Arum termrnung memikirkan kejadian akhir-akhir ini yang sering kali ia kerap di ganggu saat waktu bekerja.“Mikiran apa, Rum?” tiba-tiba saja Aldo, teman seprofesinya menyapanya dan duduk disebelah Arum tanpa permisi.Restoran buka jam 8 pagi, dan sekarang baru jam 6 pagi tetapi mereka berdua sudah ada di temapt parker, untungnya di sana ada sebuah gazebo untuk duduk santai.“Gak mikir apa-apa, kok”Hening“Besok kita akan berangkat seperti biasa, maaf ya,”“Untuk?”“Yak arena aku kamu harus berangkat sepagi ini, biasanya ‘kan masih leha-leha di kamar”“Tapi mau bagaimana lagi? Bapak maksa pinjam motor, mau kerumah Rt desa sebelah katanya”Arum tertawa.“Itumah kamu, aku gak, lagi pula aku kan numpang sama kamu, jadi berangkat jam berapa pun sih, ok.”Arum kembali diam, pikirannya kusut, entahlah dia hanya ingin tenang bekerja tanpa ditampakkan sosok menyeramkan itu lagi.,“Rum,”“Apa yang terjadi, ya Do, kadang sosok itu datang dan memintaku untuk mencarinya, dan mengeluarkannya dar
“Mas, sebenarnya kamu kenapa sih?”Ridwan hanya melihat Wirda sekilas dan tersenyu, senyum yang seakan dipaksakan.“Mas, gak papa, ayok, tidur.”Wirda melihat ada perubahan yang besar pada diri suaminya, sekrang Ridwan tampak kurus dan lesu, tidak seperti dulu yang gagah dan tampan, bahkan Wirda sering memergoki suaminya tengah melamun.“Apa yang kamu pikirkan, Mas? Padahal usaha kita sudah baik-baik saja, keuangan pun demikian.”‘Aneh bukan? Suamimu yang awalnya ceria dan sangat romantis kini berubah perlahan? Bukan hanya fisiknya tetapi perlakuannya kepadamu, dia bahkan sering mendiamkanmu, kenapa kau tak mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, atau mungkin suamimu itu sudah tak berselera kepadamu’ bisiknya kepada Wirda.Kembali, Dasim menanamkan hasutan-hasutan kotor kepada mangsanya, dia tak akan memberikan ruang untuk hati dan pikiran mangsanya berfikir positif.“Apa Mas Ridwan ada wanita lain? Kalau begitu aku harus menyelidikinya besok” tekadnya.Wirda memejamkan mata berhar
Entah keyakinan dari mana, Roy datang ketempat penyimpanan bahan makanan, dia yakin ada sesuatu yang ada di tempat ini, Roy berputar-putar mengelilingi ruangan tersebut tetapi tak menumukan hal yang aneh. Tetapi saat dia keluar dari tempat penyimpanan suhu diruang tersebut terasa tampak dingin, padahal tidak ada AC sama sekali, angin dari luarpun tak mungkin, karena ini hanyalah lorong panjang yang sedikit menjorok ke dalam sebagai jalan tempat penyimpanan. Roy teringat, jika Ridwan memang sering berdiri di depan ruangan bukan di dalam ruang penyimpanan, tetapi ada apa disini? Tidak ada apapun!andai dia memiliki sedikit petunjuk.Apa dia harus memanggil ustadz untuk melihat apa yang terjadi di sini? Lalu bagaimana tanggapan Ridwan apakah dia mau, atau malah sebaliknya? Jika tanggapannya malah sebaliknya, itu juga berpengaruh kepada hubungan kekeluargaan mereka, bagaimanapun mereka berdua adalh sepupu bukan? Dan ini resto milik Ridwa, dia tidak mungkin bisa melakukan apa yang dia m
Seorang ustadz masuk kedalam rumah milik pasangan pasutri yang tak lain adalah Wirda dan Ridwan, ustadz tersebut dibawa oleh pembantunya, yang mengira salah satu majikannya ketempelan dan membawa pulang setan ke dalam rumah.Saat baru sampai di depan gerbang, ustadz yang bernama Hanif tersebut sudah merasakan aura gelap, dan saat dia masuk, ternyat aura di dalam rumah semakin kelam. Ustadz Hanif berkeliling rumah lusa tersebut, dari dapur, ruang keluarga sampai taman belakang, dia berkeliling sambil membaca doa ruqyah.“Boleh saya naik ke lantai dua?”“Oh, boleh. Silahkan Pak Ustadz.”Tanpa berlama-lama lagi ustadz tersebut pergi ke lantai atas.“Astagfirullah, aku mersakan jiwa yang teramat kelam disini, rasa lapar dan dendam.”Dia membuka kamar yang menurutnya ada sesuatu di sana, ya, kamar tersebut adalah kamar milik Wirda dan Ridwan. Pandangannya langsung tertuju ke atas lemari, tempat menimpannya benda keramat tersebut.“Sungguh, tipu daya iblis sangatlah kuat.” Gumamnya.Ustad
“Ada apa, Roy? Kenapa kau menyuruhku datang kemari?”“Aku bantuanmu, Rin,”Gadis yang dipanggil Rini menyipitkan matanya.“Tumben,” sinisnya sambil menyesap minumannya sedikit demi sedikit.“Kau ‘tak memesan makanan? Tenang, biar aku yang bayar.”“Kau mau menyogokku? Kamu tahu sendiri aku tak suka uang haram!” Rini melotot pura-pura marah.Roy berdecih. “Tak suka uang haram, jika sedikit,”“Eh?”“Iya, sih”Keduanya tertawa dengan leluconnya sendiri.“Manusia, ‘kan memang begitu, tak mau yang haram jika sedikit, tetapi jika banyak, yang haram pun di buat halal.”“Ok, ok. Aku kalah, lalu? Apa yang bisa aku bantu?”Roy mencongkan wajahnya kedepan “Aku mau pinjam kunci salon Mbak Wirda sebentar” ucapnya berbisik.“Hah?!” Rini terkejut.“Pelankan suaramu! Apa aku harus memberikanmu pengeras suara, atau toa yang digunakan masjid sekalian? Biar semua orang dengar!”“Maaf, maaf. Tapi kau buat apa?”“Ada misi yang harus di selesaikan, dan misi ini sangat penting,”Rini juga mencondongkan tubuh
“Di sini, tepat di bawah kakiku.”“Baiklah, aku akan menggalinya”“Tetapi kamu harus bebaskan temankku juga, dia samaa sepertiku, di tahan dalam pasak lalu dikubur di sebuah tempat.”“Wah .. setia kawan dia,” celetuk Rini tiba-tiba.Roy dan Arum menoleh ke arah Rini, Arum tersenyum sedangkan Roy menghela nafasnya berat, entah apa yang kini dia pikirkan tentang Rini.“Kami sudah tahu, kamu dan temanmu mengganggu dan selalu hadir kepada Arum, gadis yang memiliki kelebihan, dan dari dia kami tahu bahwa kau ditahan di sebuah benda.“Kami tidak mengganggunya! Kami menampakkan diri karena ingin meminta pertolongannya!” ucapnya tak terima.“Kalau minta tolong, jangan dengan wujud menyeramkan dong! Kalau kayak gitu siapa yang mau nolong? Bikin takut iya!” lagi, Rini kembali bersuara.Makhluk tersebut mengeram marah, tak terima dikatakan wujudnya mengerikan.“Sekali-kali, nampakin wujud dengan wajah Kim Taehyung, Suga, Jungkook, ataupun Jimin, kek.”Ustadz Hanif berdehem.“Baiklah, kita juga
Setelah malam itu meruqyah tanpa sepengetahuan Ridwan dan menemukan dimana tempat benda itu ditanamkan, sekarang mereka bingung bagaimana mau mengambil tempat penyimpanan benda keramat itu sebelumnya, akhirnya ke esokan harinya mereka berkumpul untuk menyusun rencana menyelinap kerumah Ridwan dan akhirnya sang pembantu datang, lalu kejadiannya seperti scene awal yang telah kalian baca sebelumnya!Dan di sinilah merek sekarang, di depan resto yang sudah mau tutup, setelah menunggu karyawan bersih-bersih dahulu dan mereka pulang, akhirnya ustadz Hanif besrta Arum dan Rini langsung masuk menuju tempat kemarin malam yang mereka yakini tempat benda tersebut di kubur, iya, depan pintu tepat penyimpanan bahan-bahan makanan.Ustadz Hanif membaca dzikir seperti sebelumnya di salon Wirda, ketika mereka mencoba mengeluarkan jin tempat bersemayam pasak tersebut di sisi lain, Wirda dengan wajah angkuhnya melempar kertas tepat di depan wajah Ridwan yang hanya menatap kosong ke depan“Suami gila! Mu
Naya melempar hasil pemeriksaan dirinya tepat di depan keluarga suaminya yang sedang berkunjung kerumahnya.“Baca! Hasil pemeriksaan mengatakan saya tidak mandul, dan saya subur! Hasil pemeriksaan tersebut akurat!” ucapnya sinis.Sebelumnya diluar tadi dia tak sengaja mendengar, Ibu mertua adik ipar dan kakak iparnya mengatakan dia mandul, Naya meradang dan langsung menerobos masuk untuk melempar hasil pemeriksaan tersebut kepada keluarga sang suami!Setelah mengucapkan hal tersebut dia langsung pergi meninggalkan keluarga sang suami.“Kamu dari mana? Pergi gak bilang-bilang, lihat! Ibu, Adik, sama Kakak aku ada di depan sana!”“Lalu urusannya dengaku apa? Aku baru pulang, capek! Aku habis tes kesuburan dan hasil pemeriksaan mengatakan aku subur! Mungkin Mas yang mandul!” ucapnya sinis.“Kurang ajar, ya kamu! Aku gak mungkin mandul! Kakak sama adik aku saja subur, aku pasti juga subur.”“Terserah! Yang penting aku sudah membuktikan kalau aku itu tidak mandul seperti yang keluarga kamu