ranjang. Kosong. Pria itu sudah tidak ada. Hanya bekas lipatan tubuh di seprai yang membuktikan kehadirannya semalam.

Joanna menutup wajah dengan kedua tangannya. Pipinya panas, campuran antara malu, takut, dan panik.

“Aku yakin, ini hanya mimpi buruk,” ujarnya meyakinkan diri. “Aku mabuk ... ini pasti hanya halusinasi.”

Namun rasa sakit yang samar di tubuhnya menegaskan kenyataan yang tak terbantahkan. Area sensitifnya terasa perih bahkan terasa cairan menggenang di sana.

Dengan tergesa, dia turun dari ranjang lalu mengais pakaian yang berserakan di lantai.

Gaunnya tampak sudah kusut, stocking sobek, dan rambutnya berantakan. Ia pun berpakaian sekenanya, lalu meraih tas dan kabur dari kamar hotel itu tanpa menoleh lagi.

Sesampainya di apartemen, Joanna langsung menjatuhkan diri ke ranjang. “Aku gila! Bagaimana aku bisa ....”

Bahkan dia sudah tidak bisa lagi melanjutkan ucapannya.

Namun sebelum dia bisa terus meratap, ponselnya berdering. Sebuah notifikasi muncul—jadwal wawancara kerja pukul 10 pagi.

Joanna mendadak terlonjak. “Astaga!” Ia menatap jam di layar: pukul 8.50.

Wawancara itu bukan sembarang wawancara. Itu kesempatan terakhirnya. Joanna sudah berbulan-bulan mencari pekerjaan tetap setelah resign dari kantor lamanya karena alasan pribadi.

Perusahaan besar yang membuka lowongan kali ini adalah satu-satunya peluang untuk mengubah hidupnya.

Dia pun segera bangkit dan berlari ke kamar mandi. Air dingin menyapu wajahnya, menghapus sisa air mata dan rasa kantuk.

Dengan tangan gemetar, dia merapikan penampilan, memilih blazer rapi meski sedikit kusut, dan menyembunyikan lingkar hitam di matanya dengan riasan tipis.

**

Gedung perusahaan itu menjulang tinggi, kaca-kacanya berkilau diterpa cahaya matahari. Joanna berdiri di depan lobi lalu menelan ludah. Jantungnya berdetak kencang.

“Fokus, Jo. Lupakan semalam. Anggap saja tidak pernah terjadi,” katanya pada diri sendiri.

Ia pun melangkah masuk lalu menyebutkan namanya pada resepsionis, lalu diarahkan ke lantai atas untuk wawancara. Setiap detik terasa seperti langkah menuju takdir baru.

Sesampainya di ruang tunggu, dia duduk dengan tegak, meski tangannya terasa dingin. Beberapa kandidat lain menunggu dengan wajah serius.

Joanna mencoba mengatur napas, mengingat jawaban yang sudah dia latih seminggu terakhir ini.

Tak lama kemudian, seorang asisten membuka pintu. “Joanna, silakan masuk.”

Ia berdiri lalu menegakkan tubuhnya dan masuk ke ruangan wawancara.

Ruangannya luas, dengan jendela besar menampilkan pemandangan kota. Meja kayu elegan berdiri di tengah, dengan kursi kulit di belakangnya.

Joanna melangkah mendekat, dan matanya langsung tertuju pada sosok yang duduk di kursi tersebut.

Dan darahnya seketika membeku.

Pria itu menegakkan tubuhnya, mengenakan setelan jas hitam rapi, tatapan matanya yang tajam namun tenang. Rahang tegas, aura wibawa yang tak mungkin salah.

Damian.

Waktu seakan berhenti. Joanna tertegun, mulutnya sedikit terbuka, napas tercekat. “Pa-Paman Damian?” Joanna baru tahu bahwa ayah dari Angel adalah pemilik perusahaan ini.

“Astaga. Aku hanya tahu satu perusahaan yang pernah Angel sebutkan. Ternyata, perusahaan ini pun miliknya,” gumamnya bahkan nyaris tak terdengar.

Damian menatapnya balik dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Sekilas, matanya memancarkan keterkejutan yang sama, namun cepat tertutup oleh sikap profesional yang dingin.

“Silakan duduk,” ucapnya datar. Namun, suaranya sama persis seperti yang Joanna dengar berbisik di telinganya semalam.

Tiba-tiba saja kejadian semalam membuatnya pening. Suara itu ….

Joanna langsung menggeleng. Tidak mungkin! Tidak mungkin Joanna tidur dengan Damian.

Damian membuka berkas di hadapannya lalu menatap Joanna dengan tatapan penuh arti.

Senyum samar menghiasi bibirnya, entah senyum professional ... atau peringatan halus.

“Jadi, Joanna,” katanya dengan tenang. “Mari kita mulai wawancaranya.”

“Tapi, sebelum wawancara dimulai, aku ingin memberitahumu sesuatu. Tentang kejadian semalam.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   10. Bisa Kehilangan Kendali

    Damian kembali dari keramaian pesta menuju ruang VIP. Lampu redup berwarna kuning keemasan menyoroti meja bundar dengan botol anggur yang masih penuh.Joanna, yang sedari tadi duduk sambil menggenggam gelas, langsung menoleh ketika pintu terbuka dan Damian masuk dengan langkah santai namun penuh wibawa.Joanna menegakkan tubuhnya. Tatapannya waspada, namun juga dipenuhi rasa ingin tahu.“Untuk apa Angel memanggilmu tadi?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.Damian hanya tersenyum tipis. Senyum yang sama sekali tidak memberi jawaban, malah menimbulkan seribu tanda tanya di kepala Joanna.Laki-laki itu melepas jasnya, meletakkannya di sandaran kursi, lalu berjalan mendekat ke arah gadis itu.“Jawab pertanyaanku, Damian,” desak Joanna lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.Bukannya menjawab, Damian justru duduk di sebelahnya.Dekat sekali. Begitu dekat hingga Joanna bisa merasakan aroma cologne maskulin yang khas menusuk hingga ke relung dadanya.Tangannya bergerak santai saat merai

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   9. Aku sudah Punya Kekasih!

    Bab 9:Angel melangkah dengan penuh percaya diri di antara para tamu.Gaun merahnya yang membalut tubuh ramping mencuri perhatian beberapa pria, namun matanya hanya terpaku pada satu sosok: Damian—sang ayah yang berdiri elegan di dekat meja minuman dan dikelilingi beberapa rekan bisnis di sana.Tatapannya dingin, auranya berwibawa hingga membuat beberapa orang enggan mendekat terlalu lama.Angel tahu, ayahnya selalu menjaga jarak dengan wanita. Sejak bercerai dari ibunya, Damian tak pernah terlihat mesra dengan siapa pun.Tidak ada rumor kedekatan, tidak ada gosip asmara dengan pria itu.Itulah yang membuat Angel yakin malam ini akan jadi malam yang berbeda.Ia sudah menyiapkan sesuatu—seorang wanita cantik yang bisa memikat siapa pun, bahkan lelaki setangguh Damian.“Papa?” Angel mendekat dengan suara manis dan pura-pura lembut.Damian mengalihkan pandangan sejenak lalu menatap Angel dengan ekspresi datar.“Apa yang kau inginkan, Angel?” tanyanya singkat.Angel tersenyum kecil, pura-

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   8. Alasan Joanna yang Lucu

    “Aku ….”Tanpa menunggu lanjutan dari ucapan Joanna, Damian kembali meraup bibir Joanna.Tubuh Joanna langsung terhimpit di antara punggungnya dan dinding yang dingin. Napasnya tercekat, bibir Damian sudah menubruk dengan brutal, mencuri habis oksigen dari paru-parunya.Ciumannya liar—keras, menuntut, tanpa memberi ruang untuk menolak. Giginya menyeret bibir bawah Joanna, lalu menghisapnya dalam ritme rakus.Lidahnya menembus, mendominasi mulutnya, menjelajah setiap sudut hingga Joanna mengerang tertahan.“Eungh ….”Suara itu justru membuatnya semakin gila, menekan lebih dalam, dan mencumbunya seolah ingin melumat habis dirinya.Tangannya tak tinggal diam. Satu menahan rahang Joanna agar tak bisa berpaling, sementara yang lain meluncur ke pinggang, meremas keras seolah ingin meninggalkan bekas.Jari-jarinya bergerak liar, menyusuri garis tubuhnya, dan menarik paksa kain tipis gaunnya agar naik, hingga kulit paha halus Joanna tersentuh.Joanna mendesah dan tubuhnya menegang di antara d

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   7. Amarah Dibalas Desah

    “Semua mata tertuju padamu,” bisik Damian di telinga Joanna ketika mereka tiba di sebuah ballroom hotel tempat di mana pesta dilangsungkan.Joanna berdiri di samping Damian, tubuhnya terbalut gaun hitam elegan yang jatuh sempurna mengikuti lekuk tubuhnya.Rambutnya digelung rapi, hanya beberapa helai dibiarkan terurai untuk membingkai wajahnya. Riasannya sederhana, namun cukup untuk memancarkan aura memikat.Para tamu menoleh. Beberapa bahkan berbisik di belakang punggungnya. Ada kekaguman yang jelas terpancar dari mata mereka.Joanna bisa merasakan sorot itu—sorot yang dulu tak pernah ia dapatkan ketika masih bersama Thomas.‘Jangan terjebak. Ingat, ini hanya sandiwara,’ batinnya menegur diri sendiri.“Aku harus menemui temanku dulu. Makan atau minumlah yang kau inginkan, Joanna,” ucap Damian sebelum melangkah meninggalkan Joanna yang berdiri terpaku di sana.Baru saja Joanna hendak mengambil minuman, suara langkah kaki menghentak datang menghampirinya.Thomas dan Angel.Kedua orang

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   6. Jadi Pendampingnya di Pesta

    “Baiklah. Aku menerimanya.” Joanna menghela napas berat, seberat jawaban yang baru saja dia keluarkan untuk Damian.“Good! Pilihan yang cerdas,” ucapnya lalu menutup dokumen tersebut.“Mulai besok, kau resmi bekerja di perusahaanku juga kekasihku. Jangan coba-coba menyangkal, Joanna. Kau sudah jadi milikku sekarang!”Joanna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu beranjak dari duduknya, keluar dari ruangan yang cukup mengeluarkan hawa panas itu.“Sial!” bisiknya. “Kenapa hidupku berubah jadi neraka seperti ini?”Namun dia tahu, dia tidak punya pilihan. Jadi, dengan hati yang penuh kebencian, Joanna akhirnya menerima permainan busuk itu.**Hari pertamanya di perusahaan terasa aneh. Joanna diperlakukan istimewa., terlihat dari ruangannya yang lebih nyaman dibanding staf lain.Ia jarang diberi tugas berat. Semua orang memandangnya dengan hormat—atau mungkin dengan kecurigaan.Dan Damian, dia selalu datang tiba-tiba. Entah muncul di depan meja kerjanya dengan alasan sepele,

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   5. Tawaran Gila

    “Apa?! Apa kau bercanda, Paman? Kekasihmu? Apa kau gila?!” Mata Joana langsung membelalak mendengarnya.“Aku tidak sedang bercanda,” Damian melanjutkan.“Kau seorang wanita cerdas, cantik, dan penuh emosi yang nyata. Dan aku tertarik untuk membantumu balas dendam. Lagi pula, aku tidak terlalu dekat dengan anakku. Dia keras kepala, persis ibunya, mantan istriku.”Joanna terperangah. Dadanya bergetar antara marah dan malu. “Kekasihmu?” Dia pun tertawa hambar lalu geleng-geleng dengan pelan.“Apa kau pikir aku mainan, Paman Damian? Kau tidur denganku semalam—ketika aku mabuk—dan sekarang kau seenaknya menawarkan ini?!”Damian tetap tenang, nyaris tidak terguncang oleh ledakannya. “Aku hanya menawarkan kesempatan. Kau bisa menolaknya jika mau.”Joanna berdiri, kursinya bergeser dengan suara berderit. “Tentu saja aku menolaknya! Kau … maaf, terlalu tua untukku.”Mengingat usianya yang baru dua puluh empat tahun, sementara Damian sudah empat puluh lima tahun. Tentu menjadikan pertimbangan k

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status