Home / Romansa / Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku / 8. Alasan Joanna yang Lucu

Share

8. Alasan Joanna yang Lucu

Author: Nhaya_Khania
last update Last Updated: 2025-09-14 23:08:48

“Aku ….”

Tanpa menunggu lanjutan dari ucapan Joanna, Damian kembali meraup bibir Joanna.

Tubuh Joanna langsung terhimpit di antara punggungnya dan dinding yang dingin. Napasnya tercekat, bibir Damian sudah menubruk dengan brutal, mencuri habis oksigen dari paru-parunya.

Ciumannya liar—keras, menuntut, tanpa memberi ruang untuk menolak. Giginya menyeret bibir bawah Joanna, lalu menghisapnya dalam ritme rakus.

Lidahnya menembus, mendominasi mulutnya, menjelajah setiap sudut hingga Joanna mengerang tertahan.

“Eungh ….”

Suara itu justru membuatnya semakin gila, menekan lebih dalam, dan mencumbunya seolah ingin melumat habis dirinya.

Tangannya tak tinggal diam. Satu menahan rahang Joanna agar tak bisa berpaling, sementara yang lain meluncur ke pinggang, meremas keras seolah ingin meninggalkan bekas.

Jari-jarinya bergerak liar, menyusuri garis tubuhnya, dan menarik paksa kain tipis gaunnya agar naik, hingga kulit paha halus Joanna tersentuh.

Joanna mendesah dan tubuhnya menegang di antara dinding dingin dan tubuh Damian yang panas membara.

“Damian—” suaranya terpotong ketika lelaki itu kembali menghajar bibirnya, kali ini lebih liar, lidahnya menari kasar, mencampur rasa anggur dan panas tubuh mereka.

Ciuman itu berubah menjadi pertempuran. Joanna mencoba melawan dengan lidahnya, tapi Damian selalu lebih kuat, menelan balik segala perlawanan.

Tangannya kini sudah bebas menjelajah lebih tinggi, mengusap perut yang rata, lalu naik dengan perlahan tapi pasti hingga meremas dadanya.

Ia mendesis puas ketika merasakan betapa tegang tubuh Joanna di bawah sentuhannya.

Remasannya keras, brutal, membuat Joanna terisak di sela ciuman.

Tapi justru rasa sakit bercampur nikmat itu membuatnya semakin larut. Damian tahu persis bagaimana menaklukkan, bagaimana membuat lawannya tak berdaya.

Ia melepaskan ciuman itu hanya untuk berpindah ke leher. Bibirnya meninggalkan jejak basah, giginya sesekali menggigit, meninggalkan tanda merah keunguan di kulit pucat Joanna.

Setiap gigitan membuat Joanna melengkungkan tubuh, tangannya refleks mencengkeram jas Damian.

“Damian, ah! Bagaimana bisa kau! Kau sangat liar,” desahnya setengah protes, tapi suaranya pecah karena kenikmatan.

Damian hanya terkekeh rendah di telinganya, lalu kembali menghajar kulitnya dengan ciuman panas.

Tangannya menyingkap gaun Joanna lebih tinggi, hingga pahanya tersingkap penuh.

Ia menyelipkan jari di sepanjang garis dalam, dan membuat Joanna merintih keras sambil menutup mulut dengan punggung tangan, takut suaranya terdengar ke luar.

“Jangan menahan suara itu, Joanna,” bisiknya kasar di telinga Joanna hingga napasnya terasa panas membakar kulit. “Aku ingin mendengar setiap desahanmu malam ini.”

Tangannya semakin brutal, menjelajah tanpa ragu. Joanna menggeliat, punggungnya menghantam dinding berulang kali karena tubuhnya didorong-dorong Damian yang tak pernah memberi ruang.

Bibir mereka kembali bertemu, lebih liar dari sebelumnya—ciuman yang basah, penuh suara, bercampur dengan desahan yang tak bisa lagi ditahan.

Joanna merasa seolah tubuhnya terbakar dari dalam. Tangan Damian seperti api, menjalar ke setiap inci kulit, meninggalkan jejak panas yang tak bisa dipadamkan.

Setiap remasan, setiap tarikan, membuatnya kehilangan kendali.

Damian menarik wajahnya dan menatap Joanna dengan mata gelap penuh nafsu. “Kau milikku malam ini,” ucapnya rendah dengan suara yang berat dan menuntut.

Joanna hanya bisa terengah, tubuhnya sudah pasrah pada dominasi brutal itu.

Tangannya kini menempel di dada bidang Damian, merasakan degup jantungnya yang keras dan cepat.

Lelaki itu kembali menunduk dan menghajar bibirnya dengan brutal, sementara tangannya terus merambah lebih jauh, tak menyisakan bagian tubuh yang luput dari eksplorasi.

Ruang VIP itu dipenuhi suara ciuman liar, desahan tertahan, dan denting kaca wine yang bergetar ketika meja terguncang oleh tubuh mereka yang tak bisa berhenti saling menekan.

“Stop!” Joanna menghentikan Damian yang hendak membawa miliknya masuk. “Aku … aku tidak bisa!” ucap Joanna dengan napas yang terengah.

“Kenapa?” tanyanya dengan suara beratnya.

“Ini … karena ini tempat umum, Damian. Dan aku juga belum siap jika harus sampai melakukan itu … lagi. Aku … milikku masih terasa sakit karena pertemuan pertama kita.”

Joanna mencari alasan agar membuat Damian percaya, meski sebenarnya bukan itu alasannya.

Damian lantas terkekeh lalu merapikan dasinya lagi yang sempat berantakan. Dia paham dengan alasan Joanna. Sebab dia pun merasa jika kejadian malam itu benar-benar membuat hasratnya menggebu.

“Baiklah. Aku akan memberimu waktu sampai milikmu tidak lagi sakit,” bisiknya lalu mengecup singkat bibir wanita itu.

Tak lama setelahnya, dering ponsel Damian berbunyi. Joanna sontak menoleh dan nama Angel terpampang di layar ponsel Damian.

“Ada apa, Angel?” tanya Damian menerima panggilan tersebut.

“Pa. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Kau di mana?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   35. Menuduh Joanna

    Kafe di pusat kota itu tampak ramai sore itu, dihiasi cahaya hangat dari lampu gantung berwarna keemasan.Di salah satu sudutnya, Angel duduk dengan kaki bersilang anggun, segelas cappuccino di depannya masih mengepul lembut.Ia mengenakan gaun berwarna merah tua yang mencolok—kontras dengan ekspresi dingin di wajahnya.Di hadapannya, Thomas duduk dengan pandangan gelisah, menatap layar ponselnya yang baru saja menerima beberapa foto dari Angel.“Lihatlah itu,” ucap Angel pelan namun tajam, suaranya menembus keramaian kafe.Thomas menatap layar ponselnya lebih dekat.Foto-foto itu menampilkan Joanna tengah duduk bersama seorang pria di kafe lain. Dalam salah satu foto, pria itu tampak condong mendekat, sementara Joanna terlihat tersenyum kecil.Angel melipat tangannya di dada. “Kau tahu siapa pria itu? Aku tidak tahu, tapi yang jelas mereka tampak dekat.”Thomas menarik napas panjang. “Bisa saja itu urusan pekerjaan,” ucapnya menjawab dengan datar.Angel terkekeh pelan, seolah tidak p

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   34. Joanna tidak Boleh Bahagia!

    Langit sore tampak redup, dibalut warna jingga keemasan yang mulai memudar di balik gedung-gedung tinggi.Di dalam mobil hitam yang berhenti di seberang jalan, Angel duduk diam dengan kacamata hitam menutupi sebagian wajahnya.Tangannya memegang kamera kecil, sementara tatapannya tajam mengarah ke sebuah kafe modern yang tak begitu ramai.Sudah hampir satu jam ia di sana, menunggu seseorang.Dan akhirnya, sosok itu muncul.Joanna—dengan balutan blus putih dan celana kain krem yang sederhana namun elegan.Rambutnya terurai rapi, dan senyum kecil tampak di wajahnya saat ia melangkah masuk ke kafe. Angel menggenggam kameranya lebih erat.“Jadi ini tempatmu bersantai sore-sore, Joanna,” gumamnya dingin. “Mari kita lihat, siapa yang akan datang menemuimu.”Beberapa menit kemudian, seorang pria berjas navy datang menghampiri Joanna.Mereka saling berjabat tangan dengan sopan, lalu duduk di sudut ruangan. Angel menurunkan kacamatanya sedikit, menajamkan pandangan.Pria itu tampak muda, mungk

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   33. Kemarahan Angel

    Ruangan itu lengang, hanya suara derit lembut pendingin udara yang mengisi keheningan.Angel duduk di sofa dengan satu kaki tersilang, wajahnya tegang.Di depannya, seorang pria berpakaian hitam bernama Jonny berdiri menunduk, tangan terlipat di depan tubuhnya. Dari gesturnya saja sudah jelas—ia sedang ketakutan.“Jadi, kau tidak menemukan siapa pun?” suara Angel terdengar datar, tapi tajam seperti pisau.Jonny menelan ludah sebelum menjawab, “Tidak ada, Nona. Tuan Damian tidak terlihat dekat dengan siapa pun akhir-akhir ini. Bahkan siang tadi, beliau hanya makan bersama asisten pribadinya, Anthony.”Angel mendengkus pelan, matanya berputar ke arah jendela besar yang menampakkan langit senja.“Anthony?” gumamnya pelan, lalu tertawa sinis. “Kalau begitu, kau ingin bilang Papaku tidak punya kehidupan pribadi? Tidak mungkin. Dia terlalu tenang untuk seorang laki-laki yang katanya sedang jatuh cinta.”Jonny hanya diam. Ia tahu tidak ada gunanya membantah.Angel mencondongkan tubuh ke depa

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   Bab 32: Hanya aku yang Akan Kau Ingat

    Damian menyerang bibir Joanna dengan ciuman yang membara. Wajah wanita itu semakin memerah dan matanya masih membola.Bagaimana mungkin Damian memintanya untuk bercinta di sana. Meski mereka ada di ruang VIP, namun bukan berarti mereka bisa bermain gila di sana.“Damian!” ucap Joanna sembari mengatur napasnya yang terengah-engah. Matanya berkilat tajam menatap Damian yang tengah mengusap ujung bibirnya sendiri.“Kau benar-benar ingin bercinta di sini? Apa kau gila?” seru Joanna masih tidak percaya bahwa ucapan Damian tadi hampir terlaksana.“Memangnya kenapa? Ruangan ini kedap suara, dan bukan hanya kita saja yang melakukan itu di sini, Joanna.”“Tetap saja aku tidak setuju. Masih banyak tempat yang lebih layak—”“Layak atau tidak, itu bukan hal yang harus kau pikirkan, Sayang.” Damian memotong ucapan kekasihnya itu.Joanna mendengkus pelan seraya menatap Damian yang tampaknya memang tidak bercanda akan bercinta di sana.Tangan Damian kembali membuka blouse Joanna dengan mata menatap

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   31. Lakukan lebih Gila dari Ini

    Restoran itu terletak di lantai paling atas gedung tempat kantor Damian berdiri—restoran dengan pencahayaan hangat, aroma lembut kayu dan rempah Italia yang samar-samar memenuhi udara.Di ruang VIP, hanya ada dua orang: Damian dan Joanna.Pelayan baru saja meninggalkan mereka setelah menata dua piring spagheti carbonara di atas meja, segelas jus jeruk untuk Joanna, dan anggur merah untuk Damian.Suara lembut musik klasik mengalun pelan, menjadi satu-satunya yang terdengar selain detak jam dinding yang berjalan lambat.Joanna duduk berhadapan dengan Damian. Jari-jarinya menggenggam garpu dengan ragu, pikirannya tidak sepenuhnya pada makanan.Ia menatap Damian yang tampak santai, membuka jasnya, menggulung lengan kemeja hingga ke siku, dan menikmati aroma anggurnya seolah dunia di luar ruangan itu tidak ada.“Jadi,” kata Joanna akhirnya, memecah kesunyian. “Angel datang ke kantor kemarin, dia menanyakan apa?”Damian menurunkan gelasnya perlahan, lalu menatap Joanna. “Kau ingin tahu?”“T

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   30. Andai Tahu Kebenarannya

    Pagi di kantor Damian terasa berbeda dari biasanya. Suasana tenang yang biasanya menyelimuti ruangan kerjanya mendadak berubah begitu pintu ruangannya terbuka dengan keras. Angel, dengan wajah penuh emosi dan langkah tergesa, masuk tanpa mengetuk.Ayahnya yang tengah duduk di balik meja kerja, menandatangani beberapa dokumen penting, mengangkat wajahnya perlahan. Alis Damian sedikit terangkat, tapi suaranya tetap tenang seperti biasa.“Ada apa, Angel?” tanyanya datar.Angel melangkah cepat mendekati meja. “Aku ingin tahu sesuatu,” katanya ketus. “Tentang wanita itu.”Damian menyandarkan punggungnya di kursi kulit hitamnya. “Wanita itu?” ulangnya, seolah tak mengerti. “Wanita yang mana, Angel?”“Jangan berpura-pura tidak tahu, Pa!” Angel menatapnya tajam dan kedua tangannya terkepal di depan dada.“Semalam, di gala dinner, kau mengumumkan di depan semua orang kalau kau sudah punya tambatan hati. Siapa dia? Kenapa aku tidak tahu apa-apa tentangnya?”Damian menghela napas pelan. Ia memut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status