Share

2. Tidak Pernah Seyakin Ini

Penulis: Nhaya_Khania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-13 12:50:36

Joanna yang sudah sangat mabuk itu menunjuk dadanya sendiri. “Kau … mengenalku?” tanyanya dengan suara parau.

“Tentu saja. Apa yang membuatmu seperti ini, Joanna?” tanya pria itu dengan suara dingin.

Joanna menyunggingkan senyum sinis. Kepalanya yang oleng itu kemudian bersandar di dada bidang pria itu.

“Semua pria sama saja,” ujarnya dengan lantang dan membuat pria itu menaikkan alisnya.

Ia menenggak lagi minumannya, lalu menoleh pada pria yang duduk paling dekat.

“Hei, kau ... mau jadi penggantinya? Malam ini … aku butuh pelarian. Setidaknya sampai membuat melupakan pria berengsek itu yang sudah selingkuh dengan sahabatku sendiri.”

“Sahabatmu? Maksudmu … Angel?” tanyanya kemudian.

Joanna menoleh pelan. Menatap pria yang sudah berusia matang, dengan setelan jas gelap meski di tempat semacam ini, duduk di kursi bar tak jauh darinya.

Wajahnya tampan dengan rahang tegas, mata tajam namun penuh wibawa. Ada aura dingin dan berkelas yang membuat pria lain di bar tampak kecil dibanding dirinya.

“Kau juga mengenal wanita bajingan itu rupanya,” bisiknya lalu terkekeh pelan.

“Apa yang mereka lakukan, Joanna?” tanyanya ingin tahu.

Joanna memejamkan matanya lalu menghela napas kasar. “Pria yang kucintai sedang bercinta dengan sahabatku di apartemennya. Thomas dan Angel. Mereka berdua mengkhianati, pria tampan.”

“Anak itu ….” Pria bernama Damian itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi asistennya.

“Cari tahu soal Angel dan Thomas. Sudah berapa lama mereka menjalin hubungan di belakang Joanna.” Dia lalu menutup panggilan itu dan menaruh ponselnya ke saku jasnya lagi.

Joanna tersenyum genit, meski mabuk membuat gerakannya goyah. “Kau tahu? Pria dewasa sepertimu mungkin bisa membuatku lupa. Hanya malam ini.”

Damian menegakkan tubuhnya dan mencoba tetap rasional. “Kau tidak waras sekarang. Kalau aku menyentuhmu sekarang, besok kau akan menyesal, Joanna.”

Joanna justru terkekeh, lalu mendekatkan wajahnya pada wajah pria berusia empat puluh lima tahun itu. Napas alkoholnya hangat di wajah Damian.

“Aku sudah menyesal sejak masuk ke apartemen itu. Jadi, apa artinya satu penyesalan lagi?”

Kata-kata itu menusuk Damian. Ia tahu seharusnya berhenti, namun ketika Joanna menempelkan tubuhnya ke dadanya, sesuatu di dalam dirinya pecah.

Alkohol dalam darahnya sendiri ikut memperburuk keputusan.

Damian meraih bahu Joanna yang awalnya untuk menjauhkan. Tapi sentuhan lembut kulitnya justru membakar.

Joanna menatapnya dengan mata sendu lalu bibirnya bergetar tipis.

Lalu ia berbisik, “Bawa aku pergi dari sini. Aku janji, aku akan jadi gadis liar dan nakal seperti yang pria inginkan.”

Tangan Damian mengepal untuk menahan diri dari godaan Joanna yang sudah semakin menjadi. “Shitt!” umpatnya sudah tak bisa lagi menahan diri.

Damian terdiam sejenak, lalu berdiri. Dengan tatapan tajam, dia kemudian meraih tangan Joanna. “Baiklah.”

Mereka keluar dari bar dan membawanya ke kamar hotel yang tak jauh dari sana yang sudah Damian pesan beberapa jam yang lalu karena kebetulan baru saja bertemu dengan kliennya di sana.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di hotel mewah milik rekan bisnis Damian.

Lobby yang tenang kontras dengan kekacauan yang berkecamuk di dada mereka. Damian menarik Joanna ke kamar yang sudah disiapkan.

“Kau yakin akan melakukan ini, Joanna?” tanya Damian kemudian.

Joanna melangkah dengan gontai mendekati Damian lalu tersenyum manis. “Sentuh aku, pria tampan. Aku ingin berteriak liar saat kau menyentuhku. Ayo, lakukan sekarang juga!”

“Oh, shit! Gadis ini benar-benar membuatku hilang kendali,” gerutunya kemudian menarik kepala Joanna dan meraup bibir wanita itu dengan kasar dan menuntut.

Yang awalnya ragu, kini ciuman itu semakin dalam, semakin liar. Joanna menempel erat, seolah ingin melebur, ingin membakar semua luka dengan gairah yang meledak.

Damian membalasnya, tubuhnya menunduk, lalu mencumbu leher Joanna dengan panas.

Gaun tipis yang dikenakan Joanna tergelincir lalu jatuh dari bahunya. Napas mereka memburu, dan ruangan kamar hotel itu mendadak penuh dengan desahan dan hasrat yang tak terbendung.

Mereka jatuh ke atas ranjang.

Damian menatap wajah Joanna yang memerah, antara mabuk dan terbakar. “Kau yakin?” bisiknya seolah tengah memberi kesempatan terakhir.

Joanna menatap balik dengan senyum getir. “Aku tidak pernah seyakin ini.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   10. Bisa Kehilangan Kendali

    Damian kembali dari keramaian pesta menuju ruang VIP. Lampu redup berwarna kuning keemasan menyoroti meja bundar dengan botol anggur yang masih penuh.Joanna, yang sedari tadi duduk sambil menggenggam gelas, langsung menoleh ketika pintu terbuka dan Damian masuk dengan langkah santai namun penuh wibawa.Joanna menegakkan tubuhnya. Tatapannya waspada, namun juga dipenuhi rasa ingin tahu.“Untuk apa Angel memanggilmu tadi?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.Damian hanya tersenyum tipis. Senyum yang sama sekali tidak memberi jawaban, malah menimbulkan seribu tanda tanya di kepala Joanna.Laki-laki itu melepas jasnya, meletakkannya di sandaran kursi, lalu berjalan mendekat ke arah gadis itu.“Jawab pertanyaanku, Damian,” desak Joanna lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.Bukannya menjawab, Damian justru duduk di sebelahnya.Dekat sekali. Begitu dekat hingga Joanna bisa merasakan aroma cologne maskulin yang khas menusuk hingga ke relung dadanya.Tangannya bergerak santai saat merai

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   9. Aku sudah Punya Kekasih!

    Bab 9:Angel melangkah dengan penuh percaya diri di antara para tamu.Gaun merahnya yang membalut tubuh ramping mencuri perhatian beberapa pria, namun matanya hanya terpaku pada satu sosok: Damian—sang ayah yang berdiri elegan di dekat meja minuman dan dikelilingi beberapa rekan bisnis di sana.Tatapannya dingin, auranya berwibawa hingga membuat beberapa orang enggan mendekat terlalu lama.Angel tahu, ayahnya selalu menjaga jarak dengan wanita. Sejak bercerai dari ibunya, Damian tak pernah terlihat mesra dengan siapa pun.Tidak ada rumor kedekatan, tidak ada gosip asmara dengan pria itu.Itulah yang membuat Angel yakin malam ini akan jadi malam yang berbeda.Ia sudah menyiapkan sesuatu—seorang wanita cantik yang bisa memikat siapa pun, bahkan lelaki setangguh Damian.“Papa?” Angel mendekat dengan suara manis dan pura-pura lembut.Damian mengalihkan pandangan sejenak lalu menatap Angel dengan ekspresi datar.“Apa yang kau inginkan, Angel?” tanyanya singkat.Angel tersenyum kecil, pura-

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   8. Alasan Joanna yang Lucu

    “Aku ….”Tanpa menunggu lanjutan dari ucapan Joanna, Damian kembali meraup bibir Joanna.Tubuh Joanna langsung terhimpit di antara punggungnya dan dinding yang dingin. Napasnya tercekat, bibir Damian sudah menubruk dengan brutal, mencuri habis oksigen dari paru-parunya.Ciumannya liar—keras, menuntut, tanpa memberi ruang untuk menolak. Giginya menyeret bibir bawah Joanna, lalu menghisapnya dalam ritme rakus.Lidahnya menembus, mendominasi mulutnya, menjelajah setiap sudut hingga Joanna mengerang tertahan.“Eungh ….”Suara itu justru membuatnya semakin gila, menekan lebih dalam, dan mencumbunya seolah ingin melumat habis dirinya.Tangannya tak tinggal diam. Satu menahan rahang Joanna agar tak bisa berpaling, sementara yang lain meluncur ke pinggang, meremas keras seolah ingin meninggalkan bekas.Jari-jarinya bergerak liar, menyusuri garis tubuhnya, dan menarik paksa kain tipis gaunnya agar naik, hingga kulit paha halus Joanna tersentuh.Joanna mendesah dan tubuhnya menegang di antara d

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   7. Amarah Dibalas Desah

    “Semua mata tertuju padamu,” bisik Damian di telinga Joanna ketika mereka tiba di sebuah ballroom hotel tempat di mana pesta dilangsungkan.Joanna berdiri di samping Damian, tubuhnya terbalut gaun hitam elegan yang jatuh sempurna mengikuti lekuk tubuhnya.Rambutnya digelung rapi, hanya beberapa helai dibiarkan terurai untuk membingkai wajahnya. Riasannya sederhana, namun cukup untuk memancarkan aura memikat.Para tamu menoleh. Beberapa bahkan berbisik di belakang punggungnya. Ada kekaguman yang jelas terpancar dari mata mereka.Joanna bisa merasakan sorot itu—sorot yang dulu tak pernah ia dapatkan ketika masih bersama Thomas.‘Jangan terjebak. Ingat, ini hanya sandiwara,’ batinnya menegur diri sendiri.“Aku harus menemui temanku dulu. Makan atau minumlah yang kau inginkan, Joanna,” ucap Damian sebelum melangkah meninggalkan Joanna yang berdiri terpaku di sana.Baru saja Joanna hendak mengambil minuman, suara langkah kaki menghentak datang menghampirinya.Thomas dan Angel.Kedua orang

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   6. Jadi Pendampingnya di Pesta

    “Baiklah. Aku menerimanya.” Joanna menghela napas berat, seberat jawaban yang baru saja dia keluarkan untuk Damian.“Good! Pilihan yang cerdas,” ucapnya lalu menutup dokumen tersebut.“Mulai besok, kau resmi bekerja di perusahaanku juga kekasihku. Jangan coba-coba menyangkal, Joanna. Kau sudah jadi milikku sekarang!”Joanna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu beranjak dari duduknya, keluar dari ruangan yang cukup mengeluarkan hawa panas itu.“Sial!” bisiknya. “Kenapa hidupku berubah jadi neraka seperti ini?”Namun dia tahu, dia tidak punya pilihan. Jadi, dengan hati yang penuh kebencian, Joanna akhirnya menerima permainan busuk itu.**Hari pertamanya di perusahaan terasa aneh. Joanna diperlakukan istimewa., terlihat dari ruangannya yang lebih nyaman dibanding staf lain.Ia jarang diberi tugas berat. Semua orang memandangnya dengan hormat—atau mungkin dengan kecurigaan.Dan Damian, dia selalu datang tiba-tiba. Entah muncul di depan meja kerjanya dengan alasan sepele,

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   5. Tawaran Gila

    “Apa?! Apa kau bercanda, Paman? Kekasihmu? Apa kau gila?!” Mata Joana langsung membelalak mendengarnya.“Aku tidak sedang bercanda,” Damian melanjutkan.“Kau seorang wanita cerdas, cantik, dan penuh emosi yang nyata. Dan aku tertarik untuk membantumu balas dendam. Lagi pula, aku tidak terlalu dekat dengan anakku. Dia keras kepala, persis ibunya, mantan istriku.”Joanna terperangah. Dadanya bergetar antara marah dan malu. “Kekasihmu?” Dia pun tertawa hambar lalu geleng-geleng dengan pelan.“Apa kau pikir aku mainan, Paman Damian? Kau tidur denganku semalam—ketika aku mabuk—dan sekarang kau seenaknya menawarkan ini?!”Damian tetap tenang, nyaris tidak terguncang oleh ledakannya. “Aku hanya menawarkan kesempatan. Kau bisa menolaknya jika mau.”Joanna berdiri, kursinya bergeser dengan suara berderit. “Tentu saja aku menolaknya! Kau … maaf, terlalu tua untukku.”Mengingat usianya yang baru dua puluh empat tahun, sementara Damian sudah empat puluh lima tahun. Tentu menjadikan pertimbangan k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status